***
Makan malam di keluarga Weist selalu terlihat bak makan malam keluarga kerajaan. Makanan mewah berjejer di meja makan meskipun yang makan hanya tiga orang dengan beberapa pelayan yang standby di belakang mereka untuk berjaga-jaga jika mereka membutuhkan hal lain.
"Kau kelihatan cukup akrab dengan guru privat mu Al." Tanya Pak Benjamin setelah mereka selesai dengan hidangan utama.
"Oh, mungkin karena cara mengajarnya yang mudah dimengerti dan dia juga orangnya menyenangkan, jadi aku tidak merasa canggung."
"Kau yakin hanya karena itu? Sepertinya kau menyukainya karena hal lain juga" Goda Andrew, dia tahu persis seperti apa keponakannya itu, dia merupakan magnetnya perempuan, tapi sepertinya Riana tidak termasuk dalam kategori "mainan" nya jika dilihat dari bagaimana dia ingin terus menempel dengan Riana. Kelihatannya dia merasa nyaman di dekat Riana.
"Ngomong ngomong soal hal lain, sepertinya paman dan tante Sandra juga memiliki hubungan lain." Bukannya menjawab pertanyaan Andrew, Aldrian justru balas menggodanya, dia memang sudah geregetan untuk membuat Pamannya bicara tentang kemajuan hubungannya dengan Sandra.
"Uhuk..uhuk.." Andrew sampai tersedak saat mendengar ucapan Aldrian, anak ini memang tahu caranya membalikkan keadaan pikirnya.
"Oh ya? Jadi akhirnya kau dan Sandra pacaran?" Tanya Pak Benjamin blak blakan.
"Kemarin waktu Paman gak pulang ke rumah, kayaknya dia nginep di rumah tante Sandra Kek." Aldrian semakin mengompori Kakeknya dan hal itu membuat Andrew tidak memiliki pilihan lain selain mengakuinya.
"Wah wah, sepertinya mereka minta cepat cepat dinikahkan, jangan sampai kalian menikah gara gara kecelakaan ya."
"Paahh ngomong apa sih, ok aku akui kalau akhirnya sekarang kami memang pacaran, tapi belum sampai sejauh itu, kemarin aku mabuk berat jadi Sandra membawaku ke apartemennya."
Setelah saling mengungkapkan perasaan dan berciuman di bar, memang tidak terjadi hal lain lagi di antara mereka, atau lebih tepatnya mereka tidak sempat melakukan apa-apa. Andrew yang terlalu banyak minum tidak bisa berjalan dengan benar saat dia mengantar Sandra pulang ke apartemennya, dan setelah masuk dia langsung ambruk di kasur dan tertidur pulas, Sandra hanya tersenyum melihat Andrew yang terkapar, dia melepaskan jas dan dasi Andrew kemudian ikut berbaring di sampingnya setelah dia berganti pakaian, dan paginya mereka bangun kesiangan sehingga mereka terburu-buru untuk pergi ke kantor. Sama sekali tidak ada lagi momen romantis dan itu yang sangat di sesalkan oleh Andrew, seharusnya dia tidak minum terlalu banyak waktu itu.
"Belum? Jadi kau memang berniat untuk melakukannya sebelum menikah?"
Muka Andrew merah padam sedangkan Aldrian mencoba untuk tidak tertawa melihat Pamannya yang sedang dibuli oleh Kakeknya.
"Papa suka sama Sandra dari dulu, jadi kalian gak usah pacaran lama-lama, langsung lamar dan jadikan dia menantu Papa, toh kalian juga sudah saling kenal selama bertahan tahun."
"Setuju Kek, aku juga merestui hubungan Paman sama tante Sandra, sebaiknya kita yang mengambil tindakan lebih lanjut, kalau nunggu Paman bisa bisa mereka nikahnya sepuluh tahun lagi."
"Kau.. kau belajar saja yang rajin sana, gak usah ngompor ngomporin, lagian kita baru jadian sehari Pah, masa iya sudah langsung aku lamar."
Andrew mencoba menjaga harga dirinya, ini masalah pribadinya jadi sebisa mungkin dia tidak mau ada orang lain yang terlibat atau memutuskan apa yang harus dia lakukan.
"Ok ok, kau nikmati dulu masa pacaran mu, tapi Papa kasih kamu waktu sampai akhir tahun ini, dan tahun depan kalian harus sudah menikah."
