kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Jian Yu mendengarkan dengan seksama seluruh penjelasan dari Ling Yuan dan saudara-saudaranya. Para kesatria yang masih berada di arena latihan pun ikut memperhatikan suasana di paviliun utama dengan penuh rasa ingin tahu.
Jian Yu berdiri tegak, menatap ke arah mereka sambil menyatukan kedua tangannya di belakang punggung. Ekspresinya serius, sorot matanya memancarkan kewaspadaan.
“Hmm… apa sebenarnya yang mereka rencanakan? Apakah ini hanya kelompok kecil, atau sebuah organisasi besar yang mengikuti aliran sesat?” gumamnya pelan, suaranya berat dan dalam.
Udara di sekitarnya terasa menegang. Namun di saat yang sama, suara sistem tiba-tiba bergema di dalam benaknya.
> Sistem: Misi tersedia. Hancurkan organisasi gelap yang menyatukan bagian tubuh iblis dengan manusia. Tuntaskan sampai habis. Hadiah: Teknik Pukulan Alam naik ke tingkat 2, satu kunci menuju Dunia Atas, dan peta tata letak portal menuju Alam Atas.
Begitu suara sistem itu berakhir, Jian Yu menutup matanya sejenak lalu tersenyum tipis. “Jadi, ini misi selanjutnya… menarik,” gumamnya dalam hati.
Ia segera menatap ke arah Huang, tangan kanannya yang berdiri tak jauh darinya.
“Huang, kumpulkan seluruh kesatria. Sekarang,” ucapnya singkat.
Tak butuh waktu lama, seluruh kesatria dari klan naga pun sudah berkumpul di halaman latihan. Barisan mereka rapi, dan aura mereka terasa kuat dan disiplin. Pedang, tombak, serta baju zirah mereka memantulkan cahaya sore yang keemasan, menciptakan pemandangan gagah dan penuh wibawa.
Jian Yu melangkah maju ke depan barisan, suaranya lantang menggema di seluruh halaman.
“Untuk pertama kalinya, aku memberikan tugas lapangan langsung kepada kalian! Kalian akan berpatroli di seluruh wilayah Kota Tian Jing. Usahakan tidak mencolok, cukup bertindak seperti prajurit biasa.”
Ia berhenti sejenak, menatap seluruh kesatria satu per satu dengan tatapan tajam.
“Jika kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan, atau melihat aktivitas aneh, segera laporkan kepada Huang tanpa menimbulkan keributan. Apakah kalian mengerti?”
Sorak serentak pun menggema keras dari seluruh kesatria.
“Siap, Ketua! Kami laksanakan!” teriak mereka bersamaan dengan suara tegas dan bergema.
Jian Yu mengangguk mantap, suaranya kembali tegas namun lebih tenang.
“Bagus. Kalau begitu, bergerak sekarang.”
Serentak, suara langkah berat para kesatria mengguncang tanah. Derap sepatu baja mereka beriringan dengan suara logam senjata yang beradu lembut di sisi tubuh mereka. Dalam sekejap, barisan panjang kesatria klan naga itu pun bergerak meninggalkan halaman.
Mereka tidak menunggang naga kali ini semua berjalan kaki agar tidak menarik perhatian publik. Dan mereka berpisah membentuk satu kelompok kelompok kecil .
Jian Yu menatap ke arah Ling Yuan dengan ekspresi serius.
“Untuk kalian berempat, sampaikan berita ini kepada saudara-saudara kalian yang lain. Mintalah juga pada ayah kalian, Ketua Luochen, agar menugaskan beberapa pembunuh lain dari klan kalian untuk membantu menyelidiki masalah ini,” ucap Jian Yu tegas.
Ling Yuan, sebagai yang paling tua di antara mereka, mengangguk hormat.
“Baik, Tuan Jian Yu,” jawabnya singkat. Setelah itu, mereka berempat pun melesat cepat meninggalkan paviliun naga, tubuh mereka lenyap dalam bayangan sore, bergerak kembali menuju klan pembunuh.
Saat Jian Yu hendak berbalik dan melangkah masuk ke dalam kediamannya, terdengar suara lembut memanggil dari belakang.
“Sayang! Aku berhasil naik ranah!” seru suara itu penuh semangat.
Jian Yu menoleh dan melihat Xiao Ying berlari ke arahnya dengan kecepatan luar biasa, disusul Meiyan yang berlari di belakangnya. Rambut panjang Xiao Ying berkibar tertiup angin, wajahnya berseri penuh kebanggaan.
Melihat mereka, Jian Yu tersenyum lembut. “Hebat juga kedua istriku ini,” ucapnya sambil membuka kedua tangannya.
Xiao Ying yang mendengar pujian itu langsung tersenyum lebar, lalu melompat masuk ke dalam pelukan Jian Yu dengan tawa kecil.
“Terima kasih, sayangku. Nanti malam… kita bersenang-senang bertiga, ya,” bisiknya pelan namun cukup jelas terdengar oleh Meiyan.
Wajah Meiyan seketika memerah. Ia menunduk sambil menggigit bibir, lalu melirik ke arah mereka berdua yang saling berpelukan dengan malu bercampur kesal.
“Xiao Ying! Berhentilah menggoda aku begitu!” serunya sambil menatap mereka dengan pipi merona.
Xiao Ying justru menatapnya sambil tersenyum geli dan tertawa kecil. Melihat itu, Meiyan akhirnya maju dengan wajah kesal dan melancarkan serangan tinju bertubi-tubi ke arah Jian Yu.“Dasar kalian berdua!” serunya sambil menghujani Jian Yu dengan pukulan ringan.
Namun, setiap pukulan Meiyan berhasil ditangkap dengan mudah oleh Jian Yu yang hanya tersenyum santai.
“Tenanglah, Meiyan. Kok aku yang dipukul ,Kalau terus seperti itu, kamu bisa—” belum sempat Jian Yu melanjutkan kalimatnya, Meiyan tiba-tiba terpeleset ke depan.
Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Jian Yu. Dalam sekejap, bibir mereka bertemu sebuah ciuman tak sengaja yang membuat mata mereka sama-sama membelalak lebar.
Wajah Meiyan memerah seketika, dan ia buru-buru menjauh dengan panik.
“A-aku… aku tidak sengaja!” katanya tergagap, menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Xiao Ying yang melihat kejadian itu justru tertawa keras sampai memegangi perutnya. “Hahaha! Aku tidak menyangka kamu seberani itu, Meiyan!” godanya sambil tersenyum nakal.
Jian Yu hanya menghela napas sambil tersenyum kecil, menatap kedua istrinya yang kini tampak saling beradu pandang antara malu dan kesal. Suasana sore di paviliun naga pun dipenuhi dengan tawa lembut dan kehangatan kecil di antara mereka bertiga.
Sementara itu, di suatu tempat yang gelap, terdengar langkah kaki bergema di lorong sempit yang lembap. Dua sosok berkerudung hitam berjalan cepat menembus kegelapan.
"Untung saja mereka tidak mengejar kita sampai ke sini. Kalau ketahuan, bos pasti marah besar," ucap salah satu dari mereka dengan suara cemas.
"Iya, benar! Ayo cepat, kita harus segera menemui bos sebelum dia kehilangan kesabaran lagi," sahut temannya dengan nada panik.
Keduanya mempercepat langkah, dan setelah beberapa saat berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan besar yang diselimuti aroma alkohol dan darah segar. Cahaya redup dari obor di dinding menyoroti sosok seorang pria besar yang duduk di kursi batu, ditemani seorang wanita berpakaian minim yang bersandar genit di pangkuannya..