Hari ini adalah tepatnya enam bulan usia pernikahan kami. Aku selalu menghitungnya setiap bulan, bukan untuk memastikan seberapa kuat aku akan bertahan dalam hubungan pernikahan yg bertepuk sebelah tangan ini, namun seberapa banyak usaha yg akan aku coba lakukan untuk menakhlukan hatinya.
Ternyata itu tidak segampang yg aku pikirkan, harus lebih banyak usaha dan kepercayaan diri lagi untuk mendekatinya atau membangun kebersamaan walaupun itu hanya secuil harapan. Aku tidak me ragukan semua usahaku akan tetapi hasilnya yg kadang membuatku takut menghadapinya. Aku takut semuanya tidak sesuai yg aku harapkan. Biarlah, setidaknya aku bahagia bisa memilikinya sekarang meski perasaanku tak terbalas.
Ada kutipan Peribahasa yg pernah aku baca ‘Se keras-kerasnya batu karang pasti akan hancur juga oleh deburan ombak laut’. Aku yakin suatu saat nanti dia akan luluh, semua hanya menunggu waktu. Hanya satu yg terkadang membuatku ingin menyerah, dia seperti tidak menganggap aku ada di hidupnya saat ini.
Sekedar bertegur sapa pun jarang bahkan tidak pernah, itu terjadi hanya didepan orangtuaku saja selebihnya aku bagai makhluk tak kasat mata. Mengeluh dan menyerah bukan saatnya bagiku sekarang, akan kubuat dia membalas cintaku. Agar penantianku enam tahun ini dapat membuahkan hasil.
\*\*\*
Pukul 23.50, aku masih menunggunya di ruang tamu. Berharap dia akan pulang walau tak pernah mengabariku. Sepertinya tidak ada tanda-tanda dia akan pulang malam ini. Tidak ingin membuat diriku semakin kecewa karna dia kemungkinan tidak akan pulang, aku memilih menyalakan tv persegi panjang tipis yg ukurannya sangat besar menurutku untuk mengalihkan fokus ku ke kartun pilihan yg suka.
Entahlah mungkin aku tertidur lagi saat menunggunya, selalu terlelap tanpa kuinginkan jika sudah diselingin dengan menonton seperti ini. Aku mengedar pandanganku kearah jam dinding, itu menunjukkan pukul 03.00. Aku hanya kecewa pada diriku yg tak pernah bisa menahan kantukku saat rasa itu menyerang. Menggerakkan tubuhku yg kaku karena tidurku yg miring, lalu beranjak dari sofa menuju kamar yg menjadi tempat kami berdua untuk mengistirahatkan diri.
Aku membuka pintu kamar perlahan takut-takut dia sudah pulang dan berada dikamar. Aku lega walaupun kecewa mendominasiku melihatnya sudah terbaring pulas diatas ranjang. Dia selalu begitu tak menghiraukanku sesabar apapun aku menunggunya diruang tamu. Setiap hari kulewatkan hanya menunggunya, itu kulakukan agar dia tahu aku ini adalah lelaki yg dia nikahin yg berada di hidupnya.
Aku mendekati suamiku itu yg terbaring disisi sebelah kiri ranjang. Walaupun kami tidak saling menyapa tetapi kami tetap tidur dalam satu ranjang. Itu adalah permintaanku dimana saat malam pertama kami saling mengutarakan isi hati kami masing- masing, sedangkan permintaannya menyuruhku untuk tidak menaruh harapan yg tinggi di pernikahan kami ini.
Aku mengambil posisi berjongkok disamping ranjang, menatap wajahnya yg terlelap tenang. Wajah itu sangat rupawan, aku ingin sekali menyentuhnya. Tanganku bergerak pelan merapikan anak rambut yg mengganggu di dahinya tanpa menyentuh kulit wajahnya. Dia sangat tampan bahkan ketampanan nya semakin bertambah dari masa dulu yg kukenal.
Menatapnya lagi, ada percikan kekecewaan dari relung hatiku mengingat semua sifatnya yg ingin membuatku pasrah saja dalam pernikahan ini tetapi dia adalah orang yg paling kucinta dan kutunggu selama ini. Jadi aku tidak akan melepasnya walau dia tidak akan pernah menerimaku setidaknya kami telah mengikat janji diatas altar.
‘Kapan kakak mau berbicara denganku?’ Hanya itu yg selalu kututurkan dalam hatiku, setidaknya dia tersenyum saja. Itu cukup membuatku bahagia. Daripada aku semakin bersedih, aku memilih untuk keluar dari kamar. Aku akan melanjutkan tidurku barang sebentar di sofa ruang tamu sebelum me nyiapkan sarapan dan perlengkapannya kekantor.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments