NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:875
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 05 # PERTANYAAN KLASIK

Kembali lanjut ke Masa sekarang ..

​​Dua hari yang dihabiskan Skye di Jakarta terasa lebih seperti sesi latihan perang. Ia sibuk menyesuaikan diri dengan jet lag, meninjau ulang kontrak ATEEA yang kini terasa jauh lebih rumit, dan yang paling mengganggu, mencoba menghapus bayangan Alex Mahendra Prakasa dari benaknya. Pria itu kini jauh lebih berbahaya, lebih tajam, dan sama sekali tidak menyerupai Alex yang dulu ia tinggalkan.

​Namun, sore ini adalah pengecualian. Sore ini, ia kembali menjadi Sekar.

​Taksi yang membawanya memasuki gerbang rumah yang familiar itu terasa seperti mesin waktu. Rumah bergaya kolonial modern di kawasan elit Jakarta Selatan itu tampak terawat sempurna, dengan tanaman bougainvillea yang merambat anggun di pagar. Sudah hampir lima tahun ia tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang menyimpan semua kenangan masa kecil yang hangat, tetapi juga trauma penolakan kejamnya terhadap Alex.

​Saat pintu taksi terbuka, Sekar menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba meninggalkan aura 'Skye' di luar. Keangkuhan, profesionalisme, dan jarak emosional. Di sini, ia harus menjadi putri.

​"Sekar!"

​Teriakan bahagia itu datang dari ambang pintu. Rina Atmaja, ibunya, berlari kecil dengan tangan terentang, diikuti oleh Hendrawan Atmaja, ayahnya, yang tersenyum lebar. Rina terlihat tidak menua sedikit pun, kecantikannya tetap abadi, dihiasi dengan senyum yang selalu menenangkan Sekar.

​"Ya Tuhan, Sayang! Akhirnya kamu pulang juga!" Ibu Rina memeluk Sekar erat-erat. Pelukan itu, aroma parfum yang familiar itu, langsung meluruhkan semua ketegangan yang menumpuk selama enam bulan di Eropa.

​"Mama, aku tidak bisa bernapas," ujar Sekar, tertawa kecil.

​"Biar saja! Biar kamu tahu betapa rindunya Mama!" Ibu Rina melepaskan pelukan dan menangkup wajah Sekar, memeriksanya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kamu kurus sekali! Apa mereka tidak memberimu makan di Paris? Astaga, kulitmu pucat. Kamu harus makan banyak makanan Indonesia, Mama sudah siapkan rendang kesukaanmu."

​"Aku baik-baik saja, Ma," jawab Sekar, merasa hangat.

​Ayah Hendrawan melangkah maju, memberikan pelukan yang lebih singkat namun penuh kasih sayang. "Lihat, Ayah. Putri Ayah sudah kembali. Selamat datang di rumah, Nak. Kami sangat bangga dengan semua yang kamu capai."

​"Terima kasih, Yah."

​Saat mereka melangkah masuk, aroma rumah perpaduan kayu tua, bunga sedap malam, dan masakan Ibu Rina menyambutnya seperti simfoni yang hilang. Sekar menatap sekeliling. Tidak ada yang berubah. Sofa di ruang tamu, pigura foto masa kecilnya, bahkan retakan kecil di dinding dekat tangga yang dulu ia buat saat bermain petak umpet.

​Saat melewati ruang tamu, matanya tanpa sengaja menangkap sudut di mana ia dulu mengucapkan kata-kata kejam yang mengubah hidup Alex dan dirinya. Kenangan itu menusuknya. Wajah Alex yang terluka, tatapannya yang hancur. Ia buru-buru mengalihkan pandangan.

​"Wih, Queen sudah kembali ke sarang!"

​Suara itu datang dari belakangnya, bernada sarkasme dan ejekan yang familiar. Fabian Atmaja, adiknya yang kini berusia 23 tahun, muncul dari dapur sambil mengunyah keripik. Fabian kini menjadi mahasiswa hukum yang tampan dengan aura santai, kontras dengan kakaknya yang selalu tegang.

​Sekar memutar bola mata. "Dasar bocah. Aku baru dua hari di Jakarta, dan sudah ada yang mengejekku."

​"Bocah? Aku sudah bisa beli bir, Kak! Dan untuk apa repot-repot mengejek? Semua orang juga tahu kalau 'Skye yang garang' itu cuma topeng," balas Fabian, menyeringai. "Selamat datang di rumah, Sekar. Kamu masih galak, ya?"

