Perjalanan hidup Kanaya dari bercerai dengan suaminya.
Lalu ia pergi karena sebuah ancaman, kemudian menikah dengan Rafa yang sudah dianggap adiknya sendiri.
Sosok Angela ternyata mempunyai misi untuk mengambil alih harta kekayaan dari orang tua angkat Kanaya.
Selain itu, ada harta tersembunyi yang diwariskan kepada Kanaya dan juga Nadira, saudara tirinya.
Namun apakah harta yang di maksud itu??
Lalu bagaimana Rafa mempertahankan hubungannya dengan Kanaya?
Dan...
Siapakah ayah dari Alya, putri dari Kanaya, karena Barata bukanlah ayah kandung Alya.
Apakah Kanaya bisa bertemu dengan ayah kandung Alya?
Lika-liku hidup Kanaya sedang diperjuangkan.
Apakah berakhir bahagia?
Ataukah luka?
Ikutilah Novel Ikatan Takdir karya si ciprut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Kanaya
Pagi itu, matahari baru saja menembus sela-sela pepohonan di kampung.
Bibi Ratih sedang menyiapkan sarapan ketika seorang kurir datang membawa amplop tebal, resmi, dan berstempel pengadilan.
“Ini untuk Kanaya Putri,” kata kurir, menyerahkan amplop.
Bibi Ratih mengambilnya, ragu sejenak. Amplop itu tebal, berat, terasa dingin di tangan.
Namun saat ia menoleh ke ruang tamu… Kanaya dan bayinya tidak ada.
Rafa yang sejak tadi menata barang-barang melihat ekspresi Bibi Ratih, langsung mengerti.
Kanaya sudah pergi.
Bibi Ratih membuka amplop dengan tangan gemetar.
Di dalamnya tertulis secara resmi: permohonan cerai dari Barata, lengkap dengan tanda tangan, cap pengadilan, dan jadwal sidang.
“Ini… sudah resmi,” gumam Bibi Ratih lirih.
“Dia ingin memutuskan hubungan… meski anaknya masih ada.”
Rafa menatap amplop itu, lalu menatap Bibi Ratih.
“Dia tidak akan menemukan Kanaya,” ucapnya tegas.
“Kanaya sudah aman… di tempat baru.”
Bibi Ratih menghela napas.
“Semoga saja… ini yang terbaik. Tapi surat ini… akan membuat mereka makin agresif.”
Rafa mengangguk, menyadari satu hal:
Angela pasti akan mengetahui alamat baru Kanaya jika tidak hati-hati. Seperti saat ini.
Ia menatap jauh ke arah hutan di mana mereka bersembunyi, menatap rumah kayu kecil itu, dan berkata dalam hati:
“*Tidak akan ada yang merenggut Kanaya dan bayi i*tu. Tidak!, selama aku masih berdiri.”
***
Malam itu, setelah memastikan semua aman di persembunyian baru, Rafa duduk di samping Kanaya.
Ia mengambil amplop tebal dari tasnya dan menaruhnya di meja kayu kecil.
“Ini… surat dari suamimu,” katanya pelan.
Kanaya menoleh, wajahnya tegang, mata bayinya menatap Rafa.
Kanaya mengambil amplop itu dengan tangan gemetar.
“Rafa… aku… aku takut,” suaranya berbisik.
“Kalau aku tandatangani, berarti… aku benar-benar kehilangan semuanya.”
Rafa menatapnya lembut tapi tegas.
“Kamu tidak akan kehilangan semuanya, Kak. Hanya satu hal… satu dokumen resmi.
Ini untuk menutup bab lama dan memberi kita ruang untuk hidup aman.”
Kanaya menelan ludah, matanya menatap tanda tangan Barata di atas kertas.
Rasanya seperti pisau menusuk hatinya—mengakhiri hubungan yang dulu ia bangun, meski kini penuh luka.
Rafa menepuk tangannya pelan.
“Kamu tidak sendirian. Aku di sini. Aku akan memastikan tidak ada yang bisa menyakitimu atau bayi ini.”
Kanaya menghela napas panjang, lalu dengan tangan gemetar… menandatangani surat itu.
“Sudah… selesai,” katanya, suara lemah tapi pasti.
Rafa menarik napas lega.
“Sekarang… kita bisa fokus ke satu hal: keselamatanmu dan bayi ini.”
Kanaya menunduk, memeluk bayinya erat.
Rasa takut masih ada, tapi sedikit lega mengisi dadanya.
Ia sadar, meski bab lama berakhir, masih ada seseorang yang benar-benar peduli—Rafa.
Di luar, angin malam berhembus.
Di hutan sepi itu, Rafa menatap gelap, memikirkan langkah selanjutnya:
“Angela mungkin akan mencari jejaknya. Tapi selama aku di sini… Kanaya dan bayi ini aman.
Aku tidak akan membiarkan apa pun menghancurkan mereka.”
***
Malam itu, setelah hujan reda, Kanaya duduk di kursi kayu persembunyian, bayi di pelukannya.
Rafa duduk di depannya, menatap wajah Kanaya dengan penuh perhatian—mata yang penuh ketakutan dan beban rahasia.
Kanaya menarik napas panjang, menunduk.
