"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pernikahan
"Loh, mbak Sekar udah pulang?"
Hanya gumaman yang wanita itu berikan sebagai jawaban
"Mau Lilis siapin makanan?" Tanya asisten rumah tangga itu, ia tahu jika majikannya itu tidak baik-baik saja
"Nggak usah Lis, saya mau istirahat aja di kamar!" Sekar lalu membawa langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar tidurnya yang berada dilantai atas
Sesampainya disana, wanita cantik itu segera merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu
Kristal bening perlahan turun, rasa sesak itu masih terasa hingga saat ini belum lagi dengan cemoohan dari anggota keluarga yang ia dapatkan selama pesta
Cukup lama dirinya hanyut dalam rasa sakit, hingga kantuk mulai mengambil alih
Sekar terbangun saat hari sudah mulai gelap, entah berapa jam dirinya terlelap hingga hari sudah gelap seperti ini
"Aku ketiduran!" Sekar beringsut bangun dari tempat tidurnya, menanggalkan kebaya berwarna lavender itu dan berlalu kekamar mandi
Setelah beberapa saat dikamar mandi, wanita cantik itu keluar dengan tubuh yang lebih segar, ia terperanjat saat diatas tempat tidur sang suami telah duduk dengan bersandar pada headboard dengan senyum manisnya
"Mas Adrian?" Sekar terkejut, wanita cantik itu melangkah mendekati sang suami dengan tubuh yang terbalut bathrobe "Ini beneran kamu mas?"
Tangan lembut yang tengah mengusap pipinya, Adrian genggam lalu mengecupnya "Memangnya kamu pikirnya siapa?"
"Tapi ngapain kamu disini?" Ini adalah malam pernikahan Adrian dan Widia dan pria itu malah berada di sini
"Aku jelas merindukan istriku yang cantik ini!" Adrian menarik sang istri hingga wanita cantik itu kini berada diatas pangkuannya
Sekar menghela napasnya berat "Kamu meninggalkan Widia sendiri dirumah?"
Adrian menggeleng "Dirumah ada ibu, Dita sama Nicko juga ada disana"
"Maksud aku, ini malam pernikahan kamu sama Widia, terus ngapain kamu malah disini sih mas!"
Sekar hendak turun namun pria yang merupakan suaminya itu menahan pinggang rampingnya hingga tetap duduk di atas pangkuannya
"Kamu tau sendiri kan, kalau aku nggak akan bisa tidur kalau nggak sambil peluk kamu!" Adrian mendekatkan wajahnya pada ceruk leher sang istri, meresapi aroma yang selalu membuatnya candu
"Widia pasti lagi nungguin kamu disana!" Sekar sesekali memejamkan matanya kala sang suami mulai bermain diarea leher jenjangnya
"Berhenti bicara tentang dia! Malam ini milik kita!" Adian menarik tali bathrobe yang istrinya pakai lalu membuangnya ke sembarang arah
***
Jika disana Adrian tengah menikmati kehangatan bersama Sekar, maka Widia yang merupakan istri keduanya tengah menunggu dengan cemas disebuah kamar yang telah disulap bak kamar pengantin
Taburan kelopak bunga mawar berbentuk hati, selimut yang dibentuk menyerupai angsa serta lingerie berwarna merah menyala yang telah menempel sempurna ditubuh model cantik itu
"Mas Adrian kemana sih?" Sejak tadi Widia hanya mondar-mandir saja, suaminya bahkan tidak mengatakan apapun
Ia meraih ponsel miliknya dan melakukan panggilan pada nomor pria yang menikahinya siang tadi, namun nomornya tidak bisa dihubungi
Adrian memang sengaja mematikan ponselnya, ia tahu jika orang-orang dirumah sadar dirinya tidak ada maka mereka akan mengacau nanti dan dia tidak ingin kehangatan bersama Sekar diganggu oleh siapapun
"Apa jangan-jangan mas Adrian dirumah sama mbak Sekar?" Tebak Widia
Tangannya mengepal, membayangkan suaminya menikmati kebersamaan bersama istri pertamanya itu
"Mbak Sekar pasti godain mas Adrian, sampai mas Adrian ninggalin aku disini!" Amarahnya meluap, menurutnya kakak madunya itu sudah sangat keterlaluan mengingat ini adalah malam Pernikahan antara dirinya dan Adrian
***
"Hp aku bunyi mas!" Suara Sekar menghentikan kegiatan panas yang tengah suaminya lakukan
"Biarkan saja sayang!"
