Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Setibanya di parkiran Perusahaan, Hendra turun terlebih dahulu karena ingin membukakan pintu mobil untuk Yuni.
Belum juga Hendra membuka pintu mobil, Hendra dikejutkan dengan kedatangan Lisa yang tiba-tiba memeluk tubuhnya.
"Sayang, aku kangen sekali sama kamu," ucap Lisa dengan bergelayut manja kepada Hendra.
Deg deg deg
Jantung Yuni berdetak kencang ketika mendengar seorang perempuan memanggil Suaminya dengan sebutan sayang.
"Lisa, kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Hendra dengan mencoba melepaskan diri dari pelukan Lisa.
"Aku punya kejutan untuk kamu Mas. Aku yakin kamu pasti suka. Yuk masuk," ujar Lisa dengan menarik tangan Hendra.
Hati Yuni berdenyut sakit melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya. Matanya memanas menahan air mata yang sudah hampir terjatuh. Sampai akhirnya Yuni memberanikan diri ke luar dari dalam mobil.
"Mas, aku duluan," ucap Yuni dengan lirih.
Yuni berlari meninggalkan Hendra dan Lisa, apalagi dia sudah tidak sanggup melihat Suaminya dengan perempuan lain.
"Yuni tunggu," teriak Hendra dengan menepis tangan Lisa, kemudian Hendra berlari mengejar Yuni.
Ketika Yuni hendak masuk ke dalam ruang OB, Hendra mencekal pergelangan tangan Yuni yang saat ini terlihat menangis.
"Sayang, kamu sudah salah paham. Mas tidak tau kenapa Lisa bisa berada di sini."
"Jadi perempuan itu adalah Lisa mantan pacar Mas Hendra?"
"Iya, tapi kami sudah tidak memiliki hubungan apa pun, jadi kamu jangan berpikir yang tidak-tidak ya," ujar Hendra dengan mengelap air mata yang menetes pada pipi Yuni.
Sepertinya Mas Hendra tidak berbohong. Aku harus percaya dengan perkataan Suamiku. Aku juga yakin kalau Mas Hendra tidak mungkin mengkhianati pernikahan kami, ucap Yuni dalam hati ketika melihat kejujuran pada mata Hendra.
"Sayang, kenapa kamu diam saja? Kamu percaya kan sama Mas?"
"Iya Mas, aku percaya. Maaf kalau aku sudah salah paham. Aku mengira jika perlakuan Mas semalam karena ingin menutupi semua kesalahan yang telah Mas lakukan," ujar Yuni dengan tertunduk malu.
"Terimakasih ya karena kamu sudah percaya sama Mas. Mas benar-benar ingin berubah, Mas ingin menebus semua kesalahan yang selama ini telah Mas lakukan kepada kamu dan Anak-anak."
Yuni merasa bahagia mendengar perkataan Hendra, apalagi dari dulu Yuni sudah menanti kata-kata tersebut.
"Kalau begitu Mas duluan ya," sambung Hendra dengan mencium kening Yuni, lalu melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya.
Yuni terus melihat ke arah Hendra yang semakin menjauh dari pandangannya, sampai akhirnya ada tangan seseorang yang mengagetkan Yuni.
"Dor, hayo kamu lagi lihat apa?" tanya Heni yaitu teman kerja Yuni.
"Astagfirullah Hen, kamu senang sekali membuat orang kaget, untung saja jantungku tidak copot," ujar Yuni dengan memegang dadanya yang masih berdetak kencang karena terkejut.
"Kalau copot tinggal pasangin lagi saja," ujar Heni dengan tertawa.
"Oh iya, kamu pasti lagi lihatin Suami kamu kan?" sambung Heni yang sempat melihat Hendra.
"Memangnya kamu pikir aku habis lihatin siapa lagi kalau bukan Suamiku?"
"Siapa tau Pak Komar," ujar Heni dengan cekikikan.
"Candaan kamu tidak lucu Hen. Tidak mungkin aku melihat lelaki yang bukan mahram ku," ujar Yuni.
"Yun, kamu kenapa sih tidak berhenti kerja saja? Suami kamu sudah berhasil menjabat sebagai Manager Keuangan, pasti gaji nya gede tuh," ujar Heni.
