Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Sayur Kelor
Flashback sebelum ketemu kunci
Rasanya muka ingin kututup terus dengan topeng. Sudah besar ngompol, pasti akan jadi bahan ledekkan jika ada orang lain melihatnya.
"Ya ampun, aduuh. Aahh, sungguh malunya diriku. Kenapa aku ngak bisa menahan kencing ini? Didepan si bocil Dio pulak," gerutu hati yang menahan malu.
"Diam kamu Dio. Aaah ... ini semua gara-gara kamu juga. Awas kamu itu! akan kubuang ke laut biar ikan hiu mencabik-cabik tubuh kamu itu, biar tidak membuat malu padaku kayak gini lagi," puncak emosiku marah-marah padanya.
"Emmm, hahahah ... hmm," Suara Dio sekuat tenaga menahan tawa.
"Bisa diam ngak? Aaaah,dasar bocil sialan!" bentakku emosi.
"Hihihii, maaf Non ... maaf. Aku beneran ngak tahu jika kejadiannya bakalan kayak gini. Siapa sangka kamu akan ngompol sampai kayak gitu, hahahahha!" tawanya lepas lagi.
"Tau aah! Orang yang tidak pekas," ucapku merajuk dengan bibir mengetucut.
Sudah melenggang pergi menarik tangan Dio, yang masih terborgol dengan tanganku.
"Tunggu, Non!" cegahnya saat tangannnya kutarik kuat.
"Gak usah banyak ngomong, aku mau ganti pakaian ini. Enggak mungkin aku akan tidur pakai celana basah begini, bau ancing lagi," Hidung mengendus pakaian sendiri.
"Tapi, kita cari kuncinya dulu."
"Isssh, banyak omong pulak. Cepetan cari kuncinya, atau kamu ingin kena tonjok kepalan tanganku, sebab mau ikut aku ganti baju juga," ancamku marah.
"Iya ... iya, sabar dulu. Aku akan mencarinya, dimana ya meletakkan kunci itu!" jawab Dio pasrah, yang berusaha membolak-balik bantal menggunakan tangan kiri, untuk berusaha mencari kunci.
"Nah ini non, akhirnya ketemu juga," tunjuknya setelah menemukan dibawah katil
"Sini!" rebutku berusaha membuka sendiri.
"Dih, tidak sabaran banget."
"Ya iyalah, tidak tahan sama baunya."
"Dasar pengawal bocil kurang kerjaan, bikin malu majikan saja, plak .. plak ... plak," tuturku marah dengan memukul-mukul kasar lengan Dio, menggunakan kedua tangan yg terlepas dari borgol.
"Ahhh, hahahaha. Pukulanmu tidak terasa, wluweeek!"
Bikin geram dan dongkol saja, makin lama makin ngelunjak mengejek.
"Ini ... ini, rasakan sakitnya, hhhhh ... heeh!" Hembusan nafasku lelah akibat memukul.
Dio kelihatan hanya pasrah tak mencegah, sebab ini murni memang kesalahannya.
"Maaf aku, Non. Ini benar-benar diluar dugaanku, kalau non Dilla bisa-?" Suaranya tertahan dengan wajah tersenyum-senyum tertahan.
"Aaaaah ... lupakan kejadian ini, sepet rasanya melihat muka kamu itu. Aku mau ke kamar mandi saja, menganti pakaian akibat ulahmu," ujarku yang sudah melenggang pergi, untuk mengambil pakain ganti dilemari.
Kulihat Dio hanya berdiri memandangiku, dengan wajahnya tak lepas tersenyum-senyum tertahan. Pakaian basahpun sudah kuganti, dengan tubuh sudah kusiram dengan air sabun, biar menghilangkan bau tak sedapnya.
"Huhuhuhu, papa ... mama? Lihat anak perawan kamu ini, telah dipermalukan oleh orang kepercayaan kamu itu. Baru kali ini aku malu bukan kepalang, gara-gara kencing dicelana didepan pria, huhuhuhu!" tangisku pelan tak mengeluarkan airmata.
"Awas Dio, aku akan permalukan kamu lebih dari ini, tunggu saja tanggal mainnya, hhhhh!" Dalam hati ingin balas denda akibat ulahnya.
Setelah selesai membersihkan diri, tubuh langsung saja kubanting kesembarang arah dikasur, dan tidak memperdulikan lagi atas tatapan Dio.
"Non Dilla?" panggilnya.
"Apa? Ada apa?" sautku galak.
"Ya elah, galak amat ini majikan," responnya tak suka.
"Habisnya kamu itu ngeselin banget, tahu ngak sih? Ayo cepetan mau mengatakan apa tadi, aku mau tidur? Kenapa? Mau borgol tanganku lagi?" cerocos mulutku bertanya tak terkontrol berbicara.
"Enggak, Non. Masalah yang tadi, aku cuma mau meminta maaf," cakapnya merasa bersalah.
"Heeem," jawabku malas.
"Beneran Non Dilla gak marah lagi 'kan?" tanyanya.
"Aduuh Dio, aku mau tidur. Mulut kamu itu seperti cewek saja, pet ... pet ngomong terus. Iya, aku sudah maafkan kamu, puas! Sudah cepetan tidur sana, besok aku mau kerja," Kekesalanku menjawab.
"Iya, Non!" jawabnya lemah.
Rasanya sungguh tak bisa menahan emosi jiwa lagi, agar tak kasar berbicara dengan Dio, tapi semua itu terlakukan karena kesalahan Dio sendiri, yang berani-beraninya sudah memancing kemarahanku. Lambat laun matapun terpejam, sebab mata sudah ngantuk sekali ingin tidur.
***********
Hidungpun sudah mencium bau masakan, yang kelihatannya mengiurkan untuk segera dimakan. Akibat aroma masakan yang menyengat, akhirnya membuat mataku seketika bangun, yang mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Siapa sih, pagi-pagi buta begini sudah masak? Ganggu orang saja!" keluhku saat melihat jam handphone baru jam 4.25 pagi.
"Apakah Dio yang masak?" Hati bertanya yang melihat ke arah kasur sudah tidak ada sosoknya ditempat.
Aromanyapun tercium begitu menggugah selera. Akupun langsung bangkit dari tempat tidur, yang mencoba melihat siapakah gerangan yang menggangu indra penciumanku. Kakipun sudah berlarian kecil untuk segera menuruni anak tangga, dan benar saja ternyata Dio sudah memakai celemek untuk memasak.
"Pagi Dio!" sapaku berbasa-basi.
"Pagi juga, Non!" jawabnya ramah.
"Kamu masak apaan? Kok baunya wangi banget?" tanyaku penasaran.
"Eeeit ... plak, bangun-bangun langsung comot makanan saja. Mandi sana!" Marahnya memukul pelan tanganku.
"Ya elah, ini rumahku, dan yang kamu masak adalah bahan-bahan punyaku. Jangan sok berkuasa jadi tuan rumah disini," Kekesalanku tak suka.
Super nyebelin sikapnya yang sudah merasa rumah sendiri.
"Bukan gitu, Non. Cuma jorok saja, belum mandi dan sikat gigi main comot. Apa ngak jijik jika makanan nanti nyangkut digigi kamu yang belum bersih itu," jelasnya.
"Sampai segitunya kamu berpikir? Makan itu pelan-pelan, kalau rakus lahap sekali makan, ya kemungkinan akan nyangkut digigit."
Masih bisa menjawab. Tidak mau kalah obrolan.
"Pokoknya anon Dilla mandi saja dulu, lagian ini belum siap semua makanan!" suruhnya yang mendorong tubuhku pelan agar pergi dari hadapannya.
"Dasar bocil, majikan sendiri diusir!" gerutuku berlalu pergi meninggalkannya.
Mau tak mau akhirnya aku membersihkan diri juga, dan kini pakaian kantorpun sudah kupakai. Higheels yang senada dengan baju hitampun telah mengiringi keanggunanku.
"Sudah masaknya?" tanyaku yang sudah duduk dimeja makan.
"Sudah, ini ... ini ... ini ... ini!" jawab Dio yang sudah meletakkan beberapa piring ada lauk makanannya.
Mataku terperangah dengan apa yang diletakkan Dio, sebab meja makan hampir penuh, ada sekitaran dua puluh lima menu makanan yang dimasaknya.
"Kamu mau jualan, apa mau memasak untukku makan?" tanyaku heran.
"Hahahaha, masak mau jualan aku hidangkan padamu, Non! Ya, yang pastinya semua ini untuk kamu" cakapnya tak masalah.
"Gila apa kamu bocil? Masak semua ini harus kumakan? Kamu benar-benar ngak tanggung-tanggung. Jangan-jangan semua isi kulkasku kamu habiskan?" cakapku pada Dio, yang kini sudah berlari membuka kulkas.
Wajah hanya bisa mlongo. Semua isi telah kosong. Tinggal wadah penyimpanan dan plastik yang ada sedikit sayurnya.
"Ya ampun Dio. Aaah ... kamu bener-bener tak waras. Dalam kulkas ini tuh stok selama satu bulan, kenapa kamu habiskan semua, haaah!" regekku kesal.
"Pelit amat, kayak gitu aja stok satu bulan. Apa ngak salah?" tanyanya.
"Enggak. Harus hemat kalau mau cepat sukses."
"Diiih. Habisnya banyak sekali bahan makanan tadi, sehingga akupun tergiur untuk masak, sebab ingin menambah kemampuan dari bahan-bahan yang belum pernah kumasak," jawabnya tanpa dosa.
"Belajar sih belajar, tapi tidak juga harus satu kulkas kamu habiskan. Gaji satu bulan kamu aku potong!" ancamku.
"Gimana mau potong! Kerja aja baru dua hari, lagian bukankah gajiku tuan besar yang berikan, bukan non Dilla," responnya berkata sambil mengunyah makanan.
Masih saja kalah dengan mulutnya yang pintar menjawab.
"Hah, menjawab ... menjawab, selalu saja membantah majikan lagi ngomong. Dasar bocil" Kekesalanku.
"He ... he, maaf Non."
"Memang dikampung sering masak apa? Kok kamu sampai segitunya ingin belajar, dari bahan yang belum pernah kamu masak?" tanyaku kepo.
"Sayur bening kelor."
"Apa?" Kekagetanku.
"Bukankah itu untuk memandikan mayit, ya? Selain itu bukankah itu makanan untuk kambing juga, kok dimakan? Berarti kamu itu bisa berubah wujud seperti mbeeek juga dong? Hahahaha. Dio, jadi mbeek, hahahaha!" gelak tawaku lucu atas perkataan sendiri.
"Iiich, puas ... puas balas dendamnya," Muka Dio yang kesal.
"Hhahaha. Kamu memang pantesnya jadi mbek beneran, apalagi kalau kamu keluar tanduknya, pasti kelihatan tambah lucu saja muka kamu itu, hahahahha," ejekku tertawa lepas.
"Diam bisa ngak sih, Non! Pluup," ucap Dio yang mulai dongkol, dan sudah menyuapi aku makanan supaya diam.
Akibat tiba-tiba dimasuki lauk, seketika terdiam akibat kaget dan hampir saja tersedak.
"Itu memang beneran bisa dimakan, Non. Nanti saja aku suruh bapakku untuk kirim pakai pos saja!" Keluguan Dio berucap.
"Hahahahha, daun kelor mau di poskan, apa gak salah? Duh, sakit perutku.
"Isssh, puas banget ngatain orang.
"Biarlah. Habisnya lucu sih. Oh ya, daun kelornya belum sampai sini sudah rontok semua, Dio! Hahahaha."
"Eeh, iya juga."
"Ngapain susah-susah cari, disinipun banyak tanaman milik warga, gratis tak dipungut biaya," jawabku memberitahu.
"Wah benarkah? Nanti deh aku coba masakkan untuk Non Dilla. Dijamin enak dan ketagihan."
"Kamu nyuruh aku memakannya? Ogah dah, ayam setronton bisa aku beli, ngapain makan kayak gituan," balasku tak mau.
"Beneran nih? Gak penasaran sama rasanya? Ini beda rasa dan baunya. Kata orang sih ada efek untuk obat juga," ujarnya masih kekuh ingin aku mencicipinya.
"Enggak bin ogah. Paham."
Mulut sudah tak membalas lagi perkataan Dio, sebab tak akan ada habisnya Dio ngomong jika aku meladeninya terus. Kelihatan sekali selain pandai otaknya, ternyata dia pandai juga dalam berbicara.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️