NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:861
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 – Sumpah di Gerhana

Dua hari setelah insiden Bayang Arena, atmosfer di Valenforge berubah total.

Bukan lagi ketenangan yang angkuh, melainkan kepanikan yang terorganisir. Kabar tentang Rion Valcrest, kebanggaan Klan Api dan murid terbaik Aetherion, dikalahkan dan dikuras habis energinya oleh entitas bayangan misterius, menyebar seperti api liar.

Grandmaster Solan Caelum, yang biasanya tertutup, harus membuat pernyataan publik yang mendesak, menjanjikan penangkapan The Shade dan pemulihan tatanan. Murid-murid Aetherion, yang tadinya congkak, kini berjalan dengan rasa was-was. Mereka tahu, ada sesuatu di luar tembok Valenforge yang lebih kuat dari kekuatan elemental mereka.

Ardan, kembali ke gubuk reotnya di Desa Tersisih, membiarkan tubuhnya pulih. Kemenangan atas Rion terasa hampa. Bukan karena ia tidak puas, tetapi karena Void Energy menuntut harga yang tinggi.

Setiap kali ia membiarkan The Great Devourer lepas, ia merasakan kekosongan yang dingin di dalam dirinya, yang hanya bisa diisi oleh kebencian.

“Kau menahan diri, Ardan. Kau seharusnya menghabisinya. Itu adalah kesempatan yang sempurna untuk menghancurkan simbol mereka,” rengek The Whisper, kini terdengar lebih mirip seperti kritik internal daripada entitas luar.

Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan moralitas-ku, balas Ardan dalam hati, membaca buku kuno Elandra yang kini ia sembunyikan di bawah kasurnya. Ia belajar tentang The Eternal Architect, fase Void yang lebih sulit: mengisi, bukan menguras.

Ia mencoba berlatih di malam hari, mencoba menggunakan Void untuk memperbaiki gubuknya yang bocor. Alih-alih melenyapkan lubang, ia mencoba mengisi kekosongan itu dengan energi. Ia harus memfokuskan pikirannya pada 'penciptaan' dan 'pengembalian', konsep yang bertolak belakang dengan segala yang ditawarkan The Whisper.

Hasilnya lambat. Void Energy yang digunakan untuk 'menciptakan' hanya menghasilkan asap hitam tipis yang segera hilang.

“Bodoh. Itu buang-buang energi. Gunakan aku untuk menghancurkan atapnya, lalu pergi ke Valenforge dan curi atap baru,” The Whisper mencibir.

"Diam," desis Ardan, menutup buku Elandra.

Di malam gerhana yang lain, saat rembulan hitam melayang di atas langit Valenforge, Ardan memutuskan untuk kembali ke tempat yang paling menyakitkan baginya: Tebing Aetherion.

Tebing itu, tempat ia dulu hampir bunuh diri, adalah batas fisik antara dirinya yang lama dan dirinya yang baru. Ia menyusup keluar dari Desa Tersisih, melintasi jalan setapak becek, dan mencapai tepi jurang yang curam.

Di seberangnya, Akademi Aetherion tampak seperti kastil dongeng yang jahat, bermandikan cahaya putih dan rune pelindung yang kini berkedip-kedip, diperkuat karena teror The Shade.

Ardan berlutut. Ia tidak membawa pedang, tidak membawa jubah duel. Ia hanya membawa dirinya yang asli.

"Aku akan kembali," bisik Ardan pada angin dingin yang menerpa wajahnya.

Ia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan semua emosi—bukan hanya kebencian, tapi juga rasa sakit, pengkhianatan, dan tekadnya. Ia tidak lagi ingin menjadi Ardan Kael, sang Reject yang pasrah. Ia juga tidak ingin menjadi The Shade, boneka kekacauan milik Serena dan The Eclipse Order.

Ia ingin menjadi dirinya sendiri, menggunakan Void Energy untuk misinya.

Ia membiarkan Void Energy mengalir keluar dari dirinya. Kali ini, ia mengendalikannya tanpa kebencian. Energi itu keluar perlahan, tidak merusak lingkungan, melainkan membentuk lapisan pelindung hitam-ungu yang tenang di sekelilingnya.

