Wallace Huang, dikenal sebagai Mafia Iblis yang tanpa memberi ampun kepada musuh atau orang yang telah menyinggungnya. Celine Lin, yang diam-diam telah mencintai Wallace selama beberapa tahun. Namun ia tidak pernah mengungkapnya.
Persahabatannya dengan Mark Huang, yang adalah keponakan Wallace, membuatnya bertemu kembali dengan pria yang dia cintai setelah lima tahun berlalu. Akan tetapi, Wallace tidak mengenal gadis itu sama sekali.
Wallace yang membenci Celina akibat kejadian yang menimpa Mark sehingga berniat membunuh gadis malang tersebut.
Namun, karena sebuah alasan Wallace menikahi Celine. pernikahan tersebut membuat Celine semakin menderita dan terjebak semakin dalam akibat ulah pihak keluarga suaminya.
Akankah Wallace mencintai Celine yang telah menyimpan perasaan selama lima tahun?
Berada di antara pihak keluarga besar dan istri, Siapa yang akan menjadi pilihan Wallace?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Celine, m-maafkan aku!" ucap wanita itu dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca menahan sakit saat Celine masih menjambak rambutnya dengan kuat.
Celine menatapnya tajam. Nafasnya terengah. Wajahnya dingin tanpa emosi sedikit pun. "Aku sudah mati berkali-kali. Jadi…" suaranya merendah dan bergetar menahan amarah, “…jangan pernah mengusikku lagi. Kalau tidak, lain kali aku bukan hanya akan mengancammu…” Ujung pulpen yang dipegangnya bergerak semakin dekat ke mata wanita itu hingga nyaris menusuk. “…aku akan membutakan matamu.”
Tangannya melepaskan jambakan rambut itu dengan kasar. Wanita pirang itu jatuh terduduk di lantai sambil menangis tertahan. Celine bangkit dengan tatapan kosong dan melangkah pergi meninggalkan mereka.
Tiga wanita itu hanya terdiam melihat perubahan Celine yang menakutkan. Tidak ada lagi gadis lemah yang mereka hina sesuka hati.
“Apakah… kita harus melupakan kejadian hari ini?” tanya salah satu dari mereka dengan suara pelan.
“Jangan harap aku bisa lupa dan diam saja,” jawab wanita pirang itu sambil menahan sakit di kepalanya. Matanya memerah penuh dendam. “Dendam ini… akan aku balas.”
—
Celine kembali ke ruang kerjanya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke kursi dan menghela napas panjang. Tangannya mengacak rambutnya dengan frustasi. Pandangannya kosong menatap catatan gudang yang berantakan di meja.
“Kenapa… hanya ingin mulai hidup baru saja begitu sulit…” gumamnya pelan, matanya mulai berair. “Tetap saja selalu ada yang mengganggu. Kapan… aku baru bisa meninggalkan tempat ini…”
Malam hari.
Celine pulang ke kediaman mewah Wallace dengan mobil penjemput keluarga Huang. Tubuhnya lelah, pikirannya kosong. Namun langkahnya terhenti di ambang pintu saat melihat pemandangan di ruang tamu.
Ronald berdiri tegap dengan jas hitam kebesarannya. Sully duduk di samping Angie, yang menatap Celine dengan senyum mengejek. Di antara mereka duduk seorang wanita cantik berkulit putih bersih dengan rambut panjang bergelombang. Wanita itu menatapnya sambil tersenyum anggun.
"Tuan besar Huang, Nyonya…" sapa Celine pelan dengan sopan.
“Sudah pulang? Apa karena kakakku tidak ada di sini, kau pulang malam?” sindir Angie dengan senyum meremehkan sambil melirik ke arah ibunya.
Sully tersenyum sinis. “Karena kau sudah pulang, maka kau harus tahu… siapa Nona cantik ini.” Tangannya menunjuk wanita cantik bergaun merah elegan itu.
Celine menatap wanita itu, matanya membulat. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Ia mengenal wajah itu dengan sangat baik.
“Lucy…?” gumam Celine hampir tidak percaya.
Wanita itu berdiri dan menghampiri Celine dengan langkah anggun bak model di atas runway. Bibir merahnya melengkungkan senyum kemenangan.
“Celine Lin…” ucap Lucy dengan suara lembut namun tajam, “…kau sekarang istri Wallace, ya? Tapi… apa kau tahu… aku adalah Lucy, cinta pertama Wallace. Kali ini… aku kembali untuk membahas pertunangan kami.”
Celine hanya terdiam menatap Lucy dengan mata berkaca-kaca. Tubuhnya gemetar menahan emosi.
“Walau kalian telah menikah,” lanjut Lucy sambil mendekatkan ponselnya di depan wajah Celine, “tapi aku tahu… Wallace tidak mencintaimu sama sekali. Buktinya? Di hari pertama kalian menikah… dia pergi meninggalkanmu demi menemuiku.”
Celine menatap layar ponsel itu. Terlihat foto Wallace memeluk Lucy dengan wajah keduanya yang tampak bahagia. Lutut Celine melemas. Ia berusaha tetap berdiri meski dadanya terasa sesak.
“Tidak mungkin….” ucap Celine pelan, matanya menatap foto itu dengan tatapan kosong.
Lucy tersenyum semakin lebar. “Untuk apa kau berbohong pada dirimu sendiri? Semua orang tahu… sejak di kampus, aku dan Wallace adalah pasangan sempurna. Kau bisa saja tidak percaya padaku, tapi…” ia melirik Celine dengan tatapan merendahkan, “…foto ini adalah bukti nyata.”
Celine menggenggam ujung bajunya kuat-kuat, menahan tangis dan rasa sakit yang menyayat dadanya.
“Bagaimana… kalian bisa masuk ke sini?” tanya Celine dengan suara bergetar, berusaha mempertahankan kewibawaannya. “Bukankah Wallace sudah melarang kalian masuk?”
Ronald tertawa kecil, suara tawa pria paruh baya itu terdengar menakutkan di telinga Celine. “Aku… adalah ayahnya. Tidak ada yang bisa melarangku di rumah ini. Aku masih berhak mengusir siapa pun yang kuinginkan.”
Celine menegakkan kepalanya menatap Ronald dengan mata yang mulai berair. “Lalu… apa yang kalian inginkan dariku?” tanyanya pelan.
“Kau sudah menjadi istri Wallace…” jawab Ronald dengan suara tegas dan dingin. “…tentu saja kau harus menjalankan tanggung jawabmu sebagai istri dan menantu keluarga Huang.”
“Bukankah Tuan Besar tidak pernah mengakuiku… kenapa sekarang kalian ingin aku menjalankan tanggung jawab sebagai menantu? Bukankah Lucy yang kalian anggap seharusnya melakukannya?”
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Sully menamparnya dengan wajah kesal. “Dasar wanita tidak tahu diri!” bentaknya keras. “Jangan pernah membandingkan dirimu dengan Lucy!”
Celine memegang pipinya yang perih.