Dulu dia dibutakan cinta maka dari itu Douglas setujudengan perjanjian pernikahan mereka. Tapi, setelah hampir 4 tahun menikah Douglas merasa hampa tanpa hadirnya seorang anak dalam pernikahan mereka. Istrinya yang selalu sibuk tidak pernah ada waktu untuknya membuatnya semakin berada di titik jenuh pernikahannya.
"Kenapa kau tidak mencari wanita lain saja yang mau mengandung anakmu," saran sesat dari sahabat Douglas yang sepertinya patut untuk dipertimbangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak mau memaafkan
“Tolong!” jeritan Tari pada malam itu menghamburkan para tetangga yang mendengarnya dan berbondong-bondong datan ke rumahnya.
“Bintang!” teriak salah satu tetangga sangat geram saat melihat gadis itu memukul Tari. Pria paruh baya itu langsung mendekat dan menolong Tari yang tampak kesakitan. Sungguh, hatinya ikut ngilu melihat Tari diperlakukan seperti ini oleh Bintang. “Anak durhaka kamu! Tega kamu memukuli ibumu sendiri!” sentaknya.
Tari segera diamankan tetangga dari amukan Bintang. Wanita dajal itu tentu sangat memanfaatkan situasi ini untuk menghasut para tetangganya agar membela dirinya.
Tari memasang wajah sedih meski sudut bibirnya menyeringai iblis. Dia melirik Bintang yang tengah di amuk beberapa tetangganya.
“Kalian kenapa sih selalu berpihak pada wanita dajal ini!” Bintang menunjuk Tari penuh amarah. “Kalian nggak tahu apa yang sudah dia perbuat padaku!” Dengan suara bergetar dan berkaca-kaca Bintang menatap semua orang di sana yang tidak pernah ada dipihaknya.
“Tapi, kamu nggak boleh berbuat seperti itu pada ibumu sendiri.”
Suasana semakin keruh saat Tari mulai bicara.
“Aku nggak tahu kenapa Bintang berbuat kayak gini sama saya. Saya selama ini udah berusaha memberikan terbaik.” Tari berkata dengan suara bergetar diiringi dengan isak tangis.
“Tapi kamu menjualku pada pria tua!” Bintang menyahut tak mau kalah sambil menunjuk-nunjuk Tari penuh emosi dan kekecewaan.
“FITNAH!” jawab Tari dengan lantang. “Fitnah, apa yang di ucapkan dia hanyalah fitnah!” teriaknya lagi.
“Iya ... iya, sabar, Bu Tari. Kami percaya sama kamu.” Seorang wanita paruh baya mengusap-usap punggung Tari untuk menenangkan.
“Bintang, kamu ...” ucapan Tari terhenti saat keributan di sana tiba-tiba terhenti bersamaan datangnya seorang polisi. Tari tersenyum, ia berpikir kalau salah satu tetangganya mungkin ada yang melaporkan Bintang ke pihak berwajib.
“Selamat malam semuanya. Saya di tugaskan untuk menangkap Utari.” Polisi muda itu menunjukkan identitasnya kalau dirinya benar-benar dari kepolisian yang sedang menjalankan tugas. Tak lupa menunjukkan surat penangkapan Tari.
Para tetangga terkejut mendengar hal itu. Beberapa diantara mereka ada yang berbisik dan ada yang saling tatap saja.
Wajah Tari seketika memucat mendengar ucapan polisi muda itu. Dia menggeleng keras. “Nggak! Kamu salah orang! Harusnya dia yang di tangkap!” sentak Tari pada polisi muda itu sambil menunjuk Bintang.
“Boleh saya lihat surat perintahnya, Pak.” Seorang tetangga meminta izin melihat surat penangkapan Tari.
“Iya, tentu.” Menyerahkan selembar surat yang dia bawa.
Pria paruh baya itu membaca dengan teliti. Kedua matanya melebar, mulutnya menganga disertai rasa terkejut luar biasa saat membaca surat tersebut. Pandangannya langsung beralih pada Tari. Tatapannya yang semula iba pada wanita itu kini berubah menjadi tajam dan penuh kebencian.
Tubuh Tari gemetar, ia tak tahu dan tak mengerti kenapa tetangganya yang selalu membelanya berubah menjadi seperti ini.
“A-apa yang terjadi? Kenapa Anda menatap saya kayak gitu?” tanya Tari dengan suara gemetar.
“Jahat kamu! Dasar iblis!” bentak pria paruh baya itu pada Tari.
Para tetangga yang belum paham jadi saling pandang saat pria paruh baya yang merupakan Pak RT di sana membentak Tari dengan penuh emosi.
“Dia pasti polisi gadungan yang udah kerja sama dengan anak sialan ini!” Tari berusaha membela diri sambil menunjuk Bintang penuh emosi. “Ya, nggak salah lagi. Dasar picik!” umpatnya, ingin meludahi Bintang namun niatnya tak terealisasikan karena polisi itu segera memborgol kedua tangannya.
“Arg! Lepaskan aku!” teriak Tari meronta.
“Jelaskan di kantor polisi, Bu Utari!” Polisi tak membuang waktu, langsung membawa paksa Tari ke dalam mobilnya.
Tari berteriak histeris menggedor-nggedor kaca mobil. Tapi, sayangnya nggak ada yang membantu atau iba padanya.
Situasi yang menegangkan pun akhirnya terurai saat mobil polisi itu perlahan pergi.
Bintang menarik nafas panjang, menatap semua tetangganya yang masih berdiri di depan rumahnya. “Untuk apa kalian masih di sini? Pergi!” usirnya.
“Bintang.” Pak RT mendekati Bintang. “Kami minta maaf atas perlakuan kami selama ini. Kami nggak tahu kalau selama ini Tari sejahat ini padamu.”
“Iya, Bintang. Kami bersungguh-sungguh minta maaf.”
Iya, mereka sangat menyesal karena selama ini selalu membela Tari dan mengabaikan anak yatim piatu itu. Ini semua terjadi karena Tari pintar drama, dan menghasut mereka.
“Emoh, aku nggak mau maafin kalian!” Bintang sudah sakit hati. Dia langsung masuk rumah, dan menutup pintu dengan keras.
Brak!!
Semua orang berjingkat kaget sambil mengelus dada.
“Bagaimana pun juga, sekarang kita harus melindungi Bintang. Kasihan gadis itu udah nggak punya siapa-siapa lagi,” kata Pak RT, merasa bersalah, dan sangat prihatin dengan kondisi Bintang saat ini yang sudah tidak memiliki siapa pun lagi.
**
Like dan komentarnya!
akh gregetan aku rasanya sama Mas Bule ini tambah menjadi aja kepedean nya ini tapi aku sukaa🤭🤣
nah betul Mas belajar bahasa indonesia itu penting apalagi calon istrimu itu orang indonesia gak sih🤭😂😂
sekarang menyesal kan setelah tau kebenaran nya 😓
besok besok tolong lebih bijak ya pak RT dan Bu RT 🙄
cepat kursus bhs indo,biar gk selalu resah,kalau diajak bicara...