"Aku sudah lama tidak pernah merindukan siapapun. Karena aku tahu, rindu itu cukup berat bagiku. Tapi sekarang, aku sudah mulai merindukan seseorang lagi. Dan itu kamu..!"
Maarten tahu, hidupnya tak pernah diam. Dia bekerja di kapal, dan dunia selalu berubah setiap kali ia berlabuh. Dia takut mencintai, karena rindu tak bisa dia bawa ke tengah laut.
"Jangan khawatir, kupu-kupumu akan tetap terbang.
Meski angin membawa kami ke arah yang berbeda,
jejak namamu tetap tertulis di sayapnya"
Apakah pria dari Belgia itu akan kembali?
Atau pertemuan kami hanya sebatas perjalanan tanpa tujuan lebih?
(Kisah nyata)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kelly Hasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENERBANGAN
Mesin pesawat mulai menggeram pelan, lalu perlahan meningkat seiring roda-roda yang mulai bergerak di landasan. Suara khas sebelum lepas landas itu menggetarkan dada seperti degup jantung yang menahan banyak rasa. Aku meraih tangan Maarten tanpa banyak bicara. Ia menggenggamku erat, seolah berkata tanpa suara bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tak lama kemudian, tubuh kami terdorong ringan ke belakang.
Pesawat mengangkat tubuhnya dari bumi, menembus angin dan meninggalkan kota.
Dari balik jendela, Jakarta mengecil jadi titik cahaya.
Dan di dalam kabin yang hening, aku tahu, ini bukan hanya perjalanan ke tempat baru,
tapi awal dari sesuatu yang lebih dalam. Keberanian untuk percaya dan harapan yang diam-diam tumbuh di udara.
"Pakai ini agar lehermu tidak sakit". Maarten memberikan bantal leher kepadaku. Bantal berwarna abu-abu dengan teksturnya yang lembut.
"Terus kamu gimana?"
"Gapapa. Aku bosan pakai itu sejak tadi dipesawat"
Akupun memasang bantal leher itu dan memasangnya melingkar dileherku. Lalu aku bersandar di bahu maarten. Dia meresponnya dengan sangat hangat.
Langit malam perlahan menyambut kami. Warna birunya memudar menjadi hitam pekat, hanya diterangi kelip cahaya dari kejauhan dan lampu-lampu kecil di sayap pesawat. Aku menatap ke luar lagi. Seperti anak kecil yang baru saja melihat pemandangan unik. Maarten ikut melihatnya dibalik jendela.
"Maarten lihat, jakarta indah banget kalau dilihat dari atas"
"Sangat indah. Tapi lebih indah lagi orang yang mengatakannya"
Aku tersenyum malu mendengarnya. Lalu aku mulai memotret pemandangan malam itu dengan handphoneku. Maarten tersenyum kecil sambil terus memegang tanganku. Rasanya, seperti seorang ayah yang sedang mengajak anaknya bermain.
"Dan sekarang kamu tahu? Kamu sudah bukan kepompong lagi. Kamu sudah menjadi kupu-kupu yang siap terbang"
"Apa ini yang kamu maksud sebagai kupu-kupu Maarten?"
"Ya. Aku sudah berjanji akan mengenalkan sebuah dunia baru kepadamu. Kamu bahkan bisa melihat semuanya dari atas. Kamu mengatakan, semuanya sangat indah. Dan inilah keindahan yang bisa kamu lihat. Bahkan, ini belum seberapa".
Aku langsung memeluk Maarten. Rasanya, ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk menjawab semuanya.
"Aku punya satu lagu untukmu...... "
"Apa itu?"
Lalu dengan pelan dia menyanyikan sebuah lagu yang sangat indah. Suaranya hangat ditelingaku. Lagu yang cukup familiar. Aku tau lagu ini, tapi dulu aku tidak terlalu menyukainya. Tapi setelah Maarten menyanyikan lagu itu, bukan hanya suaranya yang indah. Tapi liriknya sangat penuh dengan makna.
Suaranya masih menggebu ditelingaku :
I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming .....
Lagu itu terus berputar di kepalaku, mengalun pelan di antara dengung mesin pesawat dan gemuruh hatiku yang sejak tadi terhanyut. “A whole new world...”, begitu lembut nadanya menembus ruang pikiranku. Aku menatap langit malam dari balik jendela, kota-kota kecil di bawah sana berkelip seperti gugusan bintang yang jatuh ke bumi. Tanganku masih dalam genggaman Maarten. Hangat, tenang, tak terburu buru. Saat itu, aku tahu, dunia yang baru itu benar-benar ada. Dan aku tidak sedang bermimpi.
Lagu yang dia nyanyikan terasa begitu tepat. Seolah setiap baitnya adalah cerminan dari apa yang telah dia lakukan untukku. Menunjukkan dunia yang baru, membuka mataku, dan menggenggam tanganku ketika aku takut melangkah.
Aku bersandar pelan di bahunya, membiarkan lagu itu mengalun dalam kepalaku. Suaranya, genggamannya, dan malam yang menyelimuti langit di luar jendela, semuanya terasa seperti mimpi yang terlalu indah untuk kubangunkan.
Pesawat terus melaju di atas lautan cahaya kota yang perlahan mengecil. Dan aku tahu, sejak malam itu, ada bagian dalam diriku yang terus memaksa,
"Aku ingin tetap seperti ini.. Seperti Yasmin yang terbang diatas karpet ajaib bersama Aladin"
Pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat mulai terdengar dari pengeras suara. Suara pramugari mengalun tenang, memberi tahu bahwa kami akan memasuki fase akhir penerbangan.
"Sebentar lagi kita sampai.... "
Ucap Maarten. Dia terlihat sangat bahagia. Apalagi aku. Ingin sekali rasanya aku berteriak "BALI.... KAMI DATANG.... HAHAHA!"
Tapi aku menahan diri agar tidak benar-benar berteriak. Tapi dalam hati, suara itu sudah menggema keras menabrak-nabrak dinding dadaku dengan antusiasme yang sulit dijelaskan.
Maarten memandangku sebentar, lalu tersenyum kecil.
"Kamu tidak terlihat malu lagi malam ini... "
"Aku udah jadi kupu-kupu kan sekarang? Jadi aku gak malu lagi"
"Kupu-kupu indah, berada didalam pesawat malam ini.. Lihat, bali indah banget..... ". Katanya sambil menunjuk jendela.
"Ye ye ye... Kita bentar lagi nyampe bali"
"Coba lihat kebawah... Pulaunya udah mulai kelihatan kan?"
Aku langsung refleks melihat ke arah jendela. Ya, pulau bali sudah terlihat, tapi tidak terlalu jelas karena gelap.
"Kamu seneng?"
"Seneng bangeeeet"
Aku langsung memeluk Maarten. Aku langsung mengatakan Terima kasih tanpa henti. Dan tepat dimalam itu, aku merasakan detak jantungnya. Menggema, hangat dan aku bisa merasakannya.