Gabriel Alessandro, seorang tangan kanan bos mafia terkenal di Itali. Memutuskan keluar dari organisasi tersebut dan pergi ke Indonesia, kampung halaman ibunya.
Ia memutuskan pergi karena dihantui rasa bersalah setelah meledakkan bom di sebuah panti asuhan atas perintah bosnya.
Disaat ia mencoba menikmati hidup, ia bertemu dengan seorang perempuan yang dikejar oleh banyak pria berbadan kekar.
Ia yang awalnya tidak peduli akhirnya memutuskan untuk menolong perempuan itu.
Lalu apakah pertemuan mereka akan berlanjut dan membawa kedua nya dalam kisah yang baru ? Atau hanya sekedar pertemuan yang akan terlupakan begitu saja ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dingin
🌙🌙🌙
Sudah beberapa hari ini sikap Gabriel berubah dingin pada Melati. Ia terkesan menghindar apabila bertemu dengan Melati. Namun Gabriel tidak lupa untuk selalu menyiapkan makanan atau membelikan nya untuk Melati.
Ia tau kalau Melati tidak bisa memasak. Jadi hal itu tidak bisa ia abaikan meskipun ia bersikap dingin.
Sedangkan Melati sendiri ia peka bahwa Gabriel menghindari nya. Mungkin itu bentuk kekecewaan Gabriel saat beberapa hari yang lalu ia mengatakan ingin bercerai.
Tapi apakah ia bersalah ? Bukankah hal itu sudah pernah ia katakan diawal pernikahan mereka. Tapi kenapa sekarang Gabriel bersikap seolah-olah ia mencintai Melati.
Gabriel memang baik, tampan dan kaya. Fakta itu tidak bisa ia lupakan. Tapi ia bisa apa jika hatinya masih tertambat pada satu nama yang tidak akan bisa digapai.
Tapi tidak apa. Cinta tidaklah selalu harus memiliki. Kadang melihat nya bahagia bersama orang lain adalah suatu kelegaan juga.
Hari ini Melati akan pergi ke kampus. Ia berencana menyerahkan skripsinya kemudian mendaftar untuk sidang.
Melati melihat dirinya sendiri di depan cermin. Ia memakai celana bahan hitam dan kemeja berwarna biru laut. Rambutnya ia kuncir ekor kuda juga tas ransel warna hitam berada di pundaknya.
Penampilan itu membuatnya bertambah cantik seperti anak SMA saja.
Melati membuka pintu, aroma parfum vanila seketika semerbak. Mengalihkan pandangan Gabriel yang sedang menerima telfon.
Bahkan Gabriel menatap Melati dengan tatapan terpukau. Ia tau kalau Melati cantik setiap harinya. Tapi entahlah, kali ini aura Melati benar-benar awur-awuran.
Tersadar akan sikapnya, Gabriel segera berbalik hendak pergi. Tapi dengan cepat Melati memeluknya dari belakang.
"Kak El, jangan bersikap dingin lagi padaku". Kata Melati mengeratkan pelukannya pada tubuh atletis Gabriel.
"Badannya Kak El keras banget". Gumam Melati yang masih bisa di dengar oleh Gabriel. Gabriel membeku, merasakan tubuh kecil Melati memeluknya.
Jantungnya berdebar sangat kencang. Perasaan aneh mulai merayap di hatinya.
Perlahan-lahan ada sebuah senyum yang terlukis di bibirnya. Tapi tidak lama sebab Gabriel tidak mau menunjukkan sikap berlebihan.
"Apa yang kamu lakukan ?" Gabriel melepas pelukan Melati dan berbalik badan. Kini mereka berdua berhadapan.
"Aku tidak mau diacuhkan". Jawab Melati.
"Memangnya kenapa ? Lagi pula aku juga selalu menyiapkan makanan untukmu". Gabriel kembali ke mode dingin. Meskipun dalam hatinya ingin tertawa melihat ekspresi bingung Melati.
"Tapi aku mau diajak bicara seperti biasanya".
"Aku tidak mau bicara denganmu". Gabriel melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Hari ini ia bangun kesiangan hingga memutuskan untuk sarapan sereal saja.
Meskipun sikapnya dingin, tapi soal perut ia tidak bisa mengabaikan Melati begitu saja.
Gabriel juga menyiapkan semangkuk sereal untuk Melati. Melihat itu cepat-cepat Melati menghabiskan nya.
"Hari ini aku mau ke kampus. Aku bareng Kak El ya ?"
"Hmm". Jawab Gabriel masih fokus mengunyah.
Kemudian mereka turun ke basement. Di dalam mobil tidak ada yang bicara sama sekali. Melihat sikap dingin Gabriel yang terang-terangan begini, membuat Melati menjadi canggung juga.
Gabriel tidak bertanya apa-apa. Ia yang sudah tau letak kampus Melati hanya fokus menyetir saja. Suasana rasanya sangat hening di dalam mobil. Bahkan suara musik pun tidak terdengar.
