NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanda 'A'

Dalam perjalanan menuju kantor mereka, Arthur tampak fokus menyetir sambil terus memikirkan berbagai hal yang berkecamuk di kepalanya. Pandangannya sesekali melirik ke arah jalan, sesekali ke spion, dan sesekali kembali ke jam tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 00.37. Tengah malam telah lewat. Pikirannya dipenuhi dengan detail-detail kecil dari tempat kejadian perkara, mencoba mencari koneksi yang hilang antara kasus ini dan kasus-kasus sebelumnya.

Sementara itu, Reyna duduk bersandar di kursi penumpang, pandangannya tertuju pada ponselnya. Cahaya redup layar ponselnya menerangi wajahnya yang terlihat sedikit cemas. Ia sedang mengirim pesan kepada Mark, seorang montir handal yang dikenal Reyna dan mampu memperbaiki mobilnya dengan cepat. Pesannya singkat, meminta Mark untuk memeriksa mobilnya besok pagi segera. Ia tidak mau merepotkan Mark terlalu lama di tengah malam, tapi ia juga takut mobilnya akan terus bermasalah. Ia harus bisa menggunakan mobilnya lagi besok. Ia menunggu balasan dari Mark. Keheningan dalam mobil hanya diisi oleh suara mesin mobil dan ketukan jari Reyna di layar ponselnya.

Ketika mereka hampir sampai di kantor khusus mereka, di tengah jalan, mobil Inspektur Jaxon tiba-tiba berhenti. Arthur pun ikut menghentikan mobilnya. Di tengah jalan, sebuah batang pohon besar menghalangi jalan.

Inspektur Jaxon turun dari mobilnya, diikuti oleh Arthur dan Reyna. Inspektur Jaxon menghela napas panjang. "Selalu saja ada penghalang setiap kali kita melakukan penyelidikan," gumamnya dengan nada frustrasi. Ia mengusap wajahnya yang tampak lelah.

Arthur, tanpa banyak bicara, berjalan menuju batang pohon besar itu. Ia memeriksa lebih dekat. Potongan batang pohon itu terlihat sangat rapi, bukan seperti pohon yang tumbang karena usia tua atau faktor alam lainnya. Ia curiga pohon itu disengaja dijatuhkan untuk menghalangi jalan mereka.

Reyna tetap berdiri di dekat mobil Arthur. Ia mengamati sekeliling. Hanya ada satu lampu jalan yang menyala redup, membuat pencahayaan sangat minim. Udara malam terasa dingin menusuk tulang. Reyna memeluk dirinya sendiri, berusaha menghangatkan tubuhnya dari hawa dingin yang menusuk. Suasana di sekitarnya terasa mencekam dan sunyi, hanya diselingi suara serangga malam yang bercicit. Ia merasa ada yang janggal, sesuatu yang tidak beres.

Inspektur Jaxon mengeluarkan ponselnya dan menghubungi pihak yang berwenang menangani pengangkatan pohon tumbang. Setelah beberapa saat berbicara, ia menutup panggilannya dan menoleh ke arah Arthur. "Kita tidak bisa menunggu orang untuk memindahkan batang pohon ini, terlalu lama," katanya. "Lebih baik kita berjalan saja." Ia tampak frustasi karena waktu terus berjalan.

Arthur menghela napas. Tidak ada pilihan lain. Ia hanya mengangguk setuju. Arthur kembali ke mobilnya untuk mengambil beberapa barang penting yang ia perlukan untuk penyelidikan. Saat kembali, ia melihat Reyna masih berdiri di tempat semula, memeluk dirinya sendiri karena kedinginan. Arthur memutar matanya. Ia mengambil sesuatu dari jok belakang mobilnya dan melemparkannya ke arah Reyna.

Reyna terkejut. Ia menangkap benda yang dilempar Arthur. "Hey! Apa maksudmu?" tanyanya, sedikit kesal. Ia memeriksa benda itu. Itu adalah jaket tebal milik Arthur.

Arthur menjawab dengan nada acuh tak acuh, "Pakai itu. Kau seperti orang mati pucat begitu. Aku tidak ingin menggendongmu nanti kalau kau pingsan." Ia lalu berjalan melewati Reyna menuju batang pohon yang menghalangi jalan.

Reyna sebenarnya ingin menolak, tapi ia memang benar-benar kedinginan. Ia pun terpaksa mengenakan jaket tebal itu. Sambil berjalan mengikuti Arthur, ia bergumam sinis, "Jaketmu bau sekali…" meskipun sebenarnya jaket itu berbau harum, aroma parfum yang lembut.

