Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegelisahan David
Karena tidak mau harga dirinya tercoreng oleh seorang pengemis seperti itu. Jaylon berniat memperlihatkan kekuatan sejatinya-- dia siap memenggal pengemis sok jagoan itu.
Lalu Jaylon bergerak menghilang, dia muncul didepan pengemis itu...
"BANG"
Sebelum sempat meninju wajah pengemis itu, Jaylon justru terpental jauh hingga menabrak tembok begitu kerasnya.
Sontak saja Cila tercengang melihat orang yang memiliki tampang preman itu terpental begitu saja. Dia menatap om Amar yang hanya diam saja.
"Ke_ kenapa bisa?"
Tanyanya dengan bingung.
Jati tidak menjawabnya. Jati cuma menjetikkan jarinya ke leher gadis itu beberapa kali. Teknik penghilang ingatan, Jati melakukannya agar dia tidak melihat kekuatannya barusan.
Tidak lama Cila tersadar kembali.
"Apa yang terjadi om Amar?"
Jati hanya menunjuk semua preman yang berniat jahat kepadanya sudah bertumbangan.
Ada rasa haru diwajah Cila... dia bisa bernafas dengan lega. Tetapi sesekali Cila melirik kearah om Amar.
"Terima kasih om, sudah mau menolong Cila"
Ucap Cila sambil menunduk, dia harus berterima kasih atas pertolongannya.
Jati hanya mengangguk singkat.
"Ya"
Tidak lama dari kejauhan seperti ada satu mobil mewah menuju kearah sini.
Merasa akan sangat berbahaya jika berurusan dengan orang tua gadis itu. Jati memutuskan pergi saja.
"Sepertinya ada orang tua kamu datang, kalau begitu aku pamit pergi"
Cila ingin menahan om Amar pergi-- namun dia sudah menghilang dalam sekejab mata.
Dengan raut wajah kecewa Cila berucap.
"Kok om Amar pergi gitu aja sih?"
Gerutunya sebel sambil memanyunkan bibirnya.
Tidak lama terdengar suara yang tidak asing baginya. Cila menoleh, dia tersenyum lebar karena papanya memanggilnya.
"Cila, putriku"
David segera berlari menemui putrinya dengan khawatir.
"Siapa yang buat putri papa terluka, HAH?"
"Biar papa tebas orang itu"
David menatap sekitar tempat... banyak sekali preman preman jalanan terbaring pingsan.
Wajahnya jelas marah, tidak terima putrinya sampai terluka.
"Tidak pa, aku baik baik saja"
Cila buru buru menahan papanya yang seperti mau menjadi Hulk itu.
David menahan emosinya, dia harus bisa mengontrolnya dan mendengarkan penjelasan putrinya. Terutama mengapa dia masih baik baik saja, sedangkan pada preman berjatuhan.
Itu aneh sekali baginya.
"Tadi ada yang nyelametin aku, pa"
"Namanya om Amar, dia baik kok pa orangnya-- tapi dia pergi begitu saja padahal aku cuma mau ucapin terima kasih sama dia, pa"
Cila menjelaskan panjang kali lebar tentang om Amar.
Sedangkan David cuma mengerutkan dahinya yang plontos. Dia senang ada orang baik yang tersisa dibumi ini, biasanya om om akan jahat terutama kepada gadis semuda putrinya itu.
David mengangguk mengerti.
"Iya nak, papa percaya"
Cila senang mendengarnya... akhirnya papanya tidak marah seperti biasanya.
David kembali berkata.
"Maafin papa, papa tadi banyak klein dikantor jadinya papa hampir saja menjemput putri papa yang cantik ini"
David mengelus kepala putrinya itu dan berharap dia tidak kecewa karena hampir saja melupakannya.
Cila menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa, pa"
"Udah, ayo pa kita pulang aja"
"Ayo nak"
David membawa putrinya pulang ke rumah. Dia lega karena para preman itu tidak melukai putrinya... namun dia masih penasaran dengan orang yang Cila sebut om Amar.
"Aku baru mengenal nama itu?"
Sebagai antek antek Blood Moon, David curiga jika Amar adalah bagian dari musuh dunia bawah tanah yang berusaha mendekati putrinya.
Pastinya akan sangat berbahaya jika orang bawah tanah menyusup dengan memanfaatkan putrinya yang masih polos.
"Sialan, jika memang mereka ingin menghancurkanku maka aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi"
David mengeram marah.
Dia tidak akan terima jika dibodohi seperti ini, tetapi David mencoba tetap tenang didepan putrinya. Dia tidak boleh tahu jika orang bernama Amar bisa saja musuh yang menyelinap masuk.