“Rafa… aku harus bilang sesuatu,” suaranya pelan, hampir berbisik agar bayinya tidak terbangun.
Rafa mencondongkan tubuh ke depan, hati-hati.
“Apa pun itu, Kak… aku akan tetap di sini,” katanya tegas.
Kanaya menatap bayinya, jari-jarinya mengelus rambut halus si kecil.
“Ini… ini tentang bayi ini… tentang siapa ayahnya.”
Rafa menahan napas, matanya membesar, tapi tetap tenang.
“Kamu nggak harus takut,” katanya.
“Aku cuma ingin kamu aman. Dan aku akan tetap di sisimu.”
Kanaya menunduk, air mata jatuh perlahan.
“Aku… aku tidak tahu siapa ayahnya,” katanya lirih.
“Waktu itu… aku bingung, aku takut, aku… tidak sadar siapa yang benar-benar… bertanggung jawab.”
Rafa terkejut, tapi ia menahan gejolak emosinya.
Ia tahu ini lebih dari sekadar masalah pribadi.
Ini bisa menjadi alasan kenapa Angela begitu gila ingin menemukan mereka.
Kanaya menarik napas dalam, menatap Rafa penuh ketakutan tapi juga berharap.
“Rafa… aku takut orang lain tahu… takut Angela… takut Barata… takut semuanya akan menghancurkan aku dan bayi ini.”
Rafa berdiri perlahan, mendekati Kanaya.
Ia menaruh tangan di bahu Kanaya, menatap matanya.
“Kamu tidak perlu takut lagi. Aku yang akan menjaga kalian berdua.
Siapapun ayahnya… itu tidak penting sekarang. Yang penting… kamu dan bayi ini aman, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh kalian.”
Kanaya menunduk, tangisnya pecah perlahan, tapi kali ini ia menangis karena lega, bukan karena takut.
Bayi itu bergerak di pangkuannya, seperti merasakan ketenangan dari Rafa.
Rafa menatap Kanaya dengan tekad yang makin kuat.
“Mulai sekarang, semua rahasia dan bahaya itu… biarkan aku yang menanggungnya.
Kamu hanya fokus menjaga diri dan bayi.”
Di malam sunyi itu, dalam persembunyian jauh dari kampung, satu hal menjadi jelas:
rahasia terbesar Kanaya sudah terbongkar… tapi Rafa tetap berdiri di sisi mereka, siap menghadapi apapun yang akan datang.
Malam itu, setelah Kanaya menceritakan rahasia bayinya, Rafa duduk termenung di sudut rumah kayu kecil.
Bayi itu tidur nyenyak di pangkuan Kanaya, sementara lilin minyak mengayun pelan, melemparkan cahaya temaram ke dinding kayu.
Rafa menatap bayi itu, rasa aneh menghantam dadanya.
Ada sesuatu yang… terlalu familiar.
Gerakan tangan bayi itu, tatapan matanya—semuanya mengingatkannya pada kejadian di masa kecilnya sendiri.
Ia mengingat saat dirinya masih kecil, terlantar tanpa ayah, menanggung kesedihan yang sama… rasa takut dan ketidakpastian.
Dan sekarang, Kanaya mengalami hal yang persis sama, dengan situasi yang mengancam keselamatan mereka.
Detik demi detik, pikiran Rafa mulai membingungkan dirinya sendiri:
“Tunggu… kalau ini sama persis seperti yang terjadi padaku…
bagaimana kalau… bagaimana kalau anak ini… anak Kanaya… adalah anakku juga?”
Rasa panas di dada, jantungnya berdetak lebih kencang.
Ia menahan tangan yang ingin menyentuh bayi itu, takut jika dugaan itu benar… atau jika salah.
Kanaya menatap Rafa, masih menangis lembut.
“Rafa… kenapa kamu diam?”
Rafa tersentak, menelan ludah.
“Aku… aku hanya memikirkan cara terbaik untuk melindungimu dan bayi ini. Itu yang penting sekarang.”
Tapi dalam hatinya, kegelisahan menguasai:
“Kalau anak ini memang anakku… apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa menjaga rahasia ini sambil melindungi kalian?”
Bayi itu meringkuk di pelukan Kanaya, tanpa tahu gelombang emosi yang menghantam dua orang dewasa di sekitarnya.
Rafa menunduk, menatap tatapan bayi itu, dan menyadari satu hal yang menakutkan:
“Siapapun ayahnya… aku harus tetap melindungi mereka. Tapi… jika ini benar anakku… aku harus lebih berhati-hati dari sebelumnya.
Tidak boleh ada kesalahan. Tidak boleh ada yang terluka.”
Malam itu hening, hanya terdengar napas bayi dan deru angin di hutan.
Di dalam hati Rafa, ketidakpastian itu terus membakar, menambah tekadnya:
Selama ia masih bernapas, Kanaya dan bayi ini aman… apapun rahasia yang tersembunyi.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kira2 gmn akhir dari kisah ini
hahh jd anak itu anak siapa alya kok bisa kanya sma barata dan kok bisa alya hamil hadeh kepingan puzel yg bener2 rumit tingkat dewa 🤣🤣🤣🤣
jawaban dr alya anak dia bukan kira2 kasih flash back nya kapan 🤣🤣🤣
jane apa.sih iki 🤣🤣🤣