NovelToon NovelToon
Perfect Love Revenge

Perfect Love Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Mengubah Takdir
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Rania, seorang gadis desa yang lembut, harus menanggung getirnya hidup ketika Karmin, suami dari tantenya, berulang kali mencoba merenggut kehormatannya. Belum selesai dari satu penderitaan, nasib kembali mempermainkannya. Karmin yang tenggelam dalam utang menjadikan Rania sebagai pelunasan, menyerahkannya kepada Albert, pemilik sebuah klub malam terkenal karena kelamnya.

Di tempat itu, Rania dipaksa menerima kenyataan pahit, ia dijadikan “barang dagangan” untuk memuaskan para pelanggan Albert. Diberi obat hingga tak sadarkan diri, Dania terbangun hanya untuk menemukan bahwa kesuciannya telah hilang di tangan seorang pria asing.

Dalam keputusasaan dan air mata yang terus mengalir, Rania memohon kepada pria itu, satu-satunya orang yang mungkin memberinya harapan, agar mau membawanya pergi dari neraka yang disebut klub malam tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 10

Rania menutup pintu kamarnya dengan sisa tenaga yang nyaris habis. Seluruh tubuhnya gemetar. Punggungnya merosot, bertumpu pada kayu pintu yang dingin, seiring dengan hatinya yang terasa hancur berkeping-keping. Perlakuan kasar Airon beberapa saat lalu meninggalkan luka yang jauh lebih perih daripada sekadar memar fisik.

Ia hanya ingin membantu. Ia hanya ingin merapikan kamar pria itu, menyusun kemeja-kemeja mahal yang berantakan, dan membersihkan debu yang mungkin tak terlihat sebagai bentuk terima kasih karena telah memberinya makan dan tempat berteduh. Namun, di mata Airon, kebaikan Rania adalah sebuah pelanggaran wilayah yang tak termaafkan. Dengan pikiran yang berkecamuk dan tubuh yang lelah karena batin yang tersiksa, Rania tidur meringkuk di atas kasur besarnya yang sunyi. Ia memeluk dirinya sendiri, berusaha mencari kehangatan di tengah dinginnya suasana vila, sambil berdoa lirih agar esok pagi ketika ia membuka mata, penderitaan ini setidaknya berkurang satu inci saja.

Pagi harinya, cahaya matahari menyusup melalui celah gorden, namun tidak membawa kehangatan bagi Rania. Saat ia keluar dari kamarnya, ia mendapati Airon tengah berjalan di lorong, bersiap kembali ke kamar utamanya. Pemandangan Rania yang tampak habis melakukan ritual ibadah pagi justru membuat Airon jengah. Bagi pria yang mengandalkan kekuasaan dan logika keras seperti Airon, pemandangan wanita seperti Rania yang masih rajin menyembah Tuhan terasa seperti ironi yang pahit. Kenapa dia harus capek-capek menyembah Tuhan yang seolah-olah tak pernah menoleh untuk membantu nasibnya yang malang?

"Tuan sudah bangun? Mau saya buatkan kopi?" tanya Rania lembut. Suaranya serak, sisa tangis semalam masih membekas di sana.

"Tidak perlu," jawab Airon datar. Langkahnya tidak melambat sedikit pun, tatapannya lurus ke depan seolah Rania hanyalah bagian dari dekorasi dinding.

Mendengar jawaban yang sedingin es itu, Rania hanya mampu menghela napas panjang. Tampaknya sisa-sisa amarah semalam masih membara di hati pria itu. Namun, Rania tidak ingin hidup dalam ketegangan yang terus-menerus. Ia memberanikan diri mengejar Airon hingga ke ambang pintu kamar pria itu.

"Tuan Airon..." panggilnya lagi.

Airon berhenti, berbalik dengan ekspresi datar yang mengintimidasi. "Ada apa?"

"Saya... saya ingin minta maaf, Tuan," ucap Rania pelan, namun suaranya terdengar jelas di telinga Airon yang tajam. "Saya sadar saya tidak seharusnya lancang menyentuh barang-barang Tuan semalam."

Airon menatapnya dalam keheningan yang mencekam selama beberapa detik sebelum akhirnya mendesis, "Mulai sekarang, jangan pernah menyentuh apa pun yang ada di kamar ini. Kamu mengerti?"

"Iya, Tuan. Saya minta maaf."

Rania berbalik, berniat melangkah pergi untuk kembali ke dunianya yang sunyi di lantai bawah. Namun, sebuah tarikan kuat dan mendadak pada lengannya membuat ia tersentak kembali ke arah Airon.

