NovelToon NovelToon
Jurus Terakhir Tuanku

Jurus Terakhir Tuanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah sejarah
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU

​Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
​Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.

​Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".

​Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.

​Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?

​Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU

BAB 6: DUA KUTUKAN DALAM SATU PERAHU DAN ETIKA KULTIVASI JEMBER

1. Perjalanan yang Penuh Hawa Dingin dan Adu Mulut

Pelarian Pangeran Sultan Sati dan Putri Fatimah adalah sebuah kekacauan yang terorganisir. Mereka menunggang kuda selama dua hari tanpa henti, menuju utara, melewati padang gurun yang tandus. Pangeran Sultan Sati masih lemah karena kehabisan Qi Yin Mutlak, sementara Putri Fatimah kelelahan karena harus menggunakan perisai spiritualnya untuk menutupi jejak mereka.

Di hari ketiga, mereka terpaksa berhenti di Oasis Bunga Malam untuk beristirahat.

Pangeran Sultan Sati duduk di bawah pohon palem yang layu, wajahnya pucat. Batu giok di dadanya kini menyerap Qi dari Oasis itu dengan rakus, membuatnya menggigil hebat.

"Sati, jika kau terus menggigil seperti itu, aku akan mengira kau mencoba meniru beruang kutub yang sedang kedinginan," cibir Putri Fatimah, saat ia dengan hati-hati membersihkan luka Pangeran Sultan Sati.

"Humor yang tidak tepat, Putri," balas Pangeran Sultan Sati dengan suara serak. "Qi-ku tidak bekerja sama. Batu giok ini adalah kutukan. Ia menyerap Qi terlalu cepat saat aku lemah."

"Setidaknya itu tidak membuatmu mati. Dan jangan panggil aku Putri. Aku sudah kabur. Panggil saja aku Fatimah."

"Baiklah, Fatimah," kata Pangeran Sultan Sati. "Mengapa kau melarikan diri bersamaku? Kau tahu Sultan Raziqin akan memburumu sampai ke ujung dunia. Dia adalah Raja Kultivasi dan kakakmu."

Fatimah menghela napas, duduk di hadapannya. "Kau harus tahu tentang etika kultivasi Klan Umbul Sari Jember. Kakakku, Raziqin, sangat sombong. Kami percaya bahwa kekuasaan sejati harus didapatkan dengan pengetahuan spiritual, bukan kekejaman.

Kakakku mulai menyimpang. Dia ingin menggunakan Harta Karun Jember untuk menguasai Daratan Xianwu, bukan untuk mengembangkannya."

Pangeran Sultan Sati menatapnya skeptis. "Dan kau percaya padaku, seorang 'penyihir gelap' yang disalahkan atas semua masalahnya?"

Fatimah mengeluarkan sebuah gulungan kecil dari jubahnya, bukan peta, melainkan sebuah buku harian.

"Aku mencari kebenaran, Sati. Lihat ini," katanya, membuka gulungan itu. "Ini adalah catatan kuno dari leluhur kami. Tiga ratus tahun lalu, Klan Umbul Sari Jember menemukan bahwa kunci untuk Harta Karun Abadi adalah Kutukan Jiwa Harjuanto—karena klanmu memiliki esensi Qi yang sangat murni. Jurus Pamungkas itu, sebelum dihancurkan, adalah metode untuk memurnikan Qi sampai ke tingkat Yin Mutlak, sebuah energi yang dibutuhkan untuk membuka Lembah Kaca."

Pangeran Sultan Sati tertegun.

"Jadi... aku bukan target karena aku berbahaya. Aku adalah kunci."

"Tepat," Fatimah mengangguk. "Dan Klan Naga Hitam tahu ini, tetapi mereka tidak tahu bagaimana mengendalikan Qi Yin Mutlak. Mereka hanya ingin membunuhmu dan menganggap batu giok itu sebagai batu mati. Kakakku, Raziqin, menyadari bahwa kau adalah kunci, tetapi dia sombong. Dia ingin mengambil batu itu, menghancurkanmu, dan memaksakan batu itu untuk bekerja."

"Dan kau?"

Fatimah tersenyum tulus. "Aku menyadari bahwa kau adalah korban. Kau mewarisi kutukan, dan kau telah membunuh Jendral Zhuo. Itu membuktikan Qi Yin Mutlak itu memiliki kehendaknya sendiri. Aku percaya kita harus bekerja sama. Kau berhak atas balasanmu, dan aku berhak atas warisanku."

2. Hikmah Keseimbangan dan Kucing Liar

Pangeran Sultan Sati memproses informasi itu. Ia menyadari bahwa ia dan Fatimah berbagi takdir yang terbalik: Fatimah mencoba menyelamatkan klannya dari ambisi kakaknya, sementara ia mencoba membalaskan dendam klannya yang telah mati.