"Tapi kalau penting gimana mas?" Sekar masih berusaha bicara ditengah-tengah suara laknat yang keluar dari mulutnya
Adrian meraih ponsel milik sang istri yang berada diatas nakas, tapi bukan untuk menjawab telepon melainkan menonaktifkan ponsel milik wanita itu lalu meletakkannya kembali diatas nakas, terlebih disana terpampang nama Widia
"Siapa yang telepon?"
"Bukan siapa-siapa!" Jawab Adrian lalu kembali pada kegiatannya yang menyenangkan, hingga keduanya lelah dan Sekar memejamkan matanya
Adrian yang merasa haus keluar dari kamar untuk mengambil minum setelah sebelumnya mengenakan kembali pakaiannya yang tadi dibuang ke sembarang arah
"Loh mas Adrian disini?" Lilis yang tengah berada didapur terkejut
"Memangnya kamu maunya saya dimana?" Ketus Adrian lalu menuang air kedalam gelas
"Bukannya ini malam pertama mas Adrian sama mbak Widia?" Tanya Lilis
"Kamu itu sama aja dengan Sekar! Lagian ini rumah saya, terserah saya mau kesini kapan aja!" Sewotnya
"Bukan gitu mas! Oh iya mas, mbak Sekar belum makan dari siang tadi!" Ucapan asisten rumah tangga itu membuat Adrian menghentikan langkahnya yang sudah hendak meninggalkan dapur
"Sekar belum makan?"
"Iya, tadi siang mbak Sekar keliatannya sedih, terus mbak Sekar nolak saat Lilis tawarin makan!" Jawab Lilis
"Astaga! Sekarang kamu siapin makanannya biar saya yang bawa kekamar!" Adrian merasa bersalah, Sekar pasti tertekan selama pesta. Bukannya bertanya apa dia sudah makan, Adrian malah menggempur istrinya itu habis-habisan tadi
Adrian masuk dengan nampan berisi makanan, ada juga beberapa potong buah apel. Ia melihat jika sang istri tengah meringkuk dibawah selimut tebal yang wanita itu gunakan untuk menutupi tubuhnya yang polos
"Sayang!" Panggil nya dengan lembut "Ayo bangun sayang! Kamu makan dulu yaa!"
Mata indah itu mengerjap, Sekar rasanya terlalu lelah untuk bangun
"Aku nggak laper mas" tolaknya lalu kembali memejamkan mata
"Jangan gitu, kata Lilis kamu belum makan dari siang! Ayo bangun!"
Dengan malas wanita itu bangun dan bersandar pada headboard dengan tetap mempertahankan selimut ditubuhnya
"Ayo! Biar aku suapi!" Sekar membuka mulutnya saat sendok berisi makanan itu diberikan oleh suaminya
"Dasar Lilis tukang ngadu!" Gerutu Sekar dengan mulut yang penuh makanan, sebenarnya ia tidak berselera untuk makan, tapi saat disuapi oleh sang suami seperti ini ia jadi bersemangat untuk makan
"Kamu kenapa pulangnya nggak pamit dulu sama aku?" Kini Adrian beralih pada buah potong setelah makanan di piring telah habis
Sekar menerima suapan demi suapan yang diberikan oleh suaminya "Aku cuma nggak mau ganggu kamu mas"
"Ganggu? Siapa yang bilang kalau kamu ganggu aku? Hmmm?"
"Cuma pikiran aku aja!" Sebenarnya Sekar pulang karena ucapan ibu dari Widia yang begitu menyakitinya siang tadi
"Aku nggak suka yaa kamu punya pikiran seperti itu lagi!"
"Semuanya sudah berubah mas" Adrian menghentikan kegiatannya menyuapi sang istri dengan potongan buah
"Nggak ada yang berubah sayang, semuanya masih sama, cintaku juga masih sama!" Adrian meyakinkan sang istri
"Sebagai suami kamu harus bersikap adil pada kedua istrimu mas!" Sekar menggenggam tangan sang suami dengan tangan satunya memegangi selimut