Moral

Moral

Ultimatum Andrew

***

Makan malam di keluarga Weist selalu terlihat bak makan malam keluarga kerajaan. Makanan mewah berjejer di meja makan meskipun yang makan hanya tiga orang dengan beberapa pelayan yang standby di belakang mereka untuk berjaga-jaga jika mereka membutuhkan hal lain.

"Kau kelihatan cukup akrab dengan guru privat mu Al." Tanya Pak Benjamin setelah mereka selesai dengan hidangan utama.

"Oh, mungkin karena cara mengajarnya yang mudah dimengerti dan dia juga orangnya menyenangkan, jadi aku tidak merasa canggung."

"Kau yakin hanya karena itu? Sepertinya kau menyukainya karena hal lain juga" Goda Andrew, dia tahu persis seperti apa keponakannya itu, dia merupakan magnetnya perempuan, tapi sepertinya Riana tidak termasuk dalam kategori "mainan" nya jika dilihat dari bagaimana dia ingin terus menempel dengan Riana. Kelihatannya dia merasa nyaman di dekat Riana.

"Ngomong ngomong soal hal lain, sepertinya paman dan tante Sandra juga memiliki hubungan lain." Bukannya menjawab pertanyaan Andrew, Aldrian justru balas menggodanya, dia memang sudah geregetan untuk membuat Pamannya bicara tentang kemajuan hubungannya dengan Sandra.

"Uhuk..uhuk.." Andrew sampai tersedak saat mendengar ucapan Aldrian, anak ini memang tahu caranya membalikkan keadaan pikirnya.

"Oh ya? Jadi akhirnya kau dan Sandra pacaran?" Tanya Pak Benjamin blak blakan.

"Kemarin waktu Paman gak pulang ke rumah, kayaknya dia nginep di rumah tante Sandra Kek." Aldrian semakin mengompori Kakeknya dan hal itu membuat Andrew tidak memiliki pilihan lain selain mengakuinya.

"Wah wah, sepertinya mereka minta cepat cepat dinikahkan, jangan sampai kalian menikah gara gara kecelakaan ya."

"Paahh ngomong apa sih, ok aku akui kalau akhirnya sekarang kami memang pacaran, tapi belum sampai sejauh itu, kemarin aku mabuk berat jadi Sandra membawaku ke apartemennya."

Setelah saling mengungkapkan perasaan dan berciuman di bar, memang tidak terjadi hal lain lagi di antara mereka, atau lebih tepatnya mereka tidak sempat melakukan apa-apa. Andrew yang terlalu banyak minum tidak bisa berjalan dengan benar saat dia mengantar Sandra pulang ke apartemennya, dan setelah masuk dia langsung ambruk di kasur dan tertidur pulas, Sandra hanya tersenyum melihat Andrew yang terkapar, dia melepaskan jas dan dasi Andrew kemudian ikut berbaring di sampingnya setelah dia berganti pakaian, dan paginya mereka bangun kesiangan sehingga mereka terburu-buru untuk pergi ke kantor. Sama sekali tidak ada lagi momen romantis dan itu yang sangat di sesalkan oleh Andrew, seharusnya dia tidak minum terlalu banyak waktu itu.

"Belum? Jadi kau memang berniat untuk melakukannya sebelum menikah?"

Muka Andrew merah padam sedangkan Aldrian mencoba untuk tidak tertawa melihat Pamannya yang sedang dibuli oleh Kakeknya.

"Papa suka sama Sandra dari dulu, jadi kalian gak usah pacaran lama-lama, langsung lamar dan jadikan dia menantu Papa, toh kalian juga sudah saling kenal selama bertahan tahun."

"Setuju Kek, aku juga merestui hubungan Paman sama tante Sandra, sebaiknya kita yang mengambil tindakan lebih lanjut, kalau nunggu Paman bisa bisa mereka nikahnya sepuluh tahun lagi."

"Kau.. kau belajar saja yang rajin sana, gak usah ngompor ngomporin, lagian kita baru jadian sehari Pah, masa iya sudah langsung aku lamar."

Andrew mencoba menjaga harga dirinya, ini masalah pribadinya jadi sebisa mungkin dia tidak mau ada orang lain yang terlibat atau memutuskan apa yang harus dia lakukan.