Arthur, yang tidak mudah tersinggung dengan komentar sinis Reyna, hanya memutar matanya. "Bukan jaketku yang bau, tapi badanmu yang bau," jawabnya singkat, tanpa menoleh. Ia dengan mudah melangkah melewati batang pohon besar itu, Inspektur Jaxon sudah berjalan cukup jauh di depan mereka.

Reyna menatap tajam ke arah Arthur. "Badanku tidak bau!" protesnya, sedikit kesal. Ia mencoba melangkah melewati batang pohon besar itu, tetapi kesulitan karena ukuran batang pohon yang besar dan tubuhnya yang relatif kecil.

Arthur, yang memperhatikan kesulitan Reyna, hanya menatapnya dengan tatapan datar. Tanpa sepatah kata pun, ia mengulurkan kedua tangannya ke arah tubuh Reyna dan dengan mudah mengangkatnya melewati batang pohon. Saat mengangkat Reyna, ia sengaja mendekatkan wajahnya ke leher Reyna sesaat sebelum menurunkannya kembali ke tanah. "Memang bau. Kau pasti tidak mandi seminggu," katanya, lalu berbalik dan kembali berjalan, menutup mulut dan hidungnya dengan tangannya seolah-olah benar-benar terganggu oleh bau badan Reyna. Entah apakah Reyna benar-benar bau atau Arthur hanya menggodanya, sulit untuk dipastikan.

Reyna kembali berjalan mengikuti Arthur, sambil sesekali mencium-cium bajunya sendiri, memeriksa apakah ia benar-benar bau seperti yang dikatakan Arthur. "Mana ada aku bau…" gumamnya, masih sedikit kesal. Ia terus berjalan, mencoba mengabaikan komentar Arthur yang menurutnya menyebalkan.

Di depan, Arthur terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, masih menutup mulut dan hidungnya seolah-olah menghindari bau yang tidak sedap. Namun, dari sudut matanya, Reyna melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Sekilas, ia melihat telinga Arthur seperti memerah. Atau… mungkinkah ia salah lihat? Rasa penasaran mulai muncul dalam dirinya. Apakah Arthur sebenarnya sedang malu atau pura-pura? Ia memutuskan untuk mengabaikan hal itu untuk saat ini dan fokus untuk segera sampai ke kantor mereka.

Perjalanan menuju kantor mereka tidak memakan waktu lama. Jarak antara lokasi pohon tumbang dan kantor penyelidikan mereka cukup dekat.

Inspektur Jaxon sudah berada di dalam ruangan, sibuk memeriksa beberapa berkas dan peta lokasi kejadian di meja kerjanya. Ia tampak serius dan fokus pada pekerjaannya, mencoba untuk menyusun strategi penyelidikan selanjutnya.

Arthur masuk lebih dulu, langsung menuju sofa yang ada di ruangan itu. Ia menjatuhkan tubuhnya dengan kasar ke sofa, mengeluarkan napas panjang dan keras yang menunjukkan kelelahannya. Ia terlihat sangat lelah, baik secara fisik maupun mental, setelah menghadapi kejadian yang menegangkan dan perjalanan yang sedikit merepotkan.

Reyna masuk perlahan, menutup pintu di belakangnya. Ia berjalan menuju mejanya— sebuah meja kerja yang rapi dan tertata— dan mulai memeriksa kembali catatan-catatan hasil penyelidikan kasus-kasus sebelumnya, mencari kemungkinan pola dan hubungan antara kasus pembunuhan saat ini dengan kasus-kasus yang telah mereka selesaikan sebelumnya. Ia berharap dapat menemukan sebuah petunjuk yang dapat mengarah pada tertangkapnya pelaku pembunuhan tersebut. Ia mengambil pena dan notebook, bersiap mencatat setiap detail yang muncul di benaknya.

Reyna menoleh ke arah Arthur yang masih duduk di sofa. "Arthur, mana besi berbentuk huruf 'A' itu?" tanyanya.

Arthur perlahan bangkit dari sofa dan berjalan ke meja Reyna. Ia mengeluarkan huruf 'A' dari saku celananya dan meletakkannya di atas meja Reyna. Ia berdiri di belakang Reyna, kepalanya tanpa sadar mencondong ke bahu Reyna. Posisi mereka begitu dekat.

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!