"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Penuh Luka
Adrian yang mengerti segera mengangguk "Adrian setuju untuk menikah lagi, asalkan ibu bisa sembuh!"
"Ibu akan baik-baik saja setelah pernikahan kamu dan Widia dilaksanakan, Adrian" Ucap Nina dengan suaranya yang masih lemah
"Ibu cepatlah sembuh lalu atur pernikahannya!"
Nina tersenyum, sudut bibir pucatnya terangkat. Mendengar sang putra akhirnya setuju
"Terima kasih nak, terima kasih atas kemurahan hati kamu!" Nina kian menggenggam tangan sang putra
"Ibu harus kuat, Adrian akan mengatur pengobatan untuk ibu"
"Dengan kamu setuju saja, sudah menjadi obat yang paling mujarab untuk ibu" Nina lalu melirik Widia yang sejak tadi berdiri disamping Adrian "Sini Widia!"
"Iya Tan!" Widia berdiri dengan jarak yang begitu dekat dengan pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu
"Kamu bersedia kan menikah dengan anak Tante!" Nina beralih menggenggam tangan Widia
Wanita cantik itu mengangguk "Apapun untuk kebaikan Tante, aku bersedia!"
"Syukurlah!" Nina lalu meletakkan tangan Widia diatas tangan Adrian seolah bukti bahwa keduanya akan segera bersatu
Sekar yang masih diambang pintu tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Dirinya memang munafik, ia sendiri yang meyakinkan sang suami namun dia juga yang merasakan sakitnya
Tak tahan, wanita cantik itu memilih untuk meninggalkan ruang perawatan sang ibu mertua. Sekar berjalan cepat, dan tujuannya adalah sebuah taman diarea rumah sakit
Sekar menumpahkan tangisnya disana, nyatanya ia hanyalah seorang istri yang tidak akan pernah sanggup melihat suaminya bersama wanita lain
Wanita itu duduk disebuah kursi taman dengan masih dalam keadaan menangis hingga didepannya terdapat sebuah sapu tangan yang entah dari siapa
Sekar mendongak, menatap seorang pria yang tengah menyodorkan sapu tangannya dengan tersenyum lembut, pria itu mungkin seusia suaminya dengan lesung pipi di sebelah kanan yang membuatnya terlihat manis saat tersenyum
"Saya nggak tau apa yang membuat kamu menangis, tapi kamu butuh ini!"
Sekar meraih sapu tangan berwarna putih itu, ia dapat melihat ukiran huruf S pada sudutnya
"Terima kasih!" Sekar mengusap pipi serta hidungnya dengan sapu tangan pemberian pria yang tidak ia ketahui namanya itu
"Satria!" Pria itu menoleh pada seorang wanita paruh baya yang tengah memanggilnya
"Aku pergi dulu! Istriku tengah melahirkan!" Pamit pria itu pada Sekar, dan wanita cantik itu mengangguk
Sekar menatap sendu sapu tangan yang pria misterius itu berikan "Sebentar lagi mas Adrian juga akan merasakan hal serupa, menemani istrinya yang tengah melahirkan!" Sekar tersenyum getir, membayangkan nya saja sudah membuatnya sakit
Tak lama ponsel miliknya berdering dan nama sang suami tertera pada layar, pria itu jelas telah menyadari ketidak hadiran sang istri disana
"Halo mas.."
"Kamu dimana?"