Saat sampai di depan kampus, barulah Gabriel mencegah Melati yang akan membuka mobilnya.
"Ini untuk mu". Ujar Gabriel menyerahkan sebuah kartu sakti miliknya pada Melati.
"Untuk apa ? Aku sudah punya uang". Jawab Melati polos. Sekali lagi, penolakan ini membuat Gabriel merasa tidak diinginkan.
"Ambil saja, aku tidak peduli mau digunakan atau tidak". Gabriel meletakkan paksa kartu hitam itu diatas telapak tangan Melati. Melati segera mengambilnya dan mengangguk.
"Baiklah terimakasih. Aku turun dulu. Kak El hati-hati di jalan". Kata Melati.
Saat hampir turun, ia berbalik lagi menatap Gabriel yang juga menatap nya. Tanpa di duga, ia memajukan badannya mendekati Gabriel dan secepat kilat mencium pipi Gabriel kemudian turun dengan terburu-buru.
Entah apa yang di fikirkan Melati tadi. Tapi sekarang rasanya ia malu sekali. Kenapa baru terasa malunya.
"Apa yang sudah aku lakukan ? Kenapa aku mencium Kak El. Ya ampun apa aku sudah gila". Oceh nya sepanjang perjalanan sambil memukul-mukul kepalanya.
Begitupun Gabriel yang masih berada di dalam mobil. Ia merasakan ledakan luar biasa di dalam hatinya. Ia tidak tau apa tapi yang pasti hal itu belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Heh gadis nakal. Mengatakan ingin bercerai dariku tapi malah menggodaku. Lihat saja pembalasan ku, Melati". Kata Gabriel tersenyum sendiri sambil memegangi pipinya. Lebih tepatnya, bekas ciuman Melati.
Kemudian ia meninggalkan kampus Melati dan pergi menuju Perusahaan nya sendiri.
Sedangkan Melati, ia memutuskan untuk ke perpustakaan membaca beberapa buku sekalian menunggu para teman-temannya.
Melati sendiri tidak terlalu akrab dengan banyak orang. Hanya beberapa saja yang bisa dekat dengan nya. Ia juga tidak terlalu suka kegiatan kampus yang mengharuskan nya berinteraksi dengan banyak orang.
Beberapa teman Melati sudah datang dan mereka mengobrol bersama. Sebelum akhirnya yang lainnya ada kelas dan Melati menyerahkan tugas skripsinya.
Inilah momen yang mendebarkan bagi Melati. Bukan karena takut skripsinya ditolak lagi. Ia sudah yakin seribu persen bahwa skripsinya akan diterima sebab dulu nya ia benar-benar melakukan riset dengan bersungguh-sungguh.
Tapi skripsi itu ia tahan dengan mengganti yang lain hanya untuk lebih dekat dengan Damar.
Kali ini adalah pertemuan mereka lagi setelah dua kali Damar menolak Melati. Ia harus menguatkan hatinya agar tidak tergoda menjadi perusak rumah tangga orang lain.
Biarlah cintanya akan ia pendam sendiri tanpa ada yang tau. Itu lebih baik.
"Masuk". Sahutan dari dalam membuat jantung Melati bertalu-talu dengan merdu. Ia bahkan tidak merasa jika sudah berjalan sejauh ini dan kini sudah mengetik pintu ruangan Damar.
Dengan segala keberaniannya Melati membuka kenop pintu. Tangannya terasa dingin dan basah.
"Pagi Pak. Saya mau menyerahkan tugas skripsi saya". Melati berkata tanpa melihat kearah Damar.
Sedangkan Damar masih terpaku di tempatnya. Setelah beberapa waktu tidak melihat Melati, akhirnya kini mereka bertemu lagi.
"Silahkan duduk". Damar mempersilahkan Melati duduk. Dalam hati Damar merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang seharusnya memang tidak boleh dibiarkan.
"Apa kabar, Melati ?" Tanya Damar basa-basi.
Melati berusaha tegar. Ia mendongak menatap Damar. Wajah itu, sekali lagi ia terjatuh dalam pesona Damar yang menghanyutkan. Tapi berkali-kali pula ia ingatkan dalam dirinya sendiri. Berhentilah menyakiti diri sendiri.
"Saya baik, Pak. Saya ingin menyerahkan tugas saya. Ini". Melati menyerahkan tugas skripsinya. Ia kemudian menunduk lagi.
Damar menerimanya. Membacanya sekilas sambil sesekali melihat Melati.
"Jadi kamu tidak masuk kuliah beberapa waktu ini karena sedang melakukan penelitian ?" Tanya Damar.
"Iya". Melati hanya menjawab sekedar nya. Berada di dekat orang yang ia cintai dengan berpura-pura seperti ini sesungguhnya sangat menyiksa batinnya.
🌙🌙🌙
coba Gabriel dekat ma seorang wanita kira kira melati cemburu ga yah
biarpun cintamu sedang membara