"Ok ok, kau nikmati dulu masa pacaran mu, tapi Papa kasih kamu waktu sampai akhir tahun ini, dan tahun depan kalian harus sudah menikah."

"Tapi akhir tahun kan cuma tinggal-"

"Sssstttt no complain, atau Papa yang akan lamar Sandra."

Pak Benjamin berdiri dan meninggalkan meja makan setelah melempar bom kepada anak dan cucunya, ya Aldrian juga kaget dengan apa yang di ucapkan kakeknya, perkataannya itu seolah olah dia akan melamar Sandra untuk dirinya sendiri dan itu membuat tawanya pecah. Sedangkan Andrew masih tidak percaya kalau dia hanya punya waktu tiga bulan sebelum dia menikah, karena akhir tahun hanya tinggal tiga bulan lagi.

"Paman semangat ya bersiap menuju pelaminan." Ucap Aldrian sambil menepuk pundak Pamannya dan kemudian pergi mengikuti jejak kakeknya.

Ucapan penyemangat yang diberikan Aldrian itu justru membuat Andrew semakin galau, dia hanya punya waktu tiga bulan untuk pacaran, dan ini merupakan pertama kalinya dia menjalin hubungan, tadinya dia ingin menikmati setiap momennya sepuasnya, tapi kini harapannya itu musnah, dia harus segera melamar Sandra sendiri atau Ayahnya yang akan melamarkannya untuknya, jangan sampai itu terjadi karena itu akan sangat memalukan.

***

"Hatchim, siapa yang sedang membicarakan ku sampai aku terus terusan bersin."

Sementara di apartemennya Sandra sedang sibuk berkutat dengan laptopnya, meskipun di rumah dia masih saja sibuk mengerjakan pekerjaan kantor, sampai tiba-tiba ponselnya berdering dan dia tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar.

"Halo."

"Hmm dingin sekali sambutan mu, tidak bisakah kau sedikit lebih hangat, sekarang kita sudah bukan teman lagi apalagi atasan dan bawahan."

"Pppffffttt- memangnya selain halo apalagi kata yang biasa orang ucapkan saat mengangkat telepon?"

"Itu untuk telepon biasa, setidaknya untukku harusnya kau tambah jadi "Halo Sayang"."

Wajah Sandra merona mendengar Andrew mengucapkan kata sayang, rasanya agak aneh jika mereka tiba-tiba menjadi mesra setelah bertahun tahun hanya berteman.

"Kenapa diam? Kau tidak mau memanggilku sayang ya?" Andrew merajuk di telepon.

"Setahuku kau tidak pandai menggoda perempuan, sejak kapan kau jadi ganjen begini?"

"Selama ini kita hanya berteman kan, jadi mana bisa aku merayu mu, tapi sekarang status kita berbeda jadi bersiaplah."

"Wah, jadi selama ini kau punya bakat tersembunyi begitu? Aku jadi penasaran seperti apa kau akan merayuku."

Sandra menutup laptopnya dan hanya fokus pada telepon nya dengan Andrew, dia terlihat seperti anak abg yang sedang dimabuk asmara.

"Kalau begitu buka pintu apartemen mu, biar aku bisa menunjukkannya secara live."

"Sekarang kau ada di depan apartemenku?" Sontak Sandra meloncat dari tempat duduknya dan setengah berlari menuju pintu, dan dia semakin terkejut saat dia mendapati Andrew benar benar berdiri didepan pintu apartemennya dengan seikat bunga mawar ditangannya.

"I'm here" Ucap Andrew sambil mengulurkan tangannya yang sedang memegang bunga kehadapan Sandra.

Dengan mata berkaca-kaca Sandra tidak segera mengambil bunga yang diulurkan Andrew, dia justru merangkul Andrew dengan erat "Thank you." Ucapnya lembut.

Andrew balas merangkul Sandra dan mereka pun menghabiskan malam bersama di apartemen kecil itu, malam ini Andrew hanya ingin membuat momen manis yang tidak terlupakan saat mereka masih menjadi sepasang kekasih sebelum akhirnya nanti dia melamar Sandra.

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play