"Baiklah, Fatimah. Aku akan mempercayaimu. Tapi kau harus membantuku mengendalikan Qi Yin Mutlak ini. Jika aku harus menjadi kunci, aku tidak ingin kuncinya berkarat," kata Pangeran Sultan Sati, sambil menunjuk batu giok di dadanya.

"Mudah saja," kata Fatimah, menyeringai. "Saat kau menyalurkan Qi Yin Mutlak, kau harus menemukan Qi yang berlawanan untuk menyeimbangkannya."

"Itu Qi Yang, Fatimah. Aku tidak memilikinya," jawab Pangeran Sultan Sati, frustrasi.

"Aku tahu. Tapi kau membutuhkan sesuatu yang... lucu dan hangat."

"Lucu? Hangat? Apa hubungannya dengan kultivasi?"

Saat Fatimah hendak menjawab, sebuah bayangan kecil melompat dari pohon dan mendarat di kepala Pangeran Sultan Sati.

"Meow!"

Itu adalah seekor kucing liar kecil, kurus, tetapi memiliki mata yang sangat cerah dan bulu berwarna oranye terang. Kucing itu tampaknya menganggap kepala Pangeran Sultan Sati adalah tempat tidur yang sempurna.

"Itu," kata Fatimah, menahan tawa, "adalah sumber Qi Yang-mu yang baru."

Pangeran Sultan Sati menatap Fatimah dengan pandangan tidak percaya, lalu melihat kucing di kepalanya. "Kau bercanda. Ini kucing liar! Kotor!"

"Ia adalah 'Kucing Qi Liar'. Lihat aura di sekitarnya," Fatimah menunjuk. "Meskipun kecil, ia memancarkan Qi Yang yang sangat kuat. Ia suka berkeliaran di Oasis yang Qi-nya seimbang. Dan dia sepertinya menyukai kedinginan yang keluar darimu. Mungkin dia mengira kau adalah lemari es raksasa."

"Aku tidak akan membawa seekor kucing ke pertempuran!"

"Kalau begitu, teruslah kedinginan sampai mati. Dengarkan aku, Pangeran Sultan Sati. Ini adalah hikmah kultivasi: Kebenaran tidak selalu terletak pada teknik yang sulit dan serius. Kadang-kadang, keseimbangan ditemukan pada hal yang paling tidak terduga," jelas Fatimah.

Kucing itu menggeliat dan mulai menjilati rambut Pangeran Sultan Sati. Pangeran Sultan Sati merasakan Qi hangat dari kucing itu mengalir lembut ke kepalanya, melawan hawa dingin batu gioknya. Rasa sakitnya mereda.

"Baiklah. Aku akan menanggung penghinaan ini," kata Pangeran Sultan Sati, wajahnya masam. "Kucing ini punya nama?"

"Belum. Kau harus menamainya," Fatimah tersenyum.

Pangeran Sultan Sati menghela napas. "Panggil saja dia... Jin. Karena dia keemasan dan mengganggu seperti jin."

3. Lelucon Klan Naga Hitam

Setelah menyeimbangkan Qi-nya dengan bantuan Jin yang duduk di bahunya, Pangeran Sultan Sati dan Fatimah melanjutkan perjalanan.

Mereka menyadari bahwa Sultan Raziqin tidak lagi mengejar mereka. Itu adalah ketenangan yang menakutkan.

"Kakakku tahu dia tidak bisa melacak kita jika kita tidak bergerak di jalan utama. Dia pintar. Dia pasti tahu kita menuju Lembah Kaca, tetapi dia tidak akan membuang waktu. Dia akan menyergap kita di sana," prediksi Fatimah.

Saat mereka melintasi perbukitan berbatu, mereka melihat beberapa Master Kultivasi Klan Naga Hitam sedang berpatroli.

"Mereka mencari kita," bisik Fatimah.

Pangeran Sultan Sati menyentuh Jin yang tidur di bahunya. Ia mendapat ide.

"Fatimah, buatkan aku perisai spiritual yang besar dan mencolok. Biarkan mereka melihatnya sebentar, lalu buat perisai itu menghilang ke arah utara," instruksi Pangeran Sultan Sati.

"Ide apa ini? Itu akan menarik perhatian!"

"Justru itu tujuannya. Tapi kita akan bergerak ke arah timur. Dan aku punya lelucon untuk mereka."

Fatimah, meskipun bingung, mempercayainya. Ia memancarkan Qi Spiritualnya, menciptakan perisai yang bersinar terang, menarik perhatian patroli Naga Hitam. Kemudian, ia tiba-tiba membalikkan arah Qi-nya, membuat perisai itu tampak melesat ke utara.

Patroli Naga Hitam itu segera melesat ke utara.

Sementara itu, Pangeran Sultan Sati bergerak ke batu besar yang ditinggalkan Patroli itu. Di sana, ia dengan cepat mengukir beberapa kata di batu itu, menggunakan teknik Cakar Es Hitam yang baru dikendalikan.

