Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 - Semakin Resah
"Kau habis mandi?" timpal Dita dengan dahi berkerut dalam. Mengingat Rangga keluar dari kamar mandi, dan di rumah itu, kamar mandi dan wc dibangun terpisah.
"Em... A-anu. Aku habis kencing. Aku emang kadang kencingnya di kamar mandi," kata Rangga tergagap.
"Ish, mulai sekarang jangan deh, Dek. Nanti kamar mandinya bau pesing," tanggap Dita yang langsung percaya.
"Iya, Kak." Rangga mengangguk kikuk. Ia hanya menunduk karena tak berani melihat ke arah Dita.
"Ayo habisin makananmu. Belum selesai kan makannya?" ujar Dita.
"Udah selesai, Kak. Aku udah kenyang," sahut Rangga.
"Udah selesai kok nggak habis? Makanannya nggak enak ya? Maaf ya kalau masakan Kakak nggak enak." Dita tampak sedih.
"Eh bukan gitu, Kak Dita. Makanannya enak kok. Enak banget malah. Tapi aku kan lagi sakit, lidahku masih nggak enak. Minum teh aja rasanya ada pahit-pahitnya." Rangga lagi-lagi berkilah.
"Benarkah? Kalau begitu, sebaiknya kau istirahat lagi aja. Biar cepat sembuh. Jangan lupa obatnya diminum lagi," saran Dita.
"Iya, Kak." Rangga beranjak masuk ke kamar. Ia berusaha mengalihkan pikiran dengan bermain game di ponsel.
Sampai tak terasa malam pun tiba. Kala itu Firza baru saja pulang. Lagi-lagi dia terdengar mengajak Dita bergulat di ranjang. Sering bercinta memang adalah kegiatan rutin yang dilakukan sepasang pengantin baru.
Namun bagi Rangga, itu semua jelas gangguan. Dia lagi-lagi bisa mendengar kakak iparnya mendesah. Kali ini Rangga tidak merasa risih. Seakan mulai terbiasa dengan suara itu. Dia justru merasa tergoda saat mendengarnya. Rangga sampai membayangkan lagi saat tadi pepaya kembar Dita terlihat di depan matanya.
"Astaga! Apa yang aku pikirkan?" Rangga langsung menggelengkan kepala. "Aku harusnya sedih karena baru ditinggal mama. Jangan sampai malah tergoda sama kakak ipar sendiri," keluhnya sambil memukul kepala.
Meskipun berkata begitu, Rangga masih menikmati suara desahan Dita. Ia tak menutupi telinganya lagi dengan headset.
"Astaga... Cobaan apa ini? Sangat menyiksa," ucap Rangga. Hingga dia tertidur, aktifitas panas di sebelah kamar belum selesai.
Saat tengah malam, Rangga terbangun dari tidurnya. Ia merasa tenggorokannya kering dan berniat mengambil air ke kulkas. Namun langkahnya terhenti saat berjalan melewati kamar kakak dan kakak iparnya. Entah salah lihat atau tidak, Rangga melihat Dita telentang di ranjang dalam keadaan tanpa busana.
Karena penasaran, Rangga melangkah mundur dan melihat lagi untuk memastikan. Memang kebetulan pintu kamar sedikit terbuka. Namun saat melihat lagi, sosok Dita sudah tidak ada lagi di ranjang.
"Loh, kemana dia?" gumam Rangga pelan. Dia memilih tak ambil pusing dan melakukan tujuan utamanya. Yaitu mengambil air ke kulkas.
Setelah puas minum, Rangga kembali ke kamar. Matanya terbelalak tatkala menyaksikan Dita tidur di kasurnya dalam keadaan tanpa busana. Persis seperti yang dilihatnya tadi.
"Tunggu dulu. Ini kamarku kan?" Rangga mencoba memastikan apakah dia salah masuk kamar atau tidak. Tetapi dirinya tidak salah sama sekali. Itu berarti Dita yang salah masuk kamar.
Rangga berniat membangunkan Dita. Namun tak jadi karena terganggu dengan penampilan Dita yang bugil. Rangga sampai dibuat panas dingin karenanya. Untungnya area pribadi Dita tertutup lutut karena posisi perempuan itu dalam keadaan meringkuk.
"Bang Firza lagian kemana malam-malam begini? Kenapa dia biarin istrinya tidur di kamarku dalam keadaan begitu?" imbuh Rangga. Ia berniat keluar untuk mencari kakaknya.
"Kau mau kemana?" ujar Dita.
Deg!
Jantung Rangga rasanya seperti disambar petir.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari