NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Godaan Di Malam Pesta

Rumi tengah duduk di ruang keluarga, memijat kakinya yang pegal. Radit baru pulang. Tatapannya lelah, pikirannya penuh, tapi senyum langsung merekah saat melihat istrinya.

"Telat banget pulangnya. Capek ya?"

"Sedikit. Tadi ketemu klien lama," jawab Radit mengumbar senyum tipis.

Radit tak menjelaskan lebih jauh. Ia mencium kening Rumi, lalu ikut duduk. Ada jeda canggung, Rumi menatap suaminya seolah menangkap keganjilan, tapi memilih untuk tak bertanya dulu.

Nayara datang lagi keesokan harinya. Kali ini dengan dalih presentasi kerja sama. Namun gayanya bukan klien biasa, terlalu genit, terlalu dekat.

Nayara mengambil posisi duduk sebelah Radit, bukan di depan.

"Kamu masih suka aroma kopi kayak dulu? Aku ingat banget, kamu nggak bisa kerja tanpa kopi itu."

Radit segera bangkit. Menatap Nayara dengan sangat dingin. "Aku CEO, bukan teman ngobrol. Kalau nggak ada urusan kerja, aku keluar."

Nayara tertawa kecil, lalu berkata lirih, "Masih keras kepala ya. Tapi aku suka."

Radit keluar ruangan, wajahnya menegang. Nauval yang menunggu di luar ikut berjalan di sampingnya.

"Pelan-pelan, Dit. Dia bukan wanita biasa. Aku takut dia kembali untuk merebut kamu dari Rumi."

"Dia mantan luka. Aku nggak akan biarin dia deketin Rumi. Kali ini, aku jagain rumahku sendiri," kata Radit dengan tegas, menyiratkan amarah di tiap perkataannya.

Di rumah, malam hari.

Radit duduk di tepi ranjang, menatap Rumi yang tertidur pulas. Cahaya lampu kamar yang temaram membuat wajah istrinya tampak tenang. Dengan perlahan, ia menyibak helai rambut yang menutupi pipi Rumi, lalu membelainya lembut.

"Kamu jangan tau dulu ya tentang Nayara. Yang penting, kamu bahagia. Itu tugasku sekarang," bisiknya, nyaris tak terdengar.

Rumi mengerjap pelan, tersadar oleh sentuhan itu. Ia tersenyum tipis, mengusap tangan Radit yang masih menyentuh pipinya.

"Maaf, aku ketiduran. Sampai nggak sadar Mas udah pulang."

Radit menunduk, mengecup kening istrinya lama. Rasanya seperti memeluk damai, meski hatinya berantakan.

"Gimana hari ini? Kamu nyaman? Dedek bayi masih suka nendang?"

Rumi mengangguk kecil sambil membelai perutnya yang membuncit. "Iya, Mas. Dia makin aktif. Kadang sampai bikin aku kaget sendiri."

Radit tersenyum, menyentuh perut Rumi dengan lembut.

"Oh iya, soal pesta malam besok, kayaknya aku nggak bisa nemenin Mas ke sana."

"Kenapa, Sayang?"

"Mas kan tahu, akhir-akhir ini aku sering mual. Aku takut malah repot di sana."

Radit mengangguk, mencoba mengerti. "Ya udah, nggak apa-apa. Aku berangkat sama Nauval aja, ya. Kamu di rumah istirahat, nonton drama, santai."

Rumi tersenyum manja. "Makasih ya, Mas."

...****************...

Acara besar perusahaan Radit digelar di hotel bintang lima. Semua karyawan turut hadir, termasuk beberapa klien penting. Radit tampil dengan setelan hitam elegan. Di tengah keramaian, Nayara muncul dengan gaun glamor berwarna merah darah.

"Selamat ya, Dit. Acara ini luar biasa. Aku bangga bisa jadi bagian kecil dari perusahaanmu."

"Terima kasih. Semoga urusan kerja sama kita bisa cepat selesai," balas Radit dengan suara datar.

Radit mengalihkan pandangan. Namun Nayara tak menyerah. Ia diam-diam memberi kode pada seorang pelayan. Beberapa saat kemudian, Radit disodori minuman. Radit awalnya enggan, tapi karena pembicaraan terus berlanjut, ia akhirnya menyesap.

Nauval mendekat, wajahnya terlihat merah. "Dit, aku boleh pulang duluan nggak? Kayaknya aku minum terlalu banyak."

Radit mengangguk. "Hati-hati di jalan. Minta seseorang buat antar kamu pulang. Jangan nyetir sendiri."

Beberapa saat setelahnya ....

Radit berjalan sedikit goyah. Kepalanya terasa berat, pandangan mulai kabur. Ia mengira hanya kelelahan. Nayara dengan sigap berpura-pura membantu.

"Kamu pucat banget. Sudah, istirahat dulu di kamar. Aku ada suite di lantai atas. Aku bantu, ya," ucap Nayara menggandeng tangan Radit. Terlihat manis, tapi penuh niat jahat.

Radit sudah tak bisa berpikir jernih. Tubuhnya mengikuti langkah Nayara tanpa sadar.

Nayara duduk di tepi ranjang, menatap Radit yang tergeletak setengah sadar di atas kasur. Kemeja pria itu kusut, kancing atas terbuka, napasnya berat berbau alkohol, dan matanya separuh tertutup. Tapi sorotnya,.masih mengarah padanya.

"Kamu nggak bisa lari dariku, Dit," ucap Nayara pelan, menyusuri dada Radit dengan jemari tangan yang lentik.

Radit tak menjawab. Tapi tangan kirinya bergerak, mencoba meraih, meski goyah.

Nayara memejamkan mata sejenak. Dada berdebar tak menentu, bukan karena takut, tapi karena terlalu sadar apa yang akan ia lakukan sekarang, akan memicu kemarahan Radit di hari ke depan.

Hujan turun rintik-rintik. Lampu kamar temaram, hanya cahaya jalanan yang masuk samar ke dalam. Nayara bergerak, tubuhnya bersandar pada kepala kasur.

Radit menoleh pelan, bibirnya menyebut nama Rumi dengan suara serak yang membuat nyalinya goyah.

"Rum, jangan pergi ...."

Nayara mendekat, pelan dan pasti. Tubuhnya ikut rebah di sebelah Radit, kali ini lebih dekat. Jemarinya menyentuh dahi Radit, menyapu peluh yang mulai muncul.

"Aku tau ini jahat. Tapi, aku terpaksa. Aku nggak suka melihatmu mencintai orang lain selain aku. Dulu kamu begitu terpukul saat aku meninggalkanmu. Tapi sekarang, kamu berbahagia dengan istri barumu. Kamu hanya milikku, Radit. Cintamu hanya untukku."

Radit menggenggam tangan Nayara, meski lemah. Matanya terbuka sedikit lebih lebar, menatapnya seperti memohon, atau justru menantang.

Nayara menunduk, wajahnya hanya sejengkal dari wajah Radit. "Kalau kau sadar, ini akan jadi dosa," ucapnya hampir tak terdengar.

Tapi Radit hanya berbisik, "Kalau ini dosa, aku rela. Asalkan kita bisa terus bersama. Rumi ...."

Nayara menutup mata, menghela napas panjang. Ia tak masalah Radit melihatnya sebagai Rumi atau bukan. Tapi malam ini, hanya ada mereka. Hanya napas. Hanya bisikan. Dan batas tipis antara godaan dan keputusan.

...****************...

Pagi menjelang. Radit terbangun dengan kepala pusing berat. Pandangannya kabur. Hingga akhirnya menatap sekitar dan menyadari bahwa ia berada di kamar hotel. Sekujur tubuhnya menegang saat melihat Nayara yang hanya berselimut duduk di sisi ranjang, menatapnya sambil tersenyum licik.

"Selamat pagi, suamiku yang dulu sangat kucintai."

Radit langsung bangkit, panik. Ingatannya kosong. Ia hanya sadar sesuatu tak beres.

"Apa yang kamu lakukan, Nayara?! Kamu—kamu kasih aku sesuatu?" teriak Radit antara marah dan takut.

Nayara tersenyum puas, menyandarkan kepala ke bantal. "Sebuah kesempatan, Dit. Untuk kamu kembali atau untuk aku menghancurkan hidup barumu."

"Persetan denganmu, Nayara!"

Radit masuk rumah dengan langkah pelan, wajahnya tampak lelah dan penuh beban. Di ruang tamu, Rumi menunggu dengan cemas, matanya merah karena menangis menanti.

Begitu melihat Radit, Rumi langsung berlari ke arahnya.

"Mas, akhirnya kamu pulang. Aku ... aku takut Mas kenapa-kenapa. Ponsel Mas semalam nggak aktif, nggak diangkat juga."

Radit diam, lalu perlahan meraih Rumi dan memeluknya erat. Air mata Radit jatuh tanpa suara, dia menahan beratnya perasaan yang ia simpan sindirian.

"Maaf, aku nggak bisa ceritain semuanya sekarang. Aku takut kehilangan kamu, Rum."

Rumi tetap dalam pelukan Radit, tapi belum tahu rahasia gelap yang sedang membayangi mereka.

1
R 💤
Radit.....kau membuatku sakitttt/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
R 💤
Haduh Val, Radit jgan dtinggal dong
R 💤
Radit, kumohon jangan goyah
R 💤
Jangan-jangan mantan istrinya...
R 💤
Hahahaha, Radit.. Radit
R 💤
Oh, pantesan Rum..Radit jaga kamu, sampe rela jadi bidan
Tanz>⁠.⁠<
sampai sini dulu thor, 2 🌹 untuk Rumi semangat ya rum 🤗
Tanz>⁠.⁠<
ya mau bagaimana lagi 🤭
Tanz>⁠.⁠<
bagus dit, lupain aja perjanjian yang itu 😁
Tanz>⁠.⁠<
bapak bangs*t 😤
Tanz>⁠.⁠<
pengen ku bom mulut dia nih /Right Bah!//Bomb/
Tanz>⁠.⁠<
tendang aja langsung rum, buat ribut aja tuh tua Bangka 😏
Tanz>⁠.⁠<
setuju /Good/
Tanz>⁠.⁠<
ehem deg degan parah kan kau rum 🤭
Tanz>⁠.⁠<
waduh /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
kiw kiw 🤭
Tanz>⁠.⁠<
ehem kayak nya udah mulai nyaman nih Radit 🤭
Tanz>⁠.⁠<
hati kamu itu lagi menyala api cinta 🤭🤣
Tanz>⁠.⁠<
pake di tanya lagi
Tanz>⁠.⁠<
ayo di coba dit 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!