Ia mengangkat tangannya, menunjuk ke arah Akademi Aetherion.

"Aku bukan gagal. Aku adalah arsitek baru," ujar Ardan, suaranya dipenuhi otoritas yang dingin.

“Kau menipu dirimu sendiri! Kau adalah kehancuran!” The Whisper berteriak.

Ardan menutup matanya, memfokuskan pada ajaran Elandra, pada konsep Eternal Architect.

"Aku tidak akan membiarkan kalian membuang orang lemah lagi," lanjut Ardan, suaranya bergetar karena emosi yang ia tahan. "Aku tidak akan membiarkan tatanan kalian menindas mereka yang tidak punya elemen."

Ia membuka matanya, menatap lurus ke arah Akademi yang dulu menolaknya. Ia tahu Lyra ada di sana, ia tahu Ayahnya ada di sana, ia tahu Solan ada di sana, di balik tembok-tembok yang megah itu.

"Aku akan kembali. Bukan sebagai murid..."

Void Energy di sekeliling Ardan tiba-tiba merespons, memancar keluar dalam bentuk kolom cahaya hitam yang lurus, menusuk langit malam. Langit berubah gelap, gerhana bulan hitam terasa lebih intens.

"...tapi sebagai bayangan yang menelan dunia ini. Aku akan menulis ulang aturan yang menindas orang-orang lemah."

Saat Ardan mengucapkan sumpah itu, ia merasakan perubahan. Void Energy di tubuhnya tidak lagi terasa seperti kekuatan jahat yang asing. Ia terasa seperti darah baru, dingin, tapi sangat kuat, yang memberinya kebebasan mutlak.

Di kejauhan, di Aetherion, Grandmaster Solan Caelum, yang sedang rapat darurat dengan Dewan Elemen, tiba-tiba menoleh ke jendela. Kolom cahaya hitam itu terlihat jelas, menembus rune pelindung akademi.

"Apa itu?" desis Solan, wajahnya yang tenang kini dipenuhi kekhawatiran.

"Energi itu... rasanya seperti Void, Grandmaster," jawab salah satu anggota Dewan. "Tapi... lebih terarah. Tidak liar."

Solan mengepalkan tangannya. Ia tahu ini bukan kekacauan acak. Ini adalah ancaman yang terorganisir.

Di sisi lain Valenforge, Lyra Edevane, yang sedang menjaga Rion yang baru pulih, melihat cahaya itu. Ia tersentak. Ia ingat, hanya satu orang yang pernah berdiri di tebing itu, di bawah gerhana.

"Ardan..." bisiknya, air mata menetes. "Apa yang telah kau lakukan?"

Lyra kini yakin. The Shade, entitas yang mengalahkan Rion, adalah Ardan. Ia harus memilih: kesetiaan pada akademi yang telah merusak sahabatnya, atau kebenaran.

Sementara itu, Serena Thorne melihat cahaya itu dari sudut pasar malam, sambil tersenyum puas.

"Dia membuat sumpah. Pemicu telah diaktifkan," bisiknya pada bayangan yang kini berdiri di sebelahnya—anggota The Eclipse Order. "Sekarang, kita hanya perlu menunggu Solan merespons."

Kembali ke tebing, Ardan berdiri tegak di bawah cahaya gerhana yang memudar.

Ia kini memiliki tujuan yang jelas:

* Menemukan kebenaran tentang penyegelan Void dan Dewa Pertama (dibimbing Elandra).

* Memaksa Dewan Elemen (diwakili Solan) untuk mengungkap rahasia mereka (didukung Serena).

* Membuktikan pada Lyra dan Rion bahwa tatanan mereka salah, dan menawarkan jalan yang berbeda.

Ardan Kael, Sang Tersisih, telah menyelesaikan transformasinya. Ia bukan lagi anak yang dicari. Ia adalah kekuatan yang harus diperhitungkan.

"Aku akan kembali," ulang Ardan, langkahnya kini mantap. Ia berjalan menjauhi tebing, meninggalkan Valenforge dan Akademi Aetherion di belakangnya. Ia harus pergi ke suatu tempat yang bahkan Dewan Elemen pun tidak berani menyentuhnya: Menara Void (The Tower of Shadows).

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!