Ketika mereka aman di arah timur, Fatimah bertanya, "Apa yang kau tulis?"

Pangeran Sultan Sati tersenyum tipis. "Sesuatu untuk menghibur Raja Kultivasi kita dan Klan Naga Hitam."

Beberapa jam kemudian, Tetua Wuyan memimpin patroli itu ke arah utara, tetapi mereka tidak menemukan apa-apa. Dengan marah, ia kembali. Di batu besar itu, ia melihat ukiran es hitam yang familiar.

Tulisannya berbunyi:

"Wuyan, Kau Terlalu Lambat. Aku Akan Menunggu Peta Harta Karun Asli Di Rumahmu. P.S. Aku sudah mencicipi bubur jagungmu. Terlalu encer. Salam, P. SULTAN SATI (Penyihir Gelap yang Sangat Lapar)."

Tetua Wuyan mengamuk. Ia tahu itu adalah tipuan, tetapi referensi bubur jagung dan penghinaan itu membuat kemarahannya tidak terkendali. Ia segera mengirim berita ke Sultan Raziqin, bersikeras bahwa Pangeran Sultan Sati adalah psikopat yang sombong, dan pasti akan ke utara.

4. Humor di Tengah Bahaya

Fatimah tertawa terbahak-bahak saat Pangeran Sultan Sati menceritakan lelucon itu. Tawa itu melembutkan suasana hati Pangeran Sultan Sati.

"Pangeran Sultan Sati," kata Fatimah, masih tertawa, "kau benar-benar aneh. Kau seorang kultivator yang memegang kutukan mematikan, tetapi kau meluangkan waktu untuk menghina bubur jagung musuh."

"Humor adalah perisai terbaik, Fatimah," jawab Pangeran Sultan Sati. "Lin Tua selalu berkata, 'Musuh yang marah adalah musuh yang bodoh.' Aku ingin mereka marah, Fatimah. Aku ingin mereka kehilangan akal sehat. Dan aku ingin mereka kelelahan mencari di tempat yang salah."

Ia menepuk Jin, yang kini bangun dan menyipitkan mata ke arahnya. "Dan, Jin, kaulah kunci dari semua ini."

Jin mengeong, seolah mengerti.

Mereka melanjutkan perjalanan. Pangeran Sultan Sati, dengan Qi-nya yang seimbang oleh Jin, mulai menguji batasan barunya. Ia sekarang bisa menggunakan Cakar Es Hitam dengan lebih mudah dan cepat, meskipun hanya untuk serangan cepat dan singkat.

Ia telah belajar hikmah: Kekuatan terbesar bukanlah kekejaman atau kesombongan (seperti Raziqin), melainkan keseimbangan antara kegelapan dan cahaya, antara Qi Yin Mutlak dan Qi Yang kecil dari seekor kucing.

Mereka sekarang semakin dekat ke Lembah Kaca, tempat pertemuan antara warisan Klan Umbul Sari Jember dan kutukan Klan Pangeran Sultan Sati. Pertarungan yang menentukan, di mana ia akan menggunakan jurus terakhirnya, semakin dekat.

— AKHIR BAB 6 —

1
Berkah Langit
Dunia fantasi terasa matang. Penyebutan klan, pilar, jurus, kutukan — semuanya memberi gambaran dunia silat-fantasi yang luas.
Berkah Langit
Pacing pembukaan pas. Tidak terburu-buru, namun tidak bertele-tele; cukup untuk membangun dunia dan karakter.
Salsabila Aini
Konflik tersirat sejak awal. Bahkan sebelum aksi, pembaca sudah tahu bahwa sesuatu yang berat dan kelam sedang menunggu tokoh utama.
Salsabila Aini
Narasi kaya dan puitis. Kalimat seperti “langit tak pernah sebiru syair-syair lama” membuat pembuka terasa indah sekaligus muram.
arex²
Kesan tragedi terasa kental. Reruntuhan Pilar Kemuliaan dan batu nisan tak terhitung jumlahnya memberi kesan sejarah besar yang sudah hancur.
arex²
Setting Lembah Siluman terasa epik. Banyak detail kecil yang membuat tempat ini tampak kuno, misterius, dan berbahaya.
arex²
Tokoh Pangeran Sultan Sati diperkenalkan dengan kuat. Membawa “beban nama besar yang telah lama mati” membuat pembaca penasaran dengan masa lalunya.
arex²
Pembuka yang sangat atmosferik! Deskripsi langit kelabu dan lembah penuh debu langsung membuat suasana kelam terasa hidup.
Syah Raman
ssmangat
Syah Raman
waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh
Berkah Langit
🙂
Berkah Langit
ikut penasaran dengan lin kaì
◇HARJUANTO◇: lanjut baca kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!