"Aku.. aku lagi beli minum" bohong Sekar, jika suaminya itu tahu dirinya tengah menangis di taman seperti ini maka pria itu akan membatalkan rencana pernikahannya hari ini juga
"Segera keruangan ibu! Aku butuh kamu"
Terdengar dari suaranya jika pria itu juga kini tengah tertekan, sebenarnya pernikahan ini bukan hanya melukai Sekar saja, tapi juga Adrian. Pria tampan itu juga sama tertekannya dengan Sekar, takdir seolah tak mengizinkan keduanya hidup dengan tenang
"Aku kesana sekarang mas!" Sekar lalu memutus sambungan teleponnya, lalu menyimpan kembali ponsel miliknya kedalam tas bersama dengan sapu tangan berlogo huruf S itu, entah kapan ia akan bertemu lagi dengan pria misterius itu untuk mengembalikan sapu tangan miliknya
***
Seminggu kemudian hari penuh luka itu akan terjadi, Nina seolah melupakan penyakitnya. Dengan bantuan anggota keluarga lainnya ia menyiapkan pesta pernikahan sederhana bagi putra serta calon menantunya
Pesta pernikahan ini hanya dihadiri oleh anggota keluarga dari kedua mempelai, semua ini atas permintaan Adrian sendiri
Kediaman keluarga Baskara dihias sedemikian rupa, Sekar tidak andil dalam mempersiapkan pernikahan suaminya karena Nina melarang. Wanita paruh baya itu takut jika Sekar hanya akan mengacaukannya saja karena rasa cemburunya, yaa walaupun ia tahu jika menantunya itu tidak akan melakukannya
Sekar duduk dibarisan depan, berhadapan langsung dengan sang suami yang duduk berdampingan dengan seorang wanita cantik dalam balutan kebaya modern berwarna putih
Wanita cantik itu memejamkan matanya kala mendengar sang suami mengucapkan kalimat qobul atas nama wanita lain, ia berdiri, memilih untuk keluar dari tempat yang begitu menyesakkan itu
Sekar memilih duduk dikursi taman kediaman Baskara, jika didalam sana riuh suara tepuk tangan maka Sekar tengah merasakan sepi yang menderanya. Bukan dirinya tak ikhlas, tapi ego sebagai seorang wanita memaksanya untuk menjauh
"Mbak Sekar" Suara lembut membuat Sekar segera menghapus air matanya yang sialnya tidak berhenti
"Dita.." Wanita cantik itu memaksakan senyumannya berusaha menutupi luka hatinya yang sebenarnya tidak dapat ia sembunyikan dari adik iparnya itu
"Aku boleh duduk?" Setelah mendapat persetujuan dari sang kakak ipar berupa anggukan, Anindita segera duduk disamping wanita yang telah ia anggap sebagai kakaknya itu "Kenapa mbak melakukan ini?"
"Apa maksud kamu Dit?"
"Berpura-pura kuat itu tidaklah baik mbak" Dita tahu jika kakak iparnya itu sedang tidak baik-baik saja, lagipula perempuan gila mana yang kuat melihat suaminya menikah lagi
"Mbak hanya berusaha untuk menerima takdir Dit, mungkin ini memang takdir yang telah digariskan Allah pada mbak!" Ucap Sekar dengan suara bergetar menahan tangis
"Kenapa mbak selalu seperti ini? Melupakan kebahagiaan diri mbak sendiri demi kebahagiaan orang lain?" Wanita yang tengah hamil anak kedua itu tak habis pikir dengan kakak iparnya itu, buka sekali dua kali Sekar berkorban demi keluarga suaminya itu
"Apapun akan mbak lakukan demi keluarga Dit, lagi pula keluarga bukan orang lain kan?"
Sekar tersenyum, namun Dita tahu jika senyuman itu mengandung banyak luka "Aku bisa peluk mbak Sekar?"
Tangis Sekar kian pecah saat dirinya berada dalam dekapan adik iparnya itu, sekarang ia tak dapat lagi berbohong pada wanita itu, seolah saling mengerti rasa sakitnya, Dita ikut menangisi nasib kakak iparnya
"Mbak nggak sekuat itu Dit.. kenapa mbak terlalu lemah? Harusnya mbak nggak perlu menangis! Ini hari bahagia mas Adrian kan?" Sekar mengadu dalam pelukan adik iparnya
Dita tak menyahut, wanita itu hanya mempererat pelukannya pada sang kakak ipar, seolah ingin memberikan sedikit kekuatan bagi wanita itu
"Dimana Sekar?" Bisik Adrian pada sang ibu yang tengah berdiri mendampinginya diatas pelaminan untuk menyalami tamu undangan
"Fokus pada acaranya Adrian! Sekar pasti disekitar sini!" Nina ikut berbisik
Adrian masih celingukan, mencari keberadaan sang istri yang entah berada dimana, ia khawatir pada Sekar yang ia tahu tengah berusaha untuk terlihat tegar
Sekar yang jauh lebih tenang setelah perbincangan nya dan Dita memilih untuk kembali kedalam rumah yang dimana masih penuh dengan tamu undangan yang merupakan anggota keluarga