Shaerin seorang gadis cantik yang berusia 18 tahun, hidupnya yang tidak berkecukupan dan sederhana kadang-kadang menjadi ejekan di sekolahnya.
Dia memiliki kekasih dan sahabat yang selalu menyemangatinya dan membantu kerap jika Shaerin sedang dalam masa sulit.
Tapi tanpa disangka, mereka berdua justru telah mengkhianati Shaerin dengan hubungan gelapnya, hal itu membuat Shaerin kecewa dan sakit hati.
Suatu hari dirinya diharuskan menikah oleh sang Ibu untuk melunasi semua hutangnya kepada keluarga Algio, Shaerin di nikahkan dengan anak tengah dari keluarga Algio.
Sifat laki-laki itu berbanding balik dengan Shaerin. Cuek, kasar dan keras kepala. tapi jauh dari itu semua ternyata ia memiliki trauma masa kecil yang membuatnya menjadi sangat menderita.
Akankah Shaerin dapat membantu laki-laki itu untuk menghilangkan rasa trauma masa kecilnya? Karena mau bagaimanapun mereka menikah tanpa di dasari cinta dan hanya di atas kertas saja. ataukah mereka akan saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NG STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
Shaerin menundukan kepalanya saat Revana, Jayendra dan juga Clarie sedang menatapnya dengan penuh selidik.
"Kenapa menakutkan sekali?" gumam Shaerin dalam hati.
Ziel memperhatikan istrinya yang sudah gemeteran itu, terdengar suara helaan nafas yang keluar dari mulut laki-laki itu.
"Istriku sangat kelelahan, aku ingin mengajaknya ke kamar." kata Ziel membuka suara.
Ziel menatap sekilas wanita cantik yang sedang duduk dihadapannya, ia melihat dengan begitu jelas bagaimana raut wajah kekecewaannya.
"Dia memasang wajah bodoh seperti itu seolah-olah dialah yang tersakiti." gumam Ziel dengan begitu kesal.
Ia pun mengajak istrinya itu untuk pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua. "Tiara ambilkan makanannya ke kamar, biarkan istriku makan dikamar saja." ucapnya tanpa menatap wajah Tiara.
Tiara yang mendengar perintah itu dengan cepat langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan yang di perintahkan oleh Tuan Muda nya.
Clarie merasakan jika Ziel sedang memperhatikan gadis kecil itu dan hal itu membuatnya menjadi tidak suka.
"Tanpa berpikir panjang kau menikahkan Ziel dengan perempuan seperti itu?"
"Dari data yang aku baca, dia lahir dari rahim seorang wanita penghibur, apakah kau ingin mempermalukan keluarga ini?" tanya Revana santai tapi sangat menekan.
"Kau tidak perlu khawatir, aku merahasiakan pernikahannya karena kebetulan juga gadis itu masih menginjak kelas 3 SMA."
"Apa? kau benar-benar!"
Axton beranjak dari tempat duduknya untuk sesaat ia melirik seorang wanita yang sekarang sudah sah menjadi istri dari putra sulungnya itu.
"Aku akan kembali ke perusahaan, jangan berniat untuk mengganggu menantu kesayanganku." ucapnya lalu pergi meninggalkan istri dan juga anaknya disana.
Revana mengepalkan telapak tangannya kesal, wajahnya memerah karena menahan amarah.
"Kaivan! berikan lagi kepadaku data gadis itu."
Dengan berat hati Kaivan memberikan data tentang Shaerin yang sempat ia kumpulkan beberapa hari lalu kepada Revana.
.
.
.
Shaerin mengambil ponselnya dengan cepat saat benda itu berbunyi, sebelum mengangkatnya ia menatap tajam kearah Ziel yang saat itu sedang membaca majalah di sofa dengan bertumpu kaki.
"Jangan berbicara!"
Shaerin menempelkan ponsel di telinganya, saat panggilan itu terhubung ia bisa mendengar dengan jelas bagaimana Naera menangis.
"Halo?"
'Shaerin kenapa semenjak kita berkumpul di warung pusat kota itu kau tidak datang ke sokalah? apakah terjadi sesuatu kepadamu?' tanya Naera begitu khawatir.
"Aku baik-baik saja, tapi kenapa kau menangis?"
'Aku sangat sedih sekali, aku butuh teman cerita.'
'Ceritakanlah kepadaku, aku akan mendengarkannya.'
'Aku dijadwalkan untuk kencan buta oleh kedua orang tuaku, mereka tega sekali menyuruhku untuk berkencan dengan pria yang bahkan tidak aku kenali sama sekali.'
"Kencan buta?" tanya Shaerin terkejut.
Ziel yang sedang membaca majalah pun mengalihkan perhatiannya sejenak ke arah Shaerin.
'Apakah kau ingin membantuku?'
"Baiklah karena kau selalu membantuku selama ini, aku akan membantumu."
'Benarkah, jika begitu datanglah ke mensionku.'
Shaerin menganggukan kepalanya lalu menutup panggilan tersebut secara sepihak.
Ziel fokus kembali ke majalahnya saat Shaerin langsung beranjak berdiri dan melangkahkan kakinya kearah walk in closet.
Beberapa menit kemudian Shaerin kembali keluar, gadis itu memakai hoodie tebal dan rok dibawah lutut.
"Tuan saya mau pergi untuk menemui sahabat saya." ucap Shaerin yang sudah ada di depannya.
"Aku tidak bertanya."
Bola mata Shaerin berputar keatas, beberapa saat kemudian gadis itu sudah keluar dari kamar suaminya.
Saat dilantai bawah terlihat Revana, Jayendra dan juga Clarie yang sedang makan siang di meja makan, Tiara yang melihat kedatangannya pun langsung menghampiri Shaerin.
"Nona mau kemana?"
"Itu, aku mau pergi untuk menemui sahabatku karena dia sedang membutuhkanku." jawab Shaerin tersenyum hangat.
"Biarkan sopir yang mengantarkan Nona ya?"
"Tidak perlu Bi, saya bisa naik bus di halte nanti karena jaraknya juga tidak terlalu jauh." ujar Shaerin menggelengkan kepalanya.
"Jika begitu baiklah, pulanglah sebelum jam makan malam ya Nona."
Shaerin menganggukan kepalanya, sebelum berangkat ia memberi hormat terlebih dahulu kepada Revana yang sedang makan di meja makan walaupun wanita itu tidak memperdulikannya sama sekali.
"Memalukan." seru Revana
Tiara yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, ia kembali berdiri disamping Revana untuk menemaninya makan siang.
***
"Bagaimana dengan yang ini?" tanya Naera sambil mencocokan bajunya di tubuh Shaerin.
Gadis itu terdiam melihat sahabatnya yang sedang memilihkan baju untuknya.
"Jangan, itu terlalu bagus."
"Maka dari itu aku memilih pakaian ini untukmu,"
"Dan juga maafkan aku, pasti merepotkan sekali."
Shaerin menggelengkan kepalanya, ia memegang kedua pundak sahabatnya itu dengan sangat erat.
"Kau selalu membantuku selama ini, kau memarahi orang-orang yang selalu merundungku di sekolah jadi aku berniat untuk membalas semua kebaikanmu hari ini."
"Baiklah aku mengerti, sekarang cobalah pakaian ini terlebih dahulu."
Shaerin menganggukan kepalanya lalu mengambil alih baju tersebut dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama Shaerin sudah keluar menggunakan pakaian yang diberikan oleh Naera tadi, gadis itu benar-benar sangat cantik sekali menggunakan kemeja putih dan juga rok skirt bewarna hitam polos.
Tidak hanya itu saja, Naera mengoleskan make up yang tidak terlalu tebal di wajah Shaerin sehingga membuatnya terkesan sangat cantik dan elegant.
"Sudah!"
Shaerin menatap pantulan wajahnya di cermin, ia pun seperti tidak percaya jika itu adalah dirinya sendiri.
"Pria itu sudah menunggumu di restoran hotel berbintang, kau akan membuat pria itu menyesalkan? aku juga janji tidak akan mengatakan hal ini kepada Karel."