"Seharusnya kamu tidak masuk ke sini lagi jika tidak ingin mendapatkan masalah," ucap Airon pelan namun penuh ancaman. Detik berikutnya, ia mencengkeram tengkuk Rania dan melumat bibir tipis gadis itu dengan kasar.

"Mmm... Tu-tuan..." Rania mencoba meronta, tangan kecilnya memukul-mukul dada bidang Airon yang sekeras batu. Namun, Airon terlalu kuat. Ciuman itu bukan tentang kasih sayang, melainkan tentang penegasan kepemilikan.

Airon melepaskan tautan mereka saat keduanya mulai kehabisan napas. Namun, setelah mengatur napas sejenak, intensitas di matanya tidak memudar. Ia mendorong tubuh mungil Rania ke atas kasur king size-nya dan segera menindihnya.

"Tu-tuan, jangan! Tuan Airon!!!" Rania berteriak, berusaha menghalangi tangan Airon yang mulai bergerak liar.

"Turuti keinginan saya, Rania, kalau kamu tidak mau menyesal!" bentak Airon, amarahnya kembali tersulut karena perlawanan gadis di bawahnya.

"Maaf Tuan... sa- ah!" Belum sempat Rania menyelesaikan kalimatnya, Airon sudah mencengkeram kedua pipi Rania dengan sangat kuat menggunakan satu tangan. Rania merasa rahangnya akan remuk.

"Harusnya kamu turuti saya tanpa banyak bicara! Kamu pikir siapa dirimu?"

Dalam keputusasaan yang memuncak, Rania memejamkan mata dan mengeluarkan kata-kata yang sudah lama tertahan di tenggorokannya.

"Nikahi saya, Tuan..." Suaranya sulit dimengerti karena cengkeraman Airon, namun Airon menangkap getaran di balik kalimat itu.

Airon terpaku. Ia melepaskan cengkeramannya sedikit. "Apa?"

"Tolong, nikahi saya, Tuan. Untuk menghalalkan hubungan ini. Untuk menghalalkan apa yang kita lakukan selama ini," ucap Rania dengan air mata yang kini mengalir deras membasahi pipinya yang memerah akibat cengkeraman tadi.

Penolakan yang Menghina

Pertanyaan itu memicu ledakan sinisme dalam diri Airon. Ia tertawa, sebuah tawa kering yang meremehkan. "Nikah? Apa kamu sudah kehilangan akal sehatmu sampai berani menyuruh saya menikahi kamu?"

Rania merangkak turun dari kasur, ia bersimpuh di lantai dan memegangi kaki Airon dengan tangan yang gemetar. "Saya mohon, Tuan. Saya tidak ingin terus hidup dalam dosa."

Airon menarik kakinya dengan kasar hingga Rania jatuh tersungkur. "Jangan sok suci! Jangan pura-pura jadi wanita mulia di depan saya karena saya benci perempuan munafik!"

Amarah Airon kembali berkobar. Ia berdiri tegak, menatap rendah pada sosok yang bersimpuh di kakinya. "Kamu tahu berapa banyak perempuan sepertimu di luar sana? Yang mencoba menggunakan moralitas sebagai jerat untuk menaikkan kasta mereka? Saya hafal dengan kelicikan perempuan murahan sepertimu! Saya peringatkan kamu: jangan pernah memperlihatkan wajah suci tak berdosa itu lagi!"

"Tapi Tuan..."

"Diam! Dasar perempuan murahan tak tahu diri!" umpat Airon kasar sebelum ia melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Rania yang menangis sejadi-jadinya di atas lantai dingin.

Sisa hari itu dilalui Rania dalam kesendirian yang menyiksa. Ia menyadari satu hal yang pahit: ia hanyalah komoditas yang dibeli dari klub malam setelah pamannya menjadikannya barang jaminan. Ia seharusnya tahu diri. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Airon pun tidak setenang kelihatannya. Permintaan Rania terus mengiang di benaknya, mengusik nurani yang selama ini ia kunci rapat-rapat.

Malam berganti pagi. Airon terlihat duduk di balkon vila yang menghadap ke taman belakang, laptop terbuka di hadapannya. Ia sedang mengerjakan beberapa laporan bisnis penting, namun bayangan Rania yang menangis semalam terus mengganggu fokusnya.

Rania datang membawakan secangkir kopi, meletakkannya di atas meja tanpa berani mengeluarkan suara, lalu berniat segera pergi.

"Rania," panggil Airon tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

"Iya, Tuan." Rania berhenti, membelakangi Airon.

"Di kamar saya ada tas belanjaan berisi pakaian. Ambil dan pakai sekarang. Kamu sudah seminggu memakai pakaian yang sama. Pakai yang ada di dalam tas itu," perintah Airon dengan nada datar.

Rania mengangguk patuh, meski ada rasa heran di hatinya. Ia masuk ke kamar Airon dan menemukan tas belanjaan dari merek ternama. Namun, saat ia membukanya di kamarnya sendiri, wajahnya seketika memerah padam.

Di dalam tas itu terdapat beberapa potong dress yang indah, namun yang membuat Rania terpaku adalah pakaian dalamnya. Kainnya sangat tipis, bahkan beberapa potong celana dalamnya terbuat dari bahan lace yang menerawang. Rania tak habis pikir bagaimana orang bisa menjual pakaian seberani ini.

Meski begitu, ia tidak punya pilihan. Selama seminggu ini, ia terjebak dalam siklus yang melelahkan, mencuci pakaian dalamnya, lalu menunggu hanya dengan berbalut handuk sampai pakaian itu kering untuk dipakai kembali. Dengan tangan gemetar, ia mencoba memakainya. Pakaian itu pas. Sangat pas, seolah Airon tahu setiap jengkal ukuran tubuhnya hanya dengan menyentuhnya di kegelapan malam.

Beberapa saat kemudian, Rania keluar menuju balkon. Ia mengenakan dress putih selutut dengan potongan minimalis yang elegan. Penampilannya jauh berbeda dari gadis desa yang kumal.

Airon yang tadinya fokus pada pekerjaan, perlahan menoleh. Untuk sesaat, napasnya tertahan. Ia tertegun, matanya tak berkedip menatap sosok di depannya. Gaun putih itu membungkus tubuh indah Rania dengan sempurna, memancarkan kecantikan murni yang kian terpancar jelas. Rambutnya yang dibiarkan terurai tertiup angin sepoi-sepoi, membuatnya tampak seperti malaikat yang terjebak di tempat yang salah.

Hasrat liar kembali membuncah di dada Airon. Ingin rasanya ia segera berdiri, menggendong wanita simpanannya itu, membawanya kembali ke kamar, dan menikmati keindahan itu sepuasnya tanpa gangguan apa pun.

"Tuan..." suara Rania menyadarkannya dari lamunan liar.

Airon berdeham, berusaha menguasai diri dan menekan hasrat yang mulai mengendalikan logikanya. "Ehem... bagus. Pakaian itu cocok untukmu," ucap Airon dingin, meski jemarinya yang mengetik di atas keyboard kini sedikit gemetar karena menahan gejolak gairah yang membara.

Selamat datang kembali di bab terbaru karya Author! Harap diingat, cerita ini diperuntukkan bagi pembaca yang sudah berusia 21 tahun ke atas karena mengandung tema dewasa dan kompleksitas hubungan yang intens. Terima kasih atas dukungannya! Salam hangat, Author.

1
Dew666
💎💎💎💎💎
Bintang Nabila
bagus sih ini. kita kayak nonton drama, aku bisa bayangin adengannya. untuk author keren sih
Lingga Ganesa
mantappuuuuuu thorrrrrrr
Ririn Wati
Good novel thor
Syifa Nabila
Keren sih ini
Bestreetg
karya author is the best
Lela Alela
🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
partini
ya kalau dah merasa kamu sebagai asisten ya harus menjaga dong ,be smart don't be stupid lah Edgar
masa tangan kanan ga punya rencana 🤦🤦
Ariany Sudjana
apapun yang terjadi Rania, tetap percaya sama Airon, apalagi sudah ada calon pelakor hadir di kantor
Ariany Sudjana
puji Tuhan, hubungan Rania dan Airon sudah lebih baik dan mereka saling mencintai 😄
partini
ko sama Thor
Ariany Sudjana
ini gimana sih penulisnya, bab 21 dan 22, kok sama isinya? hanya sedikit beda di akhir
Ariany Sudjana
semoga Rania tetap sabar yah mendampingi Airon, apalagi sekarang pelakor murahan sudah muncul, pasti akan selalu meneror Riana
Ariany Sudjana
foto itu foto masa kecil Airon dan Rania yah?
partini
ini Casanova patah hati karena wanita weleh 😂😂😂😂
partini
apa Arion Suka lobang sana sini yah 🙄agak lupa TK kira dia frustasi Karnena di tinggal cewenya
partini
pawangnya di temukan kuntinya berdatangan 😂😂😂
Mayya
Best sih menurut aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!