"Sebaiknya sekarang kita mulai bekerja sebelum Pak Komar datang dan ngomel-ngomel," ujar Yuni mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Yun, kenapa sih kamu selalu mengalihkan pembicaraan kalau kita membahas soal gaji Suami kamu? Aku kan jadi kepo."
Aku tidak mungkin mengatakan kepada Heni kalau aku sendiri tidak mengetahui berapa gaji Suamiku, bagaimanapun juga urusan rumah tangga tidak boleh diceritakan kepada orang lain, karena sudah seharusnya aku menutupi aib dalam rumah tanggaku, ucap Yuni dalam hati.
Yuni dan Heni terkejut ketika mendengar suara seseorang yang sudah mengagetkan mereka.
"Kenapa kalian masih saja bergosip? Sekarang sudah siang, seharusnya kalian sudah mulai bekerja," teriak Pak Komar yang merupakan Kepala OB di tempat Yuni bekerja.
"I_iya Pak, gak usah teriak-teriak, kami juga tidak budek kok," ujar Heni yang sudah gemetar ketakutan.
"Apa? Kamu mau masakin saya gudeg? Sejak kapan kamu tau makanan favorit saya? Apa jangan-jangan kamu adalah salah satu fans fanatik saya?" ujar Pak Komar dengan cengengesan.
"Dasar aki-aki, udah pendek, botak, genit, budek lagi," bisik Heni pada Yuni.
"Heni, saya tau kalau saya memang tampan, tapi kamu tidak perlu memuji saya berlebihan seperti itu. Saya sebenarnya sudah lama naksir sama Dek Yuni, tapi berhubung Dek Yuni sudah menikah bahkan memiliki Anak, jadi tidak ada salahnya jika saya menerima cinta kamu," ujar Pak Komar dengan senyum senyum sendiri.
"Astagfirullah Yun, mimpi apa gue semalam, kenapa hari ini gue apes banget? Maaf Pak, kami harus bekerja dulu," ujar Heni dengan menarik tangan Yuni untuk segera ke luar dari ruang OB.
"Tunggu Heni, berarti sekarang kita berdua sudah jadian," ujar Pak Komar.
"Maaf Pak, saya sebaiknya mundur menjadi calon Pacar Bapak. Saya sadar diri kalau saya tidak pantas untuk Bapak, karena wajah Bapak terlalu tampan," ujar Heni yang mencari alasan, padahal dalam hatinya Heni ingin sekali muntah.
"Sekarang rupanya kalian sudah mengakui ketampanan saya. Kamu tidak perlu pesimis Heni, saya akan menerima kamu apa adanya," ujar Pak Komar dengan mengambil sisir untuk membetulkan rambutnya yang tinggal beberapa helai.
"Lho, kemana Yuni dan Heni?" gumam Pak Komar yang sudah tidak melihat keberadaan Yuni dan Heni.
Heni dan Yuni sampai ngos-ngosan karena Heni mengajak Yuni berlari untuk kabur dari ruang OB.
"Heni, kenapa sih kamu pake ngajak aku lari segala?" tanya Yuni dengan mengatur nafasnya.
"Apa kamu tadi tidak dengar perkataan Pak Komar? Yun, gue rasanya jijik banget udah muji dia. Giliran dipuji saja tuh orang denger, padahal biasanya dia kan budek," ujar Heni.
"Kamu sih tadi ngatain aku, kamu jadi kena karma kan? Ya sudah, sebaiknya sekarang kita cepetan kerja, kamu tidak mau kan terus dikejar sama Pak Komar," ujar Yuni.
Heni yang mendengar perkataan Yuni pun bergidik ngeri, lalu bergegas melangkahkan kakinya untuk bekerja.
Pada saat Yuni sedang mengepel lantai, beberapa orang terlihat melewati lorong tempat Yuni mengepel.
Salah satu laki-laki yang berjalan paling depan tiba-tiba hilang keseimbangan karena menginjak lantai yang masih basah.
Brugh
Lelaki bernama Bayu terjatuh setelah menabrak tubuh Yuni.
Sesaat netra keduanya saling bertatapan, karena saat ini posisi Yuni berada di atas tubuh Bayu.
Yuni merasa tidak asing dengan sosok lelaki yang saat ini berada di bawah tubuhnya, sedangkan Bayu merasa heran karena tiba-tiba dirinya merasakan desiran hangat dalam dadanya.
"Yuni," ucap Lelaki tersebut dengan lirih.
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau