NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Waktu terasa melambat, merayap bagai siput di ruang kerja mewah milik Ayah Lino. Yujin terjebak di sana, dipaksa Lino untuk "mencatat detail desain" yang tak berguna, sebuah alasan yang dibuat-buat agar ia tetap berada di dekatnya. Lino duduk di seberangnya, berpura-pura sibuk dengan dokumen-dokumen yang berserakan di meja, namun matanya lebih sering mengamati Yujin daripada layar laptopnya. Tatapannya penuh dengan obsesi yang tersembunyi.

Yujin merasa tak punya pilihan selain menuruti kemauan Lino. Setelah skandal Christopher mencuat ke permukaan, Yujin merasa perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang Christopher dan keluarganya. Ia yakin, cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan berpura-pura patuh pada Lino, sambil mencari celah untuk mengungkap kebenaran.

Di luar jendela besar, langit Seoul telah berubah menjadi warna abu-abu gelap yang menakutkan. Awan-awan menggantung rendah, seolah siap menumpahkan seluruh isinya ke bumi.

Tiba-tiba, suara guntur kembali menggelegar, memecah keheningan ruangan dengan keras dan dekat. Yujin tersentak kaget, menjatuhkan pensil yang sedang ia genggam. Ia selalu memiliki ketakutan yang mendalam terhadap badai dan petir, sebuah trauma masa kecil yang sulit ia lupakan.

"Kau takut badai, Yujin?" tanya Lino dengan suara tenang, penuh perhatian yang dibuat-buat. Ia menikmati melihat Yujin terkejut, merasa memiliki kendali atas emosinya.

"Tidak. Hanya... terkejut," Yujin berbohong, mencoba mengambil pensilnya dengan tangan gemetar. Ia berusaha menyembunyikan ketakutannya, namun Lino terlalu pandai untuk dibohongi.

Lino tersenyum tipis, dan mengetahui kelemahan Yujin. Ia merasa semakin berkuasa, seolah ia bisa mengendalikan Yujin hanya dengan mengetahui ketakutannya.

Saat itu, ponsel Lino berdering, memecah ketegangan di antara mereka. Ibunya menelepon.

Lino menjawab panggilan itu, dan Yujin bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. Nyonya Lee memberitahu Lino bahwa ia harus segera terbang mendadak ke luar negeri untuk mengurus urusan keluarga yang mendesak, yang berkaitan dengan Ayah Lino.

"Ya, Ibu. Aku mengerti. Hati-hati di jalan. Aku akan mengurus Ayah di sini," kata Lino dengan nada yang sempurna, seorang putra yang bertanggung jawab dan penuh perhatian. Namun, Yujin tahu, di balik topeng itu, Lino sedang merencanakan sesuatu.

Setelah telepon ditutup, Lino menoleh pada Yujin dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ibuku harus pergi mendadak malam ini. Ayahku sedang dalam perjalanan bisnis, jadi hanya ada aku di sini malam ini." jelas Lino.

Yujin merasakan gelombang ketakutan dingin menjalar di perutnya. Ia akan sendirian dengan Lino di rumah besar ini, tanpa ada yang bisa melindunginya.

Guntur kedua menggelegar lebih keras dari sebelumnya, diikuti oleh kilatan petir yang menerangi ruangan sekilas. Lalu, hujan deras mulai turun, suara air menghantam jendela seolah-olah alam sedang memperingatkan Yujin tentang bahaya yang akan datang.

"Kau harus tinggal disini, Yujin," kata Lino dengan nada yang penuh kepalsuan. "Badai ini semakin parah kurasa."

Yujin segera mengemasi tasnya dengan tergesa-gesa. "Tidak, aku akan pulang sekarang." Ia ingin segera keluar dari rumah ini, menjauh dari Lino dan badai yang mengancam.

Namun, saat ia mencapai pintu utama, hujan turun seperti tirai air yang tebal, menghalangi pandangannya. Petir menyambar lagi, dan seluruh rumah mewah itu mendadak mati lampu, terbenam dalam kegelapan total.

Yujin menjerit pelan, terkejut dan ketakutan. Kegelapan total membuatnya merasa semakin rentan dan tak berdaya.

"Tenanglah, Yujin. Hanya pemadaman listrik, kok." kata Lino, yang sudah berada tepat di belakangnya, suaranya rendah dan dekat di telinga Yujin. Sentuhan napasnya membuat Yujin merinding.

Yujin merasakan kehadiran Lino yang tiba-tiba, dan ia mundur selangkah, menjauh dari sentuhan yang mungkin terjadi. Ia merasa seperti mangsa yang terperangkap dalam sarang laba-laba.

Lino menyalakan senter dari ponselnya, yang memantulkan bayangan panjang dan aneh di dinding, menciptakan suasana yang semakin menakutkan.

"Kau tidak bisa pulang dalam badai seperti ini. Jalanan pasti banjir, dan berbahaya. Kau bisa tidur di kamar tamu. Aku akan menyiapkan selimut untukmu," kata Lino dengan nada yang tidak menerima penolakan. Ia sudah merencanakan semua ini, menjebak Yujin dalam situasi yang menguntungkannya.

