NovelToon NovelToon
Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Suami Tak Berguna / Penyesalan Suami / Selingkuh / PSK
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ame_Rain

(Based on True Story)

Lima belas tahun pernikahan yang tampak sempurna berubah menjadi neraka bagi Inara.

Suaminya, Hendra, pria yang dulu bersumpah takkan pernah menyakiti, justru berselingkuh dengan wanita yang berprofesi sebagai pelacur demi cinta murahan mereka.

Dunia Inara runtuh, tapi air matanya kering terlalu cepat. Ia sadar, pernikahan bukan sekadar tentang siapa yang paling cinta, tapi siapa yang paling kuat menanggung luka.

Bertahan atau pergi?
Dua-duanya sama-sama menyakitkan.

Namun di balik semua penderitaan itu, Inara perlahan menemukan satu hal yang bahkan pengkhianatan tak bisa hancurkan: harga dirinya.

Kisah ini bukan tentang siapa yang salah. Tapi siapa yang masih mampu bertahan setelah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sudah Cukup, Mas

Aku sama sekali tak menghubungi Mas Hendra untuk membicarakan hal ini. Dia bahkan tak pulang. Bukankah itu sudah cukup menjadi bukti bahwa aku tak lagi dihargai sebagai istri? Jadi, langsung saja aku kumpulkan berkas-berkas yang sekiranya diperlukan. Yang tahu hal ini pun hanya Meira, karena aku belum cerita pada yang lain jika aku berencana untuk bercerai.

Sehari sebelum aku pergi mendaftarkan perceraian, aku berpikir sepertinya aku perlu memberitahukan hal ini pada keluarga Mas Hendra. Tentu, untuk berpamitan. Karena meski suamiku bajingan, keluarganya baik padaku. Jadi, tak sopan rasanya jika aku langsung menceraikannya tanpa memberitahukan hal ini pada mereka.

Tapi karena ibu mertua tidak punya ponsel dan saudara kandung suamiku kebanyakan lelaki, aku memilih untuk menelepon satu-satunya kakak iparku yang rumahnya pun bersebelahan dengan ibu mertua. Agar lebih enak pembicaraan kami nantinya, karena kami sama-sama wanita. Akhirnya malam itu, aku menghubungi Mbak Inggit.

Diawal, kami masih berbasa-basi dengan mengucap salam, lalu tanya kabar. Seperti biasanya. Setelah itu... barulah aku menyampaikan maksud dan tujuanku menghubunginya.

[Mbak, aku dan Mas Hendra akan bercerai.]

Terdengar keterkejutan kakak iparku di seberang sana.

[Loh, kenapa In? Kok tiba-tiba mau cerai? Kamu sama Hendra ada masalah kah?]

Kuceritakan semua yang terjadi beberapa waktu terakhir ini, seperti saat aku bercerita pada Meira. Kakak iparku pun terkejut bukan main.

[Kenapa kamu gak ngomong sama Mbak, In? Ya Allah Hendra... Mbak enggak tahu sama sekali kalau ada kejadian seperti ini. Pantas udah sebulanan lebih kalian enggak posting foto atau video bareng, padahal biasanya minimal tiap malam minggu pasti posting lagi jalan-jalan.]

Aku tersenyum miris. Benar, Mas Hendra memang sering memposting kebersamaan kami di media sosialnya. Terutama setiap malam minggu dimana memang jadwalnya kami jalan-jalan. Semuanya terasa indah, tapi... mengingat pernyataannya bahwa dia dan Dewi sudah selingkuh selama setahun, semuanya jadi terlihat menyedihkan, ya? Karena ternyata dia melakukan semua itu demi menutupi kebusukannya.

Kadang kalau dipikir-pikir, malah jadi makin sakit hati. Kok bisa dia yang sudah sibuk bekerja, meratukan aku sebagai istrinya, tapi diam-diam masih punya waktu dan tenaga untuk mengurusi simpanannya?

Dan sekarang setelah semua terbongkar, dia langsung menunjukkan sifat aslinya yang memang lebih condong kesana. Astaghfirullah.

[Iya, Mbak. Aku juga enggak nyangka. Tapi Mas Hendra udah mengaku. Dia janji akan tinggalkan wanita itu, tapi nyatanya... sudah sebulanan dia malah enggak pulang. Selingkuhannya berkali-kali minta restu agar aku mengizinkan Mas Hendra menikahi dia, tapi aku enggak rela kalau harus dimadu. Jadi, lebih baik aku aja yang mundur.]

Kakak iparku itu terdengar kesal dengan apa yang adiknya lakukan. Dia mengomel memaki adiknya. Ah, syukurlah. Setidaknya meski dia adalah kakak dari suamiku, dia tak membenarkan apa yang adiknya lakukan.

[Mbak kesana, ya? Mbak gak ridho kalau kamu mundur. Mbak tahu kesalahan Hendra luar biasa fatal, tapi Mbak gak rela kehilangan adik ipar seperti kamu. Mbak mohon tolong pikirkan juga anak-anak kalian, Inara.]

Aku menghela napas panjang. Sesak sekali mendengar kata-kata Mbak Inggit. Lagi, aku terpikirkan anak-anakku. Tapi, aku juga tak mau jika terus-terusan begini. Terus-terusan tersiksa batin karena terlihat jelas sekali bahwa Mas Hendra lebih mementingkan selingkuhannya daripada aku sangat istri sah.

[Enggak perlu kesini, Mbak. Rumah Mbak jauh. Aku cuma mau kasih tahu hal ini aja supaya Mbak dan keluarga yang lain gak terkejut nantinya. Aku minta maaf ya kalau selama menjadi menantu di keluarga kalian... Aku belum bisa jadi menantu, istri, dan ibu yang baik.]

Mbak Inggit terdengar terisak saat aku mengatakan itu.

[Enggak, In. Kamu enggak salah sama sekali. Hendra yang salah. Dia yang merusak rumah tangga kalian dengan memiliki wanita lain. Pokoknya kamu tenang aja, In. Mbak pasti bakal dukung kamu.]

[Makasih ya, Mbak. Selamanya mbak adalah kakak bagi aku, sekalipun aku dan Mas Hendra sudah bercerai.]

Panggilan telepon kami terputus. Aku membaringkan tubuh diatas ranjang, menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Kamar yang kami tempati selama 15 tahun, yang menyimpan banyak kenanganku bersama Mas Hendra. Namun mulai kini... mungkin tak akan lagi.

Aku tidur malam itu tanpa memikirkan apapun. Tak lagi kutangisi orang yang sedang berbahagia dan bersenang-senang di luar sana itu. Mereka saja bisa tertawa di atas lukaku, mengapa aku tidak?

Kupikir malam itu akan menutup semuanya dengan tenang. Tapi ternyata... aku salah. Karena keesokan paginya saat aku hendak pergi mendaftarkan perceraian, aku tiba-tiba menerima pesan dari Hana. Sebuah pesan yang membuat hatiku mencelos lagi.

[Mbak, Aldo nangis di sekolah. Waktu ditanya oleh gurunya, dia bilang orang tuanya mungkin akan bercerai. Mbak beneran mau bercerai?]

Ya Allah... baru saja aku menguatkan diri untuk mengambil langkah ini, tapi yang kutakutkan benar-benar terjadi. Aldo menangis. Dia, anak laki-laki kami yang berumur 14 tahun itu menangis karena sudah menebak apa yang akan terjadi pada kami.

Aldo dan Gita memang benar-benar lengket dan manja pada kami. Karena sejak kecil kami menyirami mereka dengan kasih sayang full--- tak seperti Meira yang selama masa SD tinggal bersama neneknya di rumah terpisah.

Dan sekarang, entah dia mendengar pembicaraanku dengan Mbak Inggit tadi malam atau hanya menerka-nerka karena ayahnya tak kunjung pulang selama sebulan, dia jadi tahu bahwa ada yang tak beres dengan orang tuanya. Ada kemungkinan orang tuanya akan bercerai.

Duh, jadi bingung lagi, kan.

Jika menurutkan kata hati, rasanya ingin sekali kami bercerai saja saat ini. Tapi, bagaimana dengan anak-anak?

Mungkin ada yang bilang, "Lama-lama anak akan mengerti". Tapi masalahnya, Aldo dan Gita ini cukup keras kepala karena terlalu dimanja. Sekarang saja dia menangis seperti itu disekolahnya, padahal umurnya sudah 14 tahun. Jika dia tahu aku dan ayahnya benar-benar bercerai? Ah, bisa mengamuk anak itu nanti.

Saat aku masih menimbang-nimbang, suara pintu yang dibuka paksa terdengar keras. Aku menoleh, mendapati Mas Hendra berdiri di ambang pintu dengan mata melebar dan napas terengah. Tapi, bukan marah yang kulihat. Lebih seperti... takut?

Dia mengambil langkah maju mendekatiku. Aku refleks mundur satu langkah. Nafasku tercekat bukan karena takut, tapi jijik

"Dik, Mbak Inggit telepon... katanya kamu mau menceraikan Mas?" tanyanya.

Aku mendengus. Sebulanan dia tak pulang, tak ingat anak istrinya di rumah. Dan ketika Mbak Inggit memberitahunya mengenai rencanaku itu, dia baru ingat balik?

"Iya. Toh punya suami ataupun tidak punya suami sama saja. Suamiku pun sibuk dikelon janda semok diluar sana sampai tak pulang-pulang selama sebulan." Kataku.

"Dik---"

Mas Hendra mencoba meraih tanganku, tapi aku menghempasnya.

"Dik, lihat Mas dulu."

Dia mencoba meraih tanganku lagi, tapi kali ini aku menghempas tangannya dengan kasar.

"Apa, Mas? Apa?!" teriakku.

Suara itu keluar dari tenggorokanku seperti letusan yang selama ini kutahan.

"Seenak udel aja ya kamu ini. Kamu ini udah menikah, udah punya istri dan anak. Anakmu bahkan udah dua loh, Mas. Tapi kamu malah diluar sana, sibuk berzina dengan pelac*r itu, dan kamu berharap aku masih mau mendengarkan penjelasan kamu?!" kesalku.

Baiklah, Mas. Tampaknya kita memang harus saling adu otot leher.

Aku menatap wajah suamiku dengan dada yang berdegup kencang. Entah karena marah, sedih, atau kecewa, semuanya campur aduk menjadi satu.

Mas Hendra diam. Tatapan matanya gugup, bibirnya bergetar, seolah baru menyadari kalau semua kebohongan yang ia buat pelan-pelan mulai menenggelamkan dirinya sendiri.

“Kalau Mas mau minta maaf, simpan saja. Sudah terlambat,” ucapku pelan, tapi tajam. “Aku cuma ingin tenang, Mas. Itu saja.”

Mas Hendra menunduk, seakan kehabisan kata. Tapi aku tidak peduli lagi. Karena kali ini, bukan air mata yang terlihat mataku. Melainkan tekad.

Aku sudah terlalu lama jadi korban, dan hari ini… mungkin untuk pertama kalinya aku berdiri sebagai perempuan yang tahu harga dirinya sendiri.

***

Menurut kalian, Mas Hendra ini masih pantas dikasih kesempatan atau nggak, sih? Atau udah cukup dosa yang dia buat?

Tulis di kolom komentar ya, siapa tahu Inara-Inara yang lain butuh pendapat kalian untuk menyelesaikan masalahnya 🩷

1
Nuri_cha
Ceritanya sangat menarik, dekat dengan kehidupan sehari-hari... gaya bertuturnya juga mudah dibaca dan dipahami. Bikin greget n emosi, bagaimana lika-liku seorang wanita yang terkhianati. Sangat layak baca.

Semangat berkarya ya Thor
Drezzlle
betul kalau salah imam yang ada dirumah cuma jadi pembokat doang /Sob/
Drezzlle
kalau bisa jangan terpancing dan ikut salah jalan juga kaya Dewi
TokoFebri
astagaa.. gimana ya si Dewi ini.. dibilang pinter ya pinter tapi ya ga gitu juga bisnisnya 🤣
TokoFebri
ya pasti Reno berubah. harga dirinya terluka. apalagi kalau marahinnya di depan umum.😢
TokoFebri
gila.. wkwkw. konyol banget dah mereka 🤣
Nuri_cha
suaminya ngizinin? gila siiih
Nuri_cha
tapi ttp harus diingat kalo Dena nih anak buahnya Dewi. Jd ttp harus hati2
Anggrek Handayani
Bermanfaat juga ya berteman dengan orang seperti Dena? Bisa tahu sedikit banyak tentang dunia malam.
Anggrek Handayani
Nikah muda ini Si Rena.
Irfan Sofyan
dimana rumah kamu Ra, aku akan ke sana, terus akan ku bom tuh si Hendra 😤
Irfan Sofyan
kamu tidak usah bingung, sudah cerai saja
Irfan Sofyan
inara, tong di denge si eta mah, nya oge bageur
Irfan Sofyan
apa? sebulan?
Irfan Sofyan
oh sudah pasti dong
Rezqhi Amalia
otaknya udh GK berfungsi kali😭
Rezqhi Amalia
ya msih takut , coba nnti klo udh berbulan bulan kemudian psti kmbli begtu
Dedeh Dian
ditunggu up nya author.. makasih
Ameee: Aaakkkhhh, makasih udah baca sampai sini 😆 maap author jadi kegirangan sendiri 🙈😭 author up tiap hari kok insyaa allah, tungguin yaaa 🤭
total 1 replies
Nuri_cha
dari awal yang salah emang Hendra siiih... perempuan gak bakal jadi pelakor kalo lakinya gak ngasih kesempatan
Nuri_cha
wkwkwkwk... beneran jatuh cinta dong. Tiba2 jadi mual /Puke/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!