Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Boleh Menghindar
"Terima kasih karena sudah mau datang. Aku sudah pusing karena sejak pagi Jelita tidak mau makan." Fadi kini telah duduk di sofa panjang yang juga menjadi tempat tidurnya tadi malam. Sedang Bunga kini duduk di kursi yang ada di samping Jelita.
Setelah drama penolakan makan, akhirnya dengan disuap oleh Bunga, Jelita mau memakan makanan miliknya. Setelah itu ia juga mau meminum obat dan akhirnya kini membuat ia tertidur. Bunga masih terus saja mengelus pelan kepala Jelita.
Bunga tidak menjawab ucapan terima kasih Fadi. Wanita itu hanya terus menatap wajah lelapnya Jelita.
"Kemana Ibunya? Kenapa dia tidak menemani Jelita disini?" Sedari tadi pertanyaan ini yang berputar di kepala Bunga. Namun maju mundur untuk ia tanyakan. Ia tidak mau dianggap ikut campur dalam keluarga Fadi. Namun rasa penasarannya tidak dapat ia tahan lagi.
Fadi tak langsung menjawab. Ia diam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Bunga. "Nita selalu menemani Jelita, Flo. Dia selalu bersama Jelita."
"Kalau memang dia selalu bersama Jelita, lalu kenapa dia tidak ada disini sekarang? Kenapa dia tidak membujuk Jelita untuk makan sejak pagi? Kenapa dia setega itu pada anaknya sendiri? Walau bagaimanapun, Jelita tetap anaknya!" Bunga menatap ke arah Fadi. Sorot matanya menatap tajam pada pria itu, namun Bunga bisa merasakan dari sorot mata Fadi jika ada kesedihan disana.
"Nita meninggal ketika melahirkan Jelita."
Bunga tidak menyangka sama sekali akan jawaban dari Fadi itu. Ia kembali menatap Jelita. Matanya kini terasa hangat dan basah. Ada sesuatu yang akan keluar tanpa komandonya.
"Nita mengalami preeklampsia. Jelita juga lahir lebih cepat dari perkiraan dokter kala itu." Fadi melanjutkan penjelasannya tanpa diminta oleh Bunga.
Fadi berdiri, kemudian berjalan menghampiri ranjang Jelita.
"Jelita sama denganku, Flo. Yatim piatu. Walaupun ayah kandungnya mungkin masih ada di luar sana, tapi sekarang... dia cuma punya aku."
Bunga menahan tangisnya susah payah. Sejak awal berjumpa dengan Jelita, hatinya sudah tertaut dengan gadis kecil itu. Dan setelah mengetahui cerita tentangnya, hatinya ikut sedih. Anak sekecil itu harus menghadapi kerasnya dunia, bahkan sejak ia masih dalam kandungan ibunya.
"Sekali lagi terima kasih, Flo. Kamu sudah mau menemani Jelita," kata Fadi dengan tulus.
"Hmm. Dari pagi aku kepikiran dengan Jelita. Tapi sejak tadi aku sedikit sibuk dan baru bisa berkunjung sekarang," jawab Bunga. "Istirahatlah. Biar aku yang jaga Jelita dulu. Aku yakin istirahat kamu tadi malam tidak sempurna," lanjutnya sambil melihat Fadi.
Fadi yang mendengar perkataan Bunga merasakan kehangatan di dadanya. Selain karena pertolongan Bunga, ia juga menyukai perhatian kecil Bunga, walaupun sangat sederhana.
"Bangunkan aku kalau Jelita bangun," ucapnya sebelum akhirnya ia kembali ke sofa panjang.
Tak butuh waktu lama untuk akhirnya bisa terlelap. Dia sudah sangat lelah namun tidak bisa tidur begitu saja karena Jelita yang rewel sepanjang malam. Ia sangat bersyukur akan kehadiran Bunga yang mau bergantian untuk menjaga putri kecilnya.
****
Bunga tiba di rumah pada pukul 11 malam. Bukan karena ada pasien dadakan, tapi karena Jelita yang ingin ditemani oleh dirinya.
Bunga membuat kesepakatan dengan Jelita kalau dirinya akan menemani gadis itu hingga tertidur dan akan berkunjung kembali esok hari, namun Jelita juga harus berjanji tidak akan menangis jika bangun besok pagi dan tidak rewel sehingga merepotkan sang Papa.
Walaupun berada dalam satu tempat yang sama, tidak banyak obrolan antara Fadi dan Bunga. Kecanggungan masih sangat terasa diantara mereka.
Hanya Fadi yang berbicara, menanyakan kabar Bunga dan ucapan selamat karena wanita itu telah berhasil menjadi seorang dokter OBGYN, sesuai dengan cita-citanya.
"Pulang jam berapa tadi malam, Dek?" tanya Papa Bara pagi itu, ketika mereka tengah sarapan.
"Jam 11 sampai rumah, Pa," jawab Bunga. Ia makan dengan lahap roti selai cokelat yang ada di hadapannya.
"Ada pasien?" tanya Mama Lita.
"Hah? Hmm iya... pasien." Jelita, kan pasien juga, pikirnya. Bunga berusaha bersikap biasa saja, tidak menarik kecurigaan dari kedua orang tuanya.
"Di rumah sakit jangan sampai telat makan ya, Dek. Sesibuk apapun dengan pasien, makan jangan lupa. Usahakan tepat waktu." Mama Lita tidak akan pernah bosan untuk mengingatkan jadwal makan anak bungsunya ini yang memang sering lupa jika sudah sibuk bekerja ataupun belajar.
"Iya, Mam." Tak mau ambil pusing dengan segala ceramah di pagi hari, tanpa banyak kata Bunga mengiyakan omongan mamanya.
Usai sarapan Bunga langsung menuju rumah sakit tempat dirinya bekerja. Sedikit agak cepat memang keberangkatannya pagi ini, mengingat jadwal prakteknya di jam 10. Namun ia ingin berkunjung terlebih dahulu ke kamar Jelita, seperti janjinya kemarin dengan gadis itu.
Jelita tampak senang dengan kehadiran Bunga yang menepati janjinya. Bunga juga menyiapkan sarapan pagi Jelita, dan Fadi bisa keluar untuk membeli sarapan untuk dirinya.
"Kopi untuk kamu." Fadi yang baru saja kembali dari membeli sarapan di bawah membelikan Bunga kopi.
"Thankyou." Bunga menerimanya dengan senang hati. Memang pagi ini dia belum minum kopi.
"Kamu kalau mau lanjut kerja, ngga apa-apa. Pengasuh Jelita akan datang sebentar lagi untuk membantu disini," ucap Fadi yang memang merasa sungkan dan takut jika Bunga terpaksa menemani Jelita.
"Mbak Ane itu?" tanya Bunga memastikan.
"Iya. Kemarin dia tidak bisa datang karena kebetulan orang tuanya sakit. Jadi baru bisa hari ini," ungkap Fadi.
"Tapi... masih mau sama Tante Bunga..."
Ternyata Jelita masih belum ingin berpisah dari Bunga.
"Tante Bunga nya mau kerja dulu. Jelita sama Papa dulu, ya. Mbak Ane nya juga udah mau datang kesini untuk nemanin Jelita," jelas Fadi yang berusaha meminta pengertian Jelita.
Wajah Jelita berubah murung. Bunga yang tidak tega kembali berjanji akan mengunjungi Jelita ketika telah selesai bekerja.
"Janji?" tanya Jelita.
"Iya, Tante janji."
Bunyi ponsel Bunga berdering, menandakan ada telepon yang masuk. Bunga mengambil ponsel pintar lipat terbarunya itu dari saku celananya. Terlihat nama seorang perawat disana.
"Dok, Ibu Olivia minta agar bisa pulang pagi ini," ucap perawat di ujung telepon.
"Nanti saya kesana dulu," balas Bunga lalu kemudian menutup panggilan.
Hah
Memang kemarin Bunga tidak berkunjung ke ruang inap Olivia. Hanya perawat dan dokter jaga yang Bunga utus.
Bukan tanpa maksud, namun ketika kemarin Bunga ingin masuk ke dalam kamar Olivia, ia bisa melihat dari kaca yang ada di pintu jika orang tua Malik dan orang tua Olivia ada di dalam ruangan itu. Tak mau ada obrolan panjang di luar urusan kesehatan Olivia makanya Bunga memilih menghindar. Namun tak mungkin selamanya Bunga menghindar. Ia sadar profesinya melarang dirinya untuk mencampur adukkan urusan pribadi maupun pekerjaannya.
"Ada apa?" Fadi bertanya ketika melihat Bunga menarik nafas panjang kala menerima telepon itu.
Bunga menggeleng. "Tidak ada. Aku pergi dulu."
Bunga pamit pada keduanya. Sebelum pergi, Bunga menghampiri Jelita, dan mencium pipi gadis kecil yang sudah menarik perhatiannya sejak awal bertemu.
“Tante pergi dulu. Jelita nggak boleh nakal.”
****
Terima kasih yang masih setia membaca cerita Bunga ini, ya.
Jangan lupa untuk like, komen, dan vote nya ya. Kalau mau membagi bunga ataupun kopi author juga terima dengan senang hati 🤭
Sarangbeo 🫶🏻🫶🏻
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda