NovelToon NovelToon
GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Gayatri, seorang ibu rumah tangga yang selama 25 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk melayani keluarga dengan sepenuh hati. Meskipun begitu, apapun yang ia lakukan selalu terasa salah di mata keluarga sang suami.

Di hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 tahun, bukannya mendapatkan hadiah mewah atas semua pengorbanannya, Gayatri justru mendapatkan kenyataan pahit. Suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya yang cantik nan seksi.

Hidup dan keyakinan Gayatri hancur seketika. Semua pengabdian dan pengorbanan selama 25 tahun terasa sia-sia. Namun, Gayatri tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada nasib begitu saja.

Ia mungkin hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi bukan berarti ia lemah. Mampukan Gayatri membalas pengkhianatan suaminya dengan setimpal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GAYATRI 06

“Yang sebelah sini, pijat yang benar,” kata Mahesa menunjuk bagian pinggangnya yang terasa sakit.

Gayatri menurut dan memijat pinggang sang suami dengan benar. Ia mengolesi balsam dan terus memijat pinggang Mahesa hingga pria itu terlelap dalam tidurnya. 

“Kasihan sekali kamu, Mas.” Gayatri menatap wajah lelah sang suami dengan iba, mengingat-ingat lagi betapa kerasnya usaha Mahesa untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. 

Hingga kantuk akhirnya datang, Gayatri menguap dan ikut berbaring di samping Mahesa. Namun, sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk memasang alarm. Ia tidak boleh terlambat bangun besok pagi. 

Namun, baru saja ia menarik selimut, ponsel suaminya berdering, tanda panggilan masuk. Ia membaca nama yang tertera di layar. 

“Nadya? Ada apa, ya? Kenapa dia menelepon larut malam begini?” gumam Gayatri. 

Ia ragu antara mengangkat panggilan itu atau membangunkan Mahesa. Ia tak pernah menyentuh ponsel suaminya sejauh ini, sebab ia takut melakukan kesalahan. 

Tetapi, pada akhirnya ponsel Mahesa berhenti berdering. Gayatri berpikir hal itu bukanlah masalah besar. “Biar besok pagi saja aku beritahu dia kalau Nadya menelepon,” pikir Gayatri. 

***

Keesokan paginya, Gayatri bangun lebih awal dari biasanya. Selepas membersihkan diri, ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan bagi semua orang lalu mulai membersihkan rumah saat orang-orang bahkan masih terlelap dalam tidur. 

Saat jam menunjukkan pukul 5 pagi, ia mulai membangunkan Keandra. Putranya itu memiliki kebiasaan untuk olahraga jogging setiap pagi. 

“Andra. Ayo bangun, Nak.” Gayatri menarik selimut sang putra. 

Selepas memastikan putranya bangun, ia kembali lagi ke dapur untuk menyiapkan meja makan. Hari itu ia begitu sibuk, melakukan semua pekerjaan rumah sendirian. 

Ia bahkan tidak sadar jika ibu mertuanya tengah memperhatikan setiap gerak-gerik dirinya dari pintu dapur.

“Gayatri,” panggil Sarita lembut. 

Gayatri langsung menoleh, melihat ibu mertuanya di dapur, ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan mencuci tangan. 

“Ibu sudah bangun ternyata. Ibu mau teh, ya? Sebentar aku buatkan, ya.” Gayatri langsung menjerang air untuk membuat teh, tetapi tangannya langsung ditarik oleh Sarita. 

“Nanti saja, sekarang ayo ikut aku,” katanya lalu menarik lengan sang menantu. 

Gayatri hanya bisa mengikuti langkah sang mertua ke kamarnya, sambil bertanya-tanya ada hal apa sehingga ibu mertuanya itu membawanya kemari. 

“Duduk di sini,” titah Sarita, mendudukkan Gayatri di meja santai, tempat biasanya ia selalu duduk di kala senja. 

“Ada apa ini, Bu? Kenapa Ibu membawaku ke sini?” tanyanya heran. 

Tetapi, bukannya menjawab, Sarita justru berjalan ke lemari tempatnya menyimpan perhiasan dan mengambil sebuah kotak dari dalam lemari itu.

Ia membawa kotak itu dan meletakkannya di pangkuan Gayatri. Membuat perempuan itu menatapnya keheranan. 

“Apa ini, Bu?” tanya Gayatri seraya berdiri dan mengangkat kotak itu ke atas. 

Sarita tersenyum, senyum yang jarang sekali ia tunjukkan. “Ini adalah gelang peninggalan keluargaku, sudah lama aku ingin memberikannya padamu.” 

“Gelang peninggalan keluarga? Tidak, Bu. Ini pasti barang yang sangat berharga bagi Ibu, aku tidak bisa menerimanya.” Gayatri mengembalikan kotak itu pada Sarita. 

“Gayatri, kau ingin lihat aku kesal, ya?” kata Sarita dengan ekspresi marah yang dibuat-buat. “Jangan pernah menolak hadiah pemberian orang tua, anggaplah ini hadiahku untukmu. Pakai gelang ini di hari ulang tahun pernikahan kalian, aku dan ayahmu pasti akan sangat bahagia.” 

“Ulang tahun pernikahan siapa, Bu?” tanya Gayatri tak mengerti. 

Sarita menepuk pelan keningnya sendiri. “Ya Tuhan, tentu saja ulang tahun pernikahan kalian. Kau ini sudah seperti putraku saja, suka melupakan hari-hari penting.”

Gayatri tertegun sesaat, lalu kembali mengingat. Ia benar-benar lupa dengan hari di mana ia mengikat janji untuk hidup bersama dengan suaminya 25 tahu yang lalu. 

“Tahun ini kita akan merayakannya,” bisik sang mertua dengan nada setengah menggoda. 

Gayatri tersipu, layaknya pengantin baru. Padahal, ia sudah melewati 25 tahun pernikahan itu bersama Mahesa. 

“Ibu membuatku malu. Tapi … aku tidak yakin Mahesa akan setuju, Bu. Mas Mahesa tidak suka perayaan-perayaan seperti ini, katanya terlalu berlebihan.” 

Sarita pun tak menampik bahwa putranya itu memang jauh dari kata romantis. Jangankan merayakan ulang tahun pernikahan, Mahesa bahkan tidak suka jika ada orang lain yang merayakan ulang tahunnya sendiri. 

“Sudah, tenang saja, Ibu akan membujuknya nanti, dia pasti akan setuju. Sekarang ayo kita kembali ke dapur, yang lainnya pasti sudah bangun.” Sarita mengajaknya turun. 

“Jangan lupa untuk menaruh kotak ini dengan baik. Jangan sampai hilang,” kata Sarita mengingatkan Gayatri mengangguk. 

Gayatri berjalan ke kamarnya sendiri dengan tersenyum bahagia seraya memeluk kotak berisi gelang emas itu.  

Ia membuka pintu kamar dan mendapati sang suami sudah terbangun dan tengah bersiap-siap.  Padahal, biasanya harus Gayatri yang membantunya bersiap.  

“Hei, kau sudah bnagun rupanya.” Gayatri menyapa dengan bahagia sambil menyimpan kotak itu dengan baik di dalam lemari pakaiannya. 

Tanpa ia duga-duga, Mahesa menarik lengannya dengan kasar. “Kenapa kau tidak membangunkanku saat ada telepon dari Nadya semalam?” 

Gayatri mengaduh pelan. “Se-semalam kau sudah tidur, aku tidak tega membangunkanmu,” jawab Gayatri menahan sakit. 

Mahesa melepaskan cekalan tangannya dengan kasar dan menatap Gayatri dengan tajam. 

“Kau memang bodoh! Kau seharusnya memberitahuku, Gayatri! Apa kau tidak tahu kalau itu adalah telepon penting?!” bentak Mahesa kesal. 

“M-maaf, aku tidak tahu. Semalam aku pikir, Nadya hanya akan membahas soal pekerjaan saja, makanya aku abaikan. Aku—”

“Kau memang bodoh!” maki Mahesa, menunjuk-nunjuk wajah Gayatri dengan telunjuknya. 

Gayatri mengusap pelan dadanya yang terasa sesak. “Maaf, Mas. Aku benar-benar tidak tahu.” 

“Maaf saja apakah cukup? Apa kau tahu apa yang terjadi pada Nadya semalam? Rumahnya hampir dibobol oleh pencuri!” 

Gayatri langsung tersentak terkejut. “A-apa? Bagaimana bisa? La-lalu, bagaimana dengan keadaannya sekarang? Apakah dia baik-baik saja?”

Mahesa menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, ponselnya tidak bisa dihubungi.” 

Mahesa terlihat cukup khawatir ketika membicarakan soal Nadya, bahkan Gayatri melihat dengan jelas raut wajah suaminya yang ketakutan. 

“Kita harus memeriksa keadaannya, aku takut terjadi sesuatu padanya,” kata Gayatri mendekati sang suami. 

Sambil memakai jasnya, Mahesa berkata, “Aku memang akan ke rumahnya untuk memastikan. Jangan sampai terjadi sesuatu padanya.”

“Aku ikut, ya? Aku juga ingin tahu bagaimana keadaannya.” Gayatri memohon, terlebih lagi merasa bersalah karena sudah mengabaikan telepon Nadya semalam. 

“Tidak usah! Kau hanya akan merepotkan saja,” katanya, lalu langsung berjalan keluar dari sana tanpa memperhatikan bagaimana perasaan Gayatri.

Mahesa berjalan tergesa keluar, bahkan mengabaikan panggilan sang ibu. Gayatri yang ingin memberikan kotak bekal sama sekali tak bisa menyusulnya. Tetapi ia terlambat, Mahesa sudah mengendarai mobilnya pergi. 

“Ya ampun, dia bisa sakit kepala jika tidak sarapan,” gumam Gayatri, menatap ransum di tangannya. 

“Kenapa, Bu?” 

Keandra yang baru saja pulang jogging, mendekati sang ibu yang terlihat khawatir. 

1
✮⃝🍌 ᷢ ͩᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
ini baru baca 1 bab dah bikin esmosi ya bebb.. berasa pengen ngamoook trus bilang, helooo itu status nya istri apa pembantu ya? 😤😤
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kok saya pengen ikutan ngamookkk 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Rasain tuh 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Langsung shock berat 😔
Dwiann🌱
Greget banget sama Sarita dan Mahesa(⁠ノ⁠`⁠⌒⁠´⁠)⁠ノ
Dwiann🌱
Thor, sejak pertama kali saya membaca saya langsung terbawa cerita. Tetap semangat ya, Thor💪💐❤️
Ceu Markonah
bongkar kebusukan mahesa
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
tanya gih ke anakmu
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ibukmu sudah lihat semua, dan kalau dia msh mau bersama bapakmu ya berarti gu oblok ehh
Uswatun Hasanah
tambah lagi thor 🙏🙏🙏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
bersiaplah Mahesa 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
berlari pergi
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
benci tapi cinta 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
rasain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Kalian yg akan terkejut 🤭
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 👍🏻
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
kita lihat apa Nadya bisa mengurus rumah dan penghuninya yg lain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 😌
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Anak dan bapaknya sama saja 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Untunglah Shakira tidak seperti ibunya 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!