"Tapi akhir tahun kan cuma tinggal-"
"Sssstttt no complain, atau Papa yang akan lamar Sandra."
Pak Benjamin berdiri dan meninggalkan meja makan setelah melempar bom kepada anak dan cucunya, ya Aldrian juga kaget dengan apa yang di ucapkan kakeknya, perkataannya itu seolah olah dia akan melamar Sandra untuk dirinya sendiri dan itu membuat tawanya pecah. Sedangkan Andrew masih tidak percaya kalau dia hanya punya waktu tiga bulan sebelum dia menikah, karena akhir tahun hanya tinggal tiga bulan lagi.
"Paman semangat ya bersiap menuju pelaminan." Ucap Aldrian sambil menepuk pundak Pamannya dan kemudian pergi mengikuti jejak kakeknya.
Ucapan penyemangat yang diberikan Aldrian itu justru membuat Andrew semakin galau, dia hanya punya waktu tiga bulan untuk pacaran, dan ini merupakan pertama kalinya dia menjalin hubungan, tadinya dia ingin menikmati setiap momennya sepuasnya, tapi kini harapannya itu musnah, dia harus segera melamar Sandra sendiri atau Ayahnya yang akan melamarkannya untuknya, jangan sampai itu terjadi karena itu akan sangat memalukan.
***
"Hatchim, siapa yang sedang membicarakan ku sampai aku terus terusan bersin."
Sementara di apartemennya Sandra sedang sibuk berkutat dengan laptopnya, meskipun di rumah dia masih saja sibuk mengerjakan pekerjaan kantor, sampai tiba-tiba ponselnya berdering dan dia tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar.
"Halo."
"Hmm dingin sekali sambutan mu, tidak bisakah kau sedikit lebih hangat, sekarang kita sudah bukan teman lagi apalagi atasan dan bawahan."
"Pppffffttt- memangnya selain halo apalagi kata yang biasa orang ucapkan saat mengangkat telepon?"
"Itu untuk telepon biasa, setidaknya untukku harusnya kau tambah jadi "Halo Sayang"."
Wajah Sandra merona mendengar Andrew mengucapkan kata sayang, rasanya agak aneh jika mereka tiba-tiba menjadi mesra setelah bertahun tahun hanya berteman.
"Kenapa diam? Kau tidak mau memanggilku sayang ya?" Andrew merajuk di telepon.
"Setahuku kau tidak pandai menggoda perempuan, sejak kapan kau jadi ganjen begini?"
"Selama ini kita hanya berteman kan, jadi mana bisa aku merayu mu, tapi sekarang status kita berbeda jadi bersiaplah."
"Wah, jadi selama ini kau punya bakat tersembunyi begitu? Aku jadi penasaran seperti apa kau akan merayuku."
Sandra menutup laptopnya dan hanya fokus pada telepon nya dengan Andrew, dia terlihat seperti anak abg yang sedang dimabuk asmara.
"Kalau begitu buka pintu apartemen mu, biar aku bisa menunjukkannya secara live."
"Sekarang kau ada di depan apartemenku?" Sontak Sandra meloncat dari tempat duduknya dan setengah berlari menuju pintu, dan dia semakin terkejut saat dia mendapati Andrew benar benar berdiri didepan pintu apartemennya dengan seikat bunga mawar ditangannya.
"I'm here" Ucap Andrew sambil mengulurkan tangannya yang sedang memegang bunga kehadapan Sandra.
Dengan mata berkaca-kaca Sandra tidak segera mengambil bunga yang diulurkan Andrew, dia justru merangkul Andrew dengan erat "Thank you." Ucapnya lembut.
Andrew balas merangkul Sandra dan mereka pun menghabiskan malam bersama di apartemen kecil itu, malam ini Andrew hanya ingin membuat momen manis yang tidak terlupakan saat mereka masih menjadi sepasang kekasih sebelum akhirnya nanti dia melamar Sandra.
Malam itu hujan turun cukup lebat,jalanan yang becek dan licin membuatnya kesusahan untuk berlari,setelah pelariannya yang dirasa sudah cukup jauh,Mona putuskan untuk berhenti sejenak dibawah pohon besar,dia terduduk diatas akar pohon yang menyembul,menyandarkan punggungnya dibatang pohon,dan menengadahkan wajahnya ke atas,memandang daun daun yang lebat,pikirannya masih berkelana pada kejadian sebelum dirinya memutuskan untuk lari kedalam hutan.
"Mona,pergilah!! aku akan mengalihkan perhatian mereka,jadi cepatlah pergi!!"
Suara Alex teman seperjuangannya masih terdengar jelas ditelinga Mona.
"Kau gila ya??aku tidak akan meninggalkanmu sendirian disini,ayo kita lari bersama!"
"Tidak,dengarkan aku! kau harus pergi darisini dan laporkan semuanya pada Pak Kepala,jika kita pergi bersama itu hanya akan membuat kita tertangkap"
"Alex"
Mona meninggikan suaranya sambil menarik tangan Alex agar mau pergi bersamannya,tapi Alex sama sekali tidak bergeming,dia hanya memegang tangan Mona dan menepuk nepuk punggung tangannya menenangkan,sambil tersenyum tipis Alex berkata pada Mona.
"Mona,kapten sudah mengumpankan kita pada para bedebah ini,jika kita lari mereka hanya akan mengejar kita bahkan sampai ke ujung dunia,jadi sekalian aku akan mengajak mereka ke dunia lain.Tapi kau harus tetap ada di dunia ini untuk membalaskan dendamku!"
Mona hanya terpaku mendengar perkataan Alex,belum bisa mencerna dengan benar,atau lebih tepatnya tidak mau percaya dengan kata katanya,menggenggam tangan Alex semakin kuat.
"kumohon jangan!" Mona sudah mulai merasakan ada yang menetes di pipinya,dan menatap lekat mata sahabatnya itu.
Alex hanya tersenyum sambil mengusap air mata Mona,dia melepaskan cengkraman tangan Mona dengan perlahan,kemudian berbalik dan langsung berlari menuju sebuah bangunan,sebuah rumah kecil mirip gudang.
Di dalamnya sedang ada pertemuan para petinggi perusahaan ilegal tempat mereka ditugaskan menjadi infiltrator, tugas awal mereka adalah untuk masuk menjadi salah satu anggota mereka,dan mencari bukti bukti yang menyatakan perusahaan mereka adalah perusahaan ilegal dan menangkap semua dalangnya,mereka sudah hampir mengumpulkan semua bukti sampai tiba tiba keadaan berbalik,ada yang membocorkan keberadaan mereka, dan sekarang mereka sedang bersembunyi menunggu moment tepat untuk lari.
Tapi sialnya penjagaan malam itu diperketat,karena pemimpin perusahaan mereka barusaja mengumumkan ada tikus pemerintah yang mencoba menyusup kedalam perusahaan,semua petugas keamanan kalang kabut mencari siapa tikus nya,setiap orang yang bekerja diperiksa kembali identitasnya,tidak ada seorangnpun yang diijinkan keluar dari gerbang utama sebelum penyelidikan selesai.
Alex yang sudah memantapkan hati nya terus berlari dan berhenti didepan salah seorang petugas keamanan,dan dengan santai nya berkata pada petugas itu
"Saya tahu siapa tikus nya pa,biar saya beritahukan langsung pada pimpinan"
Petugas keamanan yang kegirangan mendengar ucapan Alex,langsung menyeret tangannya menuju pintu masuk rumah tanpa rasa curiga sedikitpun,dia yang merasa kelelahan hanya merasa senang bahwa pekerjaannya akan segera selesai jika tikus itu tertangkap,dan bisa kembali ke ruangannya untuk beristirahat.
Sesampainya dipintu masuk,petugas keamanan itu mengetuk pintu tiga kali kemudian membukanya secara perlahan,petugas itu masuk kedalam ruangan bersama Alex yang mengikuti dibelakangnya,menghampiri meja pimpinan perusahaan tempat mereka bekerja Baskoro Wiryawan, petugas itu membisikan sesuatu ditelinga Baskoro,membuat matanya menoleh dan melirik tajam pada Alex.
Pria paruh baya itu menjentikan jari nya menyuruh Alex mendekat,Alex mendekatinya dengan seringai di wajah nya,sambil berjalan pelan menuju meja Baskoro Alex mebuka jaket nya melemparnya ke sembarang arah,seketika orang orang yang berada diruangan itu membulatkan mata melihat peledak yang menempel menyilang di dada Alex,belum sempat mereka beranjak dari tempat duduk,Alex sudah menarik tuas peledak dan seketika suara ledakan menggema,merubah ruangan itu beserta isinya menjadi abu.
