Happy Reading,
***
"Barnett, bagaimana rasanya menikmati udara dingin? " Pertanyaan si gadis manis nan menggemaskan itu menatap sang paman dengan kedua matanya yang berbinar cerah melihat banyaknya salju mulai memenuhi halaman kastil.
"Maka kau akan mengigil kedinginan princess, " Barnett melihat bagaimana Hacate menopang dagu melihat banyaknya salju yang turun.
"Lalu bagaimana rasanya mempunyai orang tua? " Gadis kecil itu berbalik, tak lagi menatap ke arah luar jendela kastil.
"Aku juga tak tahu, " Barnett mengedikkan bahu nya tak tahu, karena dia memang betul-betul tak tahu bagaimana rasanya memiliki sosok kedua orang tua dalam hidupnya.
"Mengapa bisa begitu? " Siapapun akan menjerit jika melihat bagaimana rupa Hacate, si gadis cantik menggemaskan dengan pesona nya yang bahkan Barnett sendiri akui tak nampak nyata. Namun Barnett, bersyukur jika Hacate menjadi tanggungjawab nya.
"Karena takdir tak dapat mempertahankan, " Jawabnya tersenyum, tangannya sibuk merapikan beberapa pakaian Hacate yang akan gadis itu gunakan ketika mengasah kemampuan nya.
"Apa Dewa tak menyayangi kita berdua? Mengapa kita sama-sama tak memiliki orang tua? " Pertanyaan yang sebenarnya sulit untuk Barnett jelaskan pada si mungil, walau bagaimana pun juga akhirnya Hacate haruslah mengetahui kenyataan pahit dimana kelahiran nya tak diharapkan kedua orang tuanya sama sekali.
Mereka tak mau menanggung aib lebih lama lagi karena telah melahirkan bayi dimalam terkutuk, dimana orang-orang selalu meng elu-elukan jika ada seorang bayi terlahir dimalam tersebut maka si bayi haruslah dibinasakan.
Namun, beruntung Hacate dibawa pergi Barnett yang tak pernah tega. Karena dia pun sama-sama menanggung beban besar dipundaknya.
Bahkan sebelum dia membawa pergi Hacate. Barnett tak mau Hacate binasa begitu saja tanpa tau kesalahan nya.
'Kau memiliki nya princess, hanya saja kedua orang tuamu tak mau mempertahankan mu. Karena kau adalah gadis terkutuk, bukan. Kau bukan gadis terkutuk Hacate.' Batin nya merasa tercekat, mau bagaimana pun juga sang nona masihlah memiliki kedua sosok orang tuanya di luar pulau sana.
Namun, mereka sudah menganggap gadis terkutuk itu tak ada bahkan tak pernah hadir diantara mereka semua.
"Karena Dewa menyayangi kita maka dari itu dia menguji seberapa mampu kita menahan setiap ujiannya, " Ingin rasanya Barnett memperlihatkan sosoknya pada dunia jika, si gadis terkutuk itu terlihat bagai seorang Dewi.
"Tapi aku ingin merasakan nya Barnett, " Lirih nya sembari menunduk, menyembunyikan wajah menggemaskan nya karena tertutup helaian rambut.
"Kemarilah princess, " Pintanya, ia telah selesai mengepak barang-barang dan beberapa helai pakaian Hacate.
"Jika tak ada orangtua diantara kita, maka aku akan menjadi sosok ayah untukmu, " Hacate tersenyum cerah, gadis kecil itu memeluk Barnett dengan erat yang dibalas pria itu tak kalah eratnya.
"Terimakasih Barnett, " Ungkapan terimakasih yang sangat tulus itu terdengar menyedihkan ditelinga Barnett.
"Sama-sama princess, nah! " Gadis itu tersentak. "Apa? " Tanya nya dengan wajah cemberut nya, Barnett tahu jika Hacate pasti akan mencari seribu alasan untuk menghindari setiap latihan yang dia berikan. Tapi tak selalu begitu, karena Hacate menginginkan dirinya diakui.
"Sekarang belajar yang rajin, agar? "
"Agar aku cerdas! "
"Good girl. "
***
"Barnett bisakah ditunda terlebih dahulu latihannya? " gadis manis bertanya dengan dada yang naik turun, jantungnya bahkan berdebar kencang. Tolong salahkan Barnett jika terjadi sesuatu padanya, ok?
"Nona, ini sudah ke dua puluh sembilan kali nya anda mengeluh. " pria itu menatap datar Hacate yang mendelik tak suka mendengarnya, dikira dia tak capai begitu?
Andai Barnett sedikit menyisakan rasa kemanusiaan nya pada gadis manis seperti nya.
Sebentar,
Hacate manusia kan?
Atau, bukan?
"Barnett aku manusia? " hanya sekedar untuk memastikan saja.
"Anda terlihat seperti apa nona? " balas sang guardian, gadis itu terdiam cukup lama. Menimbang jawaban yang akan dia berikan pada Barnett jika dia seperti yang dirinya inginkan.
"Manusia."
"Kesimpulan nya? " jika saja ada kontes orang tersabar dimuka bumi ini, maka Barnett akan maju paling depan. Menjadi orang yang selalu sabar dengan segala tingkah aneh bin ajaib sang nona.
"Aku lapar, " cetus nya, cengengesan menatap sang paman atau bisa Hacate panggil papa. Dengan kata lain, dia ayah angkatnya. Itu jika Hacate sedang menginginkan nya saja, maka Barnett akan menjadi siapapun yang nona nya inginkan.
"Astaga nona, "
"Hehe, mari lupakan latihan hari ini Barnett. Aku ingin makan steak! " senyum itu, Barnett menatap sang nona yang terlebih dahulu berlalu tanpa diminta. Meninggalkan dia, dan latihannya yang menguras tenaga.
***
Sesuai apa yang sang nona inginkan, Barnett menghidangkan steak untuk makan malam kali ini. Sesuai apa yang Hacate minta sore tadi padanya.
Barnett bahkan sesekali menimpali semua celotehan Hacate tanpa lelah, akhirnya pun si gadis manis akan berhenti sendiri jika dirinya sudah merasa cukup.
"Kenapa rasanya sedikit berbeda, Barnett? " gadis itu mencecap rasa daging yang tidak familiar di lidahnya, sangat berbeda dari apa yang menjadi kesukaan nya.
Pria itu mendongak, menatap Hacate sebelum menjawab. "Itu daging kambing nona, stok daging rusa kita sudah sangat menipis. Jadi anda harus bisa menahannya, atau jika anda mau kita bisa berburu. " Hacate cemberut, pantas saja rasa daging yang menjadi makan malamnya sangat tidak senikmat biasanya. Ternyata memang bukan sesuai request an nya.
"Aku tidak suka berburu, melelahkan. " gumamnya, Barnett hanya bisa menggelengkan kepala, sudah sangat hapal dengan tingkah si nona muda yang tidak mau berburu.
"Kita hanya harus mengatakan nya Barnett, " cetus nya, memberi sedikit ide yang terlintas dikepala nya.
"Bukan kita, tapi anda. " sela nya, meralat perkataan Hacate yang salah.
Hacate mendengus tak suka, "akan sangat melelahkan jika aku yang melakukan nya Barnett. " protes si gadis, cemberut namun masih berusaha untuk melahap habis makan malamnya. Sebagai apresiasi ada Barnett yang sudah repot menyiapkan nya hidangan makan malam. Bahkan lengkap dengan pencuci mulutnya.
"Saatnya anda mempraktikkan apa yang sudah saya ajarkan nona, " masih belum putus asa untuk membuat Hacate berburu sendirian.
"Baiklah, tapi ada syaratnya, "
"Aku akan menangkap dua ekor rusa, namun libur latihan selama dua minggu. "
"Saya kira satu sudah cukup nona, " karena hanya Hacate lah yang menikmati hasilnya, Barnett tidak akan pernah ikut menikmati apa yang sudah Hacate usahakan.
Si gadis lagi-lagi mendelik, "itu cukup untuk satu bulan Barnett. " tahu apa si gadis kecil ini tentang stok makanan bulanan mereka.
"Anda yakin bisa menghabiskan nya? " Barnett memicingkan kedua matanya, dia tahu Hacate adalah makhluk paling rakus jika itu mengenai makanan kesukaan nya, namun dua ekor rusa untuk satu bulan?
"Kau kan ada, kenapa juga harus aku yang menghabiskan. " santai sekali bukan bocah satu ini kalau berkata.
"Karena itu anda yang menginginkan nya, toh saya tidak terlalu menyukai daging rusa. " paparnya, menyuarakan pendapat nya jika dia tak terlalu menyukai nya.
"Kalau begitu aku akan berburu rusa kecil saja, "
"Jangan anakan kau buru juga nona, " peringatnya, terakhir kali Barnett membiarkan si mungil berburu sendiri pulang dia membawa anakan rusa yang masih hidup. Untung saja saat itu Hacate masih terlalu polos, tidak dengan sekarang yang sudah hafal bagaimana cara berburu yang benar.
"Kau cerewet! " membungkam mulutnya, Barnett melanjutkan kegiatan nya, melahap sampai habis makan malamnya. Tanpa ocehan Hacate, lagi.
***
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments
Muriel
Anyone looking for a good read, look no further! Add this book to your list ASAP.📚
2025-06-08
0