​Pembahasan Klasik di Meja Makan

​Makan malam malam itu terasa seperti terapi. Rendang, ayam balado, sambal terasi, semua hidangan itu membanjiri indra Sekar dengan rasa rindu yang terpendam. Keluarga itu bercerita tentang kehidupan masing-masing.

​Setelah Fabian selesai membicarakan rencana liburan semester, giliran orang tuanya yang menatap Sekar dengan pandangan penuh harapan.

​"Jadi, Sekar..." Ibu Rina memulai, suaranya pelan, tetapi jelas. "Kariermu sudah di puncak. Kamu sudah jadi top model internasional. Lalu, apa lagi?"

​Sekar tahu ke mana arah pembicaraan ini. Ia tersenyum tegang. "Lalu? Lalu aku akan terus bekerja, Ma. Ada kontrak ATEEA sekarang, setelah itu mungkin Paris lagi."

​Ayah Hendrawan meletakkan sendoknya. "Bukan itu maksud kami, Sayang. Maksud kami... urusan pribadimu. Kamu cantik, sukses, berpendidikan. Tapi, kamu sudah 28 tahun. Kapan kami akan melihatmu bahagia dengan seseorang? Kapan kami bisa menggendong cucu?"

​Pertanyaan klasik itu selalu menjadi momok. Sekar merasakan 'Skye' kembali merayap, membangun benteng.

​"Ma, Yah, aku tidak mencari. Aku sibuk. Lagipula, aku tidak butuh pria untuk bahagia," jawab Sekar, sedikit defensif.

​Fabian, yang sedari tadi menyimak sambil menikmati rendang, tiba-tiba tertawa keras. "Itu dia! Padahal yang mendekat banyak, lho, Ma. Tapi Kakak itu galaknya melebihi singa lapar. Semua pria yang mencoba mengirim pesan atau bunga pasti akan dapat balasan profesional yang kaku seperti robot dari manajernya. Padahal, aku yakin Kakak sendiri yang ketik."

​"Jaga bicaramu, Fabian!" Sekar mendesis, matanya menyipit.

​"Aku benar, kan? Siapa pria yang tahan dengan wanita yang selalu pasang wajah Ice Maiden? Di mata pria, Kakak itu cantik, berprestasi, tapi... terlalu menakutkan," ejek Fabian. "Mungkin Kakak harus sedikit melunak. Tunjukkan sisi Sekar Kenanga, jangan Skye yang dingin itu."

​Kata-kata Fabian itu, meskipun diucapkan dengan nada menggoda, menusuk Sekar. Ia tahu ia terlalu fokus pada karier, terlalu takut untuk membiarkan siapa pun masuk ke dalam hidupnya setelah luka masa lalu. Ia telah menutup diri, dan kini, ia tidak tahu bagaimana cara membukanya lagi.

​"Setidaknya, aku tidak melajang karena tidak ada yang mau denganku!" balas Sekar, refleks mengeluarkan serangan yang lebih tajam.

​"Oh ya? Coba buktikan!" tantang Fabian, bangkit dari kursinya. "Ayo kita lihat apakah si Ratu Es ini masih ingat cara bermain tanpa harus memikirkan catwalk!"

​Fabian tiba-tiba berlari, mengambil salah satu bantal sofa, dan melemparkannya ke Sekar. Sekar terkejut sesaat, lalu seringai muncul di wajahnya. Ia mengambil bantal lain dan melemparkannya kembali dengan kecepatan top model yang gesit.

​"Fabian! Sekar! Sudah! Jangan berantem di meja makan!" teriak Ibu Rina, tetapi suaranya dipenuhi tawa.

​Sekar dan Fabian sudah tidak peduli. Mereka berlarian di sekitar ruang makan dan ruang tamu, tawa mereka bergema, disela oleh suara benturan bantal. Selama beberapa menit, Sekar melupakan Paris, Milan, kontrak ATEEA, dan bayangan Alex. Ia hanyalah Sekar, seorang kakak perempuan yang sedang berkelahi dengan adiknya.

​Dari dapur, Ibu Rina melihat pemandangan itu, menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil, dan Ayah Hendrawan tersenyum bangga. Putri angkuh mereka, sang Ice Maiden, akhirnya kembali menjadi gadis kecil yang riang.

​Sekar tersentak dari tawa, berhenti berlari, dadanya naik turun kelelahan. Ia menatap adiknya yang juga terengah-engah, lalu mereka tertawa bersama.

​Mungkin Fabian benar, pikir Sekar. Mungkin aku memang harus melunak. Tapi... bisakah aku?

​Keesokan harinya, Sekar harus kembali menjadi Skye, dan ia harus menghadapi tantangan baru yang menunggunya, termasuk Alex Mahendra Prakasa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!