Mona yang melihat kejadian itu dari kejauhan tidak dapat membendung lagi air matanya,dia menangis getir meneriakan nama sahabatnya itu,agar pengorbanan Alex tidak sia sia,Mona sudah membulatkan tekad nya untuk segera lari dari tempat itu dan segera kembali ke markas,melaporkan semua kejadian pada kepala pusat BIN (Badan Intelejen Nasional) bagaimana kapten mereka sudah menghianati mereka.
Kembali pada Mona yang masih bersandar dibawah pohon,dia yang kelelahan perlahan mulai memejamkan matanya dan tidak berselang lama dia sudah hilang kesadaran sepenuhnya,masuk ke alam mimpinya melihat Alex yang tersenyum ceria sambil melambaikan tangan ke arahnya.
. . . . .
Matahari sudah tinggi,sinarnya masuk menerobos jendela sebuah kamar kecil,membuat seseorang yang sedang tidur disana mengernyitkan kening,reflek mengangkat tangannya menghalangi sinar matahari dari wajahnya,perlahan dia mulai mengerjapkan mata,mengumpulkan sisa tenaga untuk bangun dan bersandar pada dashboard tempat tidur,kemudian mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan.
"Dimana ini? terkahir aku ingat sedang istirahat dibawah pohon"
Tiba tiba pintu kamar terbuka,tampak seorang wanita muda memasuki kamar,sambil melonjak kaget mendapati penghuni kamar sudah bangun,wanita itu setengah berlari mengahmpiri kasur.
"Nona anda sudah sadar? apa ada yang terasa sakit?"
"Tidak,tidak ada yang sakit,tapi..ini dimana?"
"Tempat ini adalah panti asuhan Kasih Ibu,saya dan ibu kepala panti menemukan nona tergeletak di bawah pohon nangka d kebun belakang,saya kira nona sudah mati,pas saya cek nafas nona ternyata nona cuma tidur,lagian kenapa nona tidur dibawah pohon?"
"Emm,kayanya semalam gara gara hujan saya jadi tidak memperhatikan sekitar,saya cuma berniat istrahat sebentar,tapi ternyata saya ketiduran ya" Mona tersenyum malu mengetahui kenyataan dia yang tertidur di kebun orang.
"Tapi itu beneran kebun?perasaan saya masuk ke hutan semalam"tanya Mona kebingungan
"Oohh,kebun belakang kami memang luas,terhubung langsung ke hutan,tapi ada jalan setapak yang memisahkan,memangnya kenapa nona sampai masuk kehutan?eh iya saya belum tahu nama nona?"
"Begitu ya,kenapa juga ya saya lari kehutan,haha"tertawa canggung untuk mencairkan suasana,agar wanita muda didepannya itu lupa dengan pertanyaannya,"panggil saja saya Mon,eh Lisa aja,anda sendiri?"
"Nama saya Erika,tapi saya biasa dipanggil Eri"
Eri tersenyum pada Mona yang sekarang memilih untuk dipanggil Lisa,itu masih nama aslinya,karena nama lengkap Mona adalah Monalisa Van Derick,hanya saja semenjak bekerja di BIN,setiap anggota mempunyai nama panggilan mereka masing masing sebagai alias,Mona lebih memilih nama depannya saja sebagai nama alias nya,hanya kepala pusat BIN saja yang mengetahui nama lengkap atau nama asli setiap anggotanya,dan semenjak saat itu dia hanya memperkenalkan diri sebagai Mona saja,saat di markas besar maupun saat menyusup di area musuh,nama lengkapnya seakan sudah terlupakan,tapi sekarang dia memilih untuk memakai namanya yang lain,berharap keberadaannya tidak akan membawa hal buruk bagi orang di sekitarnya.
Note:
untuk selanjutnya Mona akan dipanggil Lisa,karena disini dia sudah memperkenalkan dirinya sebagai Lisa.
Hari semakin siang,matahari semakin tinggi,perut Lisa yang memang belum diisi dari kemarin sudah mulai bergemuruh,Eri yang mendengar suara perut Lisa menepuk jidatnya karena lupa menawari tamunya makan,sedangkan Lisa hanya tertunduk malu.
"Nona maaf ya,saya lupa menawari makan,anda pasti sekarang sudah kelaparan, ayo mari saya antar ke ruang makan"
"Ga apa apa mba,saya yang harusnya minta maaf sudah merepotkan,dan tolong jangan panggil saya nona,panggil Lisa aja mba"
"Oke Lisa,yu kita makan,kamu juga jangan panggil aku mba,panggil Eri aja,kayanya kita juga seumuran,hehe" ucap Eri sambil membantu Lisa turun dari kasur dan mengantarnya keluar makan.
Sepanjang jalan ke ruang makan,Lisa hanya diam mengikuti Eri dari belakang,sambil melihat lihat sekeliling,rumah itu di cat dengan warna warna yang berbeda d setiap ruangan,dan ada satu ruangan dengan banyak pintu yang berjejer.
Mungkin itu kamar kamar untuk para penghuni panti ini, pikir Lisa
"Ayo masuk" Eri membukakan pintu menuju sebuah ruangan,disana terdapat meja yang panjang,mungkin bisa untuk makan 20 orang.
disebelah kiri meja itu ada dapur yang cukup luas,dan ada satu pintu lagi,pintu menuju halaman belakang.
"Terimakasih mba,eh Eri" Lisa tersenyum pada Eri sambil menarik satu kursi untuk dia duduki,Eri menyiapkan beberapa makanan yang sudah dia buat tadi pagi ke meja makan,dan mempersilahkan Lisa untuk makan.
Perlahan Lisa memakan makanan yang sudah disediakan di meja makan,tadinya dia mau makan pelan pelan saja,tapi karena perutnya yang benar benar sudah kelaparan ditambah rasa dari makanannya yang lezat,membuat Lisa tidak sadar sudah manambah kecepatan makannya.
"Pelan pelan aja makannya,ga bakal ada yang ngambil ko" ucap Eri sambil menepuk nepuk bahu Lisa.
"Hehe iya,ini makanannya enak banget jadinya kebawa perasaan"
Selesai makan Lisa membantu merapikan kembali meja makan dan mencuci piring kotor, setelah semua beres,kemudian Eri mengajak Lisa duduk kembali di meja makan,mereka menarik kursi dan duduk berhadapan.
"Terimakasih Eri makanannya,saya benar benar sudah berhutang budi pada anda"
"Eishh,jangan sungkan,seperti yang kamu tahu tempat ini adalah sebuah panti asuhan,kami disini sudah terbiasa menolong mereka yang tidak punya tempat tujuan,meskipun kebanyakan anak anak"
"Tapi kan saya orang dewasa,sudah sewajarnya kalau saya membalas semua kebaikan anda,bagaimana cara saya membalas budi Eri?"
"Tenang aja,Lisa ga usah pikirin masalah balas budi,kami semua disini ikhlas ko,apalagi ibu kepala panti,beliau orang paling tanpa pamrih kalau masalah menolong orang,meskipun kadang aga bawel sih,haha"
"Siapa yang kamu panggil bawel Eri?"
Eri terperanjat dan mendongak ke arah sumber suara,dia mengatupkan bibir rapat rapat melihat siapa yang datang,seperti dugaannya,Ibu Marta kepala panti lah yang datang.
"Kamu lagi ngomongin saya Eri?"
tanya bu Marta lagi sambil berjalan menuju meja makan tempat Eri dan Lisa duduk.
"Engga ko bu,tadi saya bilang bawal bukan bawel,kata Lisa ikan bawal panggang buatan ibu enak,hahaha,iya kan Lisa?"
Eri tertawa palsu sambil menegedip ngedip kan mata ke arah Lisa supaya dia mau bekerja sama,sedangkan Lisa yang diberi kode hanya mengaggukan kepala sambil menatap ke arah ibu Marta.
"Lisa?" bu Marta melihat orang yang duduk disebelah Eri,"kau sudah bangun rupanya,jadi namamu Lisa ya?" tanya bu Marta kepada Lisa.
"Iya perkenalkan nama saya Lisa bu,terimakasih sudah menolong saya,saya sudah berhutang budi pada anda"
"Panggil saja saya bu Marta seperti yang lain,jadi Lisa..kenapa kamu tidur dibawah pohon di kebun kami?"
Bu Marta yang tadinya mau mengomeli Eri,teralihkan sudah perhatiannya karena melihat Lisa,paras Lisa yang cantik tapi tidak seperti penduduk lokal membuat bu Marta penasaran tentang siapa dia sebenarnya,Eri yang sudah lupa dengan pertanyaannya saat dikamar seperti teringatkan lagi dengan pertanyaan bu Marta,Eri mulai menatap Lisa lekat sedangkan bu Marta mulai menggeser kursi disamping Lisa untuk diduduki,sekarang Lisa berada ditengah tengah mereka berdua mencoba memutar otaknya untuk memberi jawaban yang bisa dipahami mereka.
"Emmm,semalam tiba tiba ada pria menyeramkan yang menghampiri saya,saya takut kalau dia orang jahat,jadi saya langsung lari,saking takutnya saya jadi tidak memperhatikan jalan,tiba tiba saya sudah ada didalam hutan,karena lelah saya istrahat sebentar dibawah pohon,tapi sepertinya saya malah ketiduran" Lisa mencoba menjelaskan selogis mungkin tentang kejadian yang menimpanya,karena tidak mungkin dia mengatakan hal yang sebenarnya,orang normal tidak akan ada yang percaya.
"Lalu kenapa kamu tidak membawa barang apapun bersamamu?kami mencoba mencari ktp mu,tapi kami tidak menemukan tas disekitar tempat kamu tidur,baju kamu juga ga ada saku nya" tanya Eri penasaran.
"Sepertinya saya menjatuhkan tas saya dijalan saat berlari,tapi isinya juga ga ada yang berharga jadi hilang juga ga masalah buat saya"
Bu Marta dan Eri hanya diam,mereka mencoba menerka maksud Lisa dengan kata tidak ada yang berharga dalam tas nya
Kalau ga bawa uang masih bisa dimengerti sampe bilang ga ada yang berharga,tapi memangnya ktp ga berharga ya,emang ga bisa dijadiin uang sih,tapi kalau hilang kan tetap aja ribet buat ngurusinnya lagi. Eri
Apa jangan jangan dia lari dari rumah? bu Marta
Melihat kebingungan diwajah mereka,Lisa mencoba menjelaskan kembali,kali ini ditambah ekspresi biar terlihat lebih real.
"Sebenarnya..saya sudah tidak punya siapa siapa,orangtua saya barusaja meninggal sebulan yang lalu,rumah tempat kami tinggal disita oleh bank karena hutang ayah saya,kerabat saya tidak ada yang mau menolong saya,hiks hiks,jadi saya mencoba mencari peruntungan dengan merantau,siapa tahu kalau dikota kecil saya bisa dapat kerja,jadi saya pergi ke kota ini dengan membawa sisa bekal saya,hiks..hiks" kemampuan akting Lisa memang sudah tidak diragukan lagi,mengingat apa pekerjaannya selama ini.
Eri yang mendengar penjelasan Lisa mulai terharu,dia ikut ikutan sesenggukan disamping Lisa,sedangkan bu Marta hanya menepuk nepuk bahu Lisa.
"Jadi kamu tidak punya tempat tujuan?" tanya bu Marta pada Lisa.
"Iya benar,saya luntang lantung seorang diri dikota ini" jawab Lisa
"Oke,kalau begitu kamu tinggal saja dulu disini"
Eh,,segampang itu?? pikir Lisa
"Terimakasih banyak bu,anda benar benar orang yang sangat baik,tapi saya bukan orang yang tidak tahu diri,saya akan bekerja disini sebagai ganti biaya sewa saya tinggal disini"
"Terserah,lakukan saja semaumu,selama kamu tidak membuat masalah yang merugikan panti"
"Baik bu terimakasih,saya janji sayabakan bekerja keras untuk membalas semua kebaikan ibu pada saya"
Bu Marta hanya tersenyum menanggapi jawaban Lisa,dia bangkit dari tempat duduk nya dan mulai berlalu menuju pintu yang ada di samping dapur untuk pergi kehalaman belakang.
Setidaknya aku akan tinggal disini selama menyusun strategi untuk bisa kembali ke markas,jangan sampai rubah itu menemukanku lebih dulu dan menghancurkan semua rencanaku lagi.
Hari hari Lisa bekerja dipanti pun segera dimulai,tapi tidak sesuai yang diharapkan, jangankan menyusun strategi,yang ada setiap hari dia selalu kelelahan dan langsung tertidur pulas.
Download MangaToon APP on App Store and Google Play