Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Pengawal Yang Memergokki
Lagi-lagi akulah yang menyetir mobil, dan Dio hanya duduk manis ikut bersamaku dikantor. Entah mengapa Dio mau ikut kekantor, katanya sih mau mengawasiku biar tidak bisa kabur kencan lagi.
Mata semua karyawan dikantor menatap heran, saat Dio mengikuti berjalan dibelakangku. Melihat wajah cupu bisa didekatku pastilah pada melihat aneh, dikarenakan selama ini hanya pria tampan kuajak mampir ke perusahaan.
"Non, harus benar-benar bekerja. Awas saja kelau kencan sama artis itu, akan kulaporkan pada tuan," ancamnya.
"Ciih, beraninya cuma jadi pengadu!" jawabku tak suka.
"Biar saja jadi pengadu, toh itu semua demi kebaikan kamu. Ya sudah, aku mau pergi dulu, mau belajar nyetir mobil, biar Non Dilla tidak capek-capek menyetir," pamitnya yang sudah mengantarku sampai ke dalam ruangan kantor.
"Iya, siip. Pergi sana! Husss ... huus," usirku.
"Awas ya! Jangan macam-macam saat aku tidak ada. Walau tidak didekatmu, tapi bisa tahu apa yang kamu lakukan," Peringatan.
"Dih, macam punya ilmu mata seribu dah."
"Ya iyalah. Memang ada seribu mataku yang bakalan mengawasi, paham!"
"Iya ... iya. Cepetan pergi. Eneg lihat mukamu itu.
Dio si pengacau sudah pergi, dan kini akupun berpikir dan berusaha untuk ketemuan sama kekasih hati. Kalau dipikir pasti akan ketahuan si bocil Dio, jadi harus cari akal agar bisa ketemuan tapi tidak bikin tuh orang mengadu.
[Hallo Reyhan! Ketemuan yuk, aku rindu nih]
Demi menyingkirkan rasa bersalah, menghubungi kekasih yang sudah lama tidak ketemu.
[Kamu gimana sih! Tadi malam aku tunggu tidak datang-datang]
Kekesalan Reyhan akibat tadi malam batal rencana ketemuan.
[Maaf deh sayang, aku tuh benar-benar dijaga ketat sama orang gila, jadi tidak bisa kemana-mana selain dalam rumah, maaf ya!]
[Heeh, ok deh. Kita bisa ketemuan dimana? Mumpung waktuku senggang dan ngak ada jam kerja]
Suara khasnya yang merdu didengar telinga sangat menyejukkan. Efek terlalu rindu, bisa merubah tingkahku lebih manja.
[Di kantorku saja, sebab aku ada sedikit kesibukkan hari ini, gimana?]
[Eem, oklah. Kalau begitu aku meluncur kesana sekarang, ya!]
[Siip, aku tunggu]
Tut ... tut, suara gawai telah terputus sudah.
Mukapun sudah sumringah tersenyum-senyum, akibat kekasih hati akhirnya bisa ketemu sama diriku juga.
Sambil menunggu Reyhan datang, akupun memeriksa beberapa berkas, yang akan menjadi kesibukkan kerjaanku hari ini.
Tok ... tok, pintu telah diketuk.
"Masuk saja!" perintahku.
Ceklek, pintu telah dibuka sekertarisku dengan dibelakangnya sudah ada yang mengikuti yaitu kekasih hati.
"Silahkan masuk, Tuan."
"Oh, iya. Terima kasih."
Tanpa ragu lagi aku langsung memeluk siapa yang datang, sebab aku tahu betul dari bentuk poster tubuhnya siapakah dia? Dan yang pastinya dia adalah Reyhan sang pujaan hati.
"Kamu kok lama banget datangnya?" Suaraku manja tak mau lepas memeluknya.
"Maklum macet, sayang!" jawabnya membuka topi dan kacamata hitam.
Walau Reyhan sering datang ke perusahaan, tapi demi menjaga kejaran fans, maka harus menutup wajah. Setelah didalam ruanganku baru berani memperlihatkan wajah. Walau ada beberapa yang tahu dan memergokki, untung saja mereka semua diam.
"Maafkan aku ya sayang, tadi malam mau ketemuan jadi tertunda terus," ucapku tak enak hati.
"Gak pa-pa, semua bisa termaafkan, sebab kita hari ini beneran ketemuan," jawabnya tak marah.
Lama kami masih dalam keadaan memeluk. Sesampainya di sofa saja diri ini tak mau berjauhan, malah semakin menempel terus bagaikan prangko.
"Terima kasih lho! Kamu memang kekasih hatiku yang selalu saja pengertian," cakapku menyandarkan kepala dibahunya .
"Iya, tidak apa-apa. Kayak tidak kenal diriku saja. Dibawa santai tapi jangan berlebihan saja."
"Aduh, bebebku ini memang yang terbaik."
Pipinya yang agak tembem sudah kutarik pelan dari kiri dan kanan. Reyhan hanya diam atas perlakuanku itu.
"Aku sangat merindukanmu, Dilla!" ujar Reyhan dengan tangan mengusap rambutku.
"Aku juga merindukanmu, Rey!"
Mata kami sudah sama-sama saling terkunci, mencari jawaban kerinduan yang selama ini tertahan. Tangan Reyhan sudah beralih mengelus-elus lembut pipiku, dan sekarang jari jempolnya beralih mengusap pelan bibirku. Wajah kamipun kian lama kian mendekat, sehingga nafasnya yang hangat dan wangi, sudah menyapu pandanganku. Tanpa mengulur waktu lagi, bibir kamipun sudah semakin dekat ... dam tambah dekat saja.
Ceklek, pintu tiba-tiba saja dibuka, tanda seseorang telah datang.
"Uhhuk ... uhuk ... uhuk, egheemm ... heeem,"Suara batuk dan deheman Dio begitu mengelegar, hingga bisa memecahkan aksi kami.
"Aaah, gila si bocil Dio, kenapa juga datang saat ingin kulumat bibir Reyhan. Awas kamu Dio, kali ini kamu beneran akan mati!" guman hatiku marah sekali dengan wajah berapi-rapi, yang kemungkinan tandukpun sudah keluar.
Pengawal yang kurang asem. Tidak bisa mengerti kalau majikan ingin merasakan debaran enak. Sepertinya aku salah menduga tentangnya. Ingin sekali kubejek-bejek wajahnya jadi rempeyek.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️