Yujin tahu Lino menjebaknya. Lino sengaja tidak mengantarnya pulang lebih awal, mengetahui badai akan datang. Namun, rasa takutnya pada badai lebih besar daripada ketakutannya pada Lino saat ini. Ia merasa terjebak dalam pilihan yang sulit, di antara dua bahaya yang sama-sama mengancam.

"Baiklah," Yujin menyerah dengan suara bergetar. "Tapi aku akan tidur di sofa ruang tengah. Aku tidak mau merepotkanmu." Ia berusaha menjaga jarak dari Lino, berharap ia bisa aman di ruang tengah yang terbuka.

Lino membawa Yujin kembali ke ruang tengah, tempat di mana bahaya terasa sedikit berkurang. Ia menyalakan beberapa lilin, menciptakan suasana yang lebih lembut dan sedikit romantis yang tidak diinginkan Yujin. Cahaya lilin menari-nari di dinding, menciptakan bayangan yang menenangkan sekaligus menakutkan.

Yujin memilih sofa paling besar, menjauhkan diri sejauh mungkin dari Lino. Ia memeluk lututnya erat-erat, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. Ia terus memeriksa ponselnya, berharap ada pesan dari Christopher, tetapi nihil. Ia merasa semakin terisolasi, terputus dari dunia luar.

Lino duduk di kursi tunggal, mengawasi Yujin dengan tatapan yang sulit dibaca. Ia membiarkan keheningan yang panjang merayap di antara mereka, hanya diisi oleh deru hujan yang semakin deras dan suara petir yang menakutkan. Keheningan itu terasa seperti tekanan yang tak terlihat, membuat Yujin semakin gelisah.

"Kau kedinginan," kata Lino, tiba-tiba bangkit dari kursinya. Ia mendekat ke arah Yujin, membuat Yujin semakin waspada.

"Tidak. Aku baik-baik saja," Yujin menolak dengan cepat. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak takut, tetapi suaranya bergetar.

Lino mengabaikan penolakan Yujin. Ia pergi ke kamarnya dan kembali membawa selimut beludru tebal berwarna gelap. Ia mendekati sofa Yujin dan tanpa meminta izin, ia membentangkan selimut itu di atas tubuh Yujin, menyentuh bahu Yujin sekilas. Sentuhan itu terasa seperti sengatan listrik, membuat Yujin merinding.

"Tidurlah," Lino berkata dengan suara yang kini selembut mungkin, namun Yujin bisa merasakan nada manipulatif di dalamnya. "Aku akan tetap di sini, di kursi ini. Aku akan menjagamu."

Yujin menutup matanya rapat-rapat, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia aman. Ia sangat lelah secara emosional dan fisik, terkuras oleh semua kejadian yang menimpanya. Aroma selimut yang bersih, kehangatan yang diberikan Lino (sekalipun palsu), dan suara hujan yang monoton, perlahan menariknya ke dalam tidur yang gelisah.

Yujin tenggelam dalam tidur yang dipenuhi mimpi buruk, di tengah-tengah badai yang mengamuk, di bawah pengawasan Lino yang mengintai dalam kegelapan.

Lino menunggu dengan sabar. Ia menunggu hingga napas Yujin terdengar teratur dan dalam, menandakan bahwa ia telah benar-benar tertidur. Lilin-lilin di meja mulai meleleh, menciptakan bayangan aneh yang menari-nari di dinding.

Dengan gerakan perlahan dan hati-hati, Lino bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati sofa. Ia mematikan senter ponselnya, membiarkan ruangan itu sepenuhnya diterangi oleh cahaya lilin yang redup.

Ia berdiri di samping sofa, menatap Yujin yang tertidur lelap. Dalam tidurnya, Yujin terlihat begitu polos dan rapuh, wajahnya yang cantik bebas dari ketegangan yang selalu ia tunjukkan saat terjaga. Rambutnya terurai di bantal sofa, dan selimut tebal itu menyembunyikan lekuk tubuhnya.

Lino berlutut di samping sofa, mendekatkan dirinya ke Yujin. Ia mengangkat tangannya dengan gemetar dan menyentuh pipi Yujin dengan sangat lembut, sentuhan yang dingin dan posesif. Ia merasakan kehalusan kulit Yujin di bawah jemarinya, dan hasratnya semakin membara.

"Kau adalah milikku, Yujin. Kau tidak akan pernah bisa lari dariku. Kau tidak akan pernah kembali ke Christopher." bisik Lino.

Lino kemudian membungkuk lebih dekat, wajahnya mendekati wajah Yujin yang tertidur. Ia tidak menciumnya. Ia hanya membiarkan napasnya yang hangat menyentuh kulit Yujin yang dingin. Ia menikmati momen keintiman paksa ini, momen di mana Yujin benar-benar tak berdaya dan sendirian bersamanya.

Lino mencuri momen itu: keintiman, pengakuan, dan klaim posesif. Ia merasa seolah-olah ia telah memenangkan sesuatu, meskipun ia tahu bahwa kemenangan ini hanya ilusi.

Setelah beberapa saat yang terasa abadi, Lino menarik diri dengan enggan. Ia tidak ingin merusak keindahan kerentanan ini. Ia hanya ingin menikmati kenyataan bahwa Yujin berada di bawah atapnya, di bawah kendalinya.

.

.

.

.

.

.

.

ㅡ Bersambung ㅡ

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!