NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:20.1k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Reva Bebas

Ruangan berbau formal dengan rak buku hukum di belakang. Bu Widya duduk di kursi empuk, wajahnya tenang tapi matanya tajam, menyembunyikan perasaan campur aduk. Antara harapan dan kepahitan masa lalu.

Pengacara paruh baya membuka berkas dengan gerakan hati-hati, menatap Bu Widya dengan rasa hormat tapi juga waspada.

"Bu Widya, pengajuan pembebasan bersyarat Reva butuh bukti konkret. Tidak hanya dokumen, tapi juga laporan perubahan sikap dan rekomendasi dari pihak terkait."

Bu Widya mengangguk pelan, tangannya mengepal di pangkuan, berusaha menahan gelombang emosi yang ingin muncul.

"Saya sudah mengumpulkan semuanya. Surat rekomendasi dari lembaga sosial, laporan kerja, dan kesaksian. Semua saya persiapkan dengan detail. Saya tidak ingin ada celah," ucap Bu Widya dengan lantang.

"Pengadilan bukan hanya menilai dokumen, Bu. Mereka ingin melihat perubahan hati. Apakah Reva benar-benar menyesal dan siap menatap masa depan tanpa kembali ke masa lalu."

Bu Widya menarik napas dalam. Matanya memandang dengan tajam. Dengan suara penuh keyakinan, ia berkata, "Reva sudah kehilangan segalanya. Dia tahu harga dari kesalahan itu. Saya percaya dia siap berubah. Ini bukan hanya tentang membebaskan dia, tapi memberikan harapan baru. Bagi dia dan bagi kami semua."

Kemudian pengacara tersenyum kecil dan mengangguk sopan. "Saya akan mengurus semua prosesnya, Bu Widya. Tapi Ibu harus siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk yang terberat sekalipun."

Bu Widya menatap ke luar jendela sejenak, lalu kembali memandang pengacara dengan mata penuh tekad. "Saya siap. Untuk apa pun yang akan terjadi nanti."

Sebuah kafe kecil dan sepi di pinggiran kota.

Suasana agak remang, meja di sudut ruangan sudah dipesan. Bu Widya duduk mengenakan jas panjang berwarna gelap. Wajahnya tampak lebih kurus dan mata tajam. Reva masuk dengan langkah pelan, ekspresinya waspada tapi mencoba tetap tenang.

Bu Widya melihat ke arah pintu, lalu tersenyum tipis. "Reva. Akhirnya kamu datang juga."

Reva berhenti sejenak di pintu, menatap Bu Widya dengan mata penuh curiga.

"Tante, aku nggak paham kenapa Tante ingin bertemu aku sekarang. Apa ini ada hubungannya dengan masa lalu kita?" tanya Reva, tajam.

Bu Widya menunjukkan ekspresi serius. Suara terdengar rendah, tapi dingin. "Tentu saja. Saya datang bukan untuk basa-basi, dan saya juga nggak minta terima kasih. Saya butuh bantuanmu."

Reva diam sejenak, menarik kursi lalu mendudukinya dengan tenang. "Bantuan? Dariku? Aku nggak mau percaya niat baik Tante, apalagi sekarang."

"Saya rasa kamu masih ingat, segalanya tidak ada yang gratis, Reva. Saya punya rencana besar dan kamu adalah pion penting dalam permainan ini," jelas Bu Widya sambil tersenyum dingin.

Reva menyipitkan mata. Ia bertanya, "Rencana apa? Dan apa yang Tante mau aku lakukan?"

Mata Bu Widya berbinar penuh emosi. Ia senang karena Reva mau masuk ke dalam rencananya. "Saya ingin menghancurkan Radit dan Rumi. Mereka sudah terlalu lama menikmati apa yang seharusnya jadi milik saya. Dengan bantuanmu, saya yakin kita bisa melakukannya."

Reva terdiam sejenak, menatap Bu Widya, lalu senyuman tipis mulai terbentuk di sudut bibirnya.

"Kalau begitu, Tante, aku mau dengar rencananya."

"Ini baru permulaan, Reva. Kalau kita mau benar-benar hancurkan Radit dan Rumi, kita harus bermain dengan cara yang sangat licik dan sistematis."

Kemudian, Bu Widya terlihat membuka berkas di meja. Matanya menatap Reva, waspada. "Ini laporan keuangan yayasan yang saya dapat. Kita akan manipulasi semua itu, membuat dana operasional seolah bocor tanpa jejak. Radit dan Rumi akan tenggelam dalam masalah keuangan yang terlihat nyata."

Reva mengangguk, mulai memahami. "Dana hilang, yayasan rusak, reputasi mereka hancur. Tapi itu belum cukup."

"Kamu benar. Kita juga harus serang sisi pribadi mereka. Radit, dia punya masa lalu yang rapuh. Pernikahannya dulu berakhir tragis—istri yang sempat keguguran, lalu meninggalkannya begitu saja. Saya sudah siapkan dokumen dan foto-foto lama, bukti yang akan kita sebarkan."

"Kalau itu tersebar, Radit bakal dianggap pria gagal. Punya masalah dalam rumah tangga, nggak bisa menjaga istri. Bagus. Rumi pasti ikut jatuh karena itu."

"Kita mainkan dua kartu sekaligus, finansial dan psikologis. Saat yayasan runtuh dan Radit dihujat, Rumi pasti goyah. Dan saat mereka lemah, kita ambil alih."

Reva menatap Bu Widya yang tersenyum licik ke arahnya. Keduanya memiliki sorot yang sama, penuh kebencian.

"Kita hancurkan mereka. Sampai tak tersisa."

Bu Widya mengangguk, menatap jauh ke luar jendela. "Ini bukan hanya soal yayasan. Ini soal keadilan kita. Mereka harus bayar lunas semua yang sudah mereka lakukan pada kita."

...****************...

Pelataran basement yayasan.

Suasana remang, hanya diterangi lampu neon tua yang berkedip. Reva baru saja keluar dari mobil. Ia memeriksa ponsel, tampak tergesa. Saat ia hendak menutup pintu, suara sepatu beradu dengan lantai terdengar mendekat perlahan.

"Lama tak berjumpa, Reva."

Reva tersentak. Ia langsung menoleh. Jantungnya seolah berhenti sejenak saat melihat sosok pria bertubuh tegap dengan wajah datar berdiri beberapa meter di depannya.

"Nauval ...."

Lelaki yang selama ini menjadi 'anjing penjaga' untuk Radit.

Reva berusaha tenang, tapi suaranya gemetar. "Nauval. Kamu ... ngapain di sini?"

Nauval melangkah pelan, sorot matanya tajam menusuk. "Lucu. Justru aku yang mau tanya itu ke kamu. Apa kabar? Baru keluar dari penjara langsung sibuk ya?"

Reva tersenyum paksa, langkahnya mundur sedikit. Suaranya terdengar bergetar saat berkata, "Aku bebas bersyarat. Aku nggak ngelakuin hal-hal bodoh lagi kok. Santai aja."

Nauval menatap tajam, mendekat lebih dekat. Suaranya nyaris berbisik tapi mengancam. "Dengerin baik-baik. Sekali aja aku dapet bukti kamu ganggu Radit atau Rumi, bahkan cuma lewat bayanganmu, aku pastikan kamu nggak bakal punya kesempatan masuk penjara lagi."

Reva berubah tegang. Matanya mulai berkaca. "Kamu ngancam aku, Nauval?"

Nauval membungkuk sedikit, menatap lurus ke mata Reva. "Ngancam? Nggak. Aku cuma ngingetin. Ada jenis luka yang nggak bisa disembuhkan hukum, tapi bisa diselesaikan diam-diam. Tanpa sisa."

Reva menelan ludah. Tangannya gemetar meski ia mencoba menyembunyikan di balik tas. Baru kali ini dia merasa benar-benar kecil di hadapan pria yang bahkan belum sekalipun menyentuhnya.

"Sampaikan salamku buat Bu Widya. Kalau dia pikir aku nggak tahu apa yang sedang kalian rencanakan, dia salah besar. Langkah kalian sudah aku hitung. Aku cuma nunggu waktu. Dan waktu itu nggak akan lama lagi."

Nauval berjalan menjauh tanpa menoleh.

Reva berdiri terpaku, napasnya memburu. Dada sesak oleh ketegangan yang menyakitkan. Untuk pertama kalinya, dia merasa takut.

1
Muliana
Jangan lupa, semua antek-anteknya kamu musnahkan atau kamu beri pelajaran ya Nauval
Muliana
Dan sekarang kamu masih membiarkan Rumi sendiri? Jangan sampai setelah kehilangan Leo, kamu juga harus kehilangan Rumi, Dit
Pengagum Rahasia
/Facepalm/
Pengagum Rahasia
wanita ini terlalu pede.
The first child
senyum tipis yang menggoda/Joyful/
NurAzizah504: senyum tipis2 /Facepalm/
total 1 replies
The first child
pengen gue sandung itu kakinya/Panic/
NurAzizah504: sandung aja gpp, aku ikhlas /Facepalm/
total 1 replies
The first child
woy lah/Smirk/
NurAzizah504: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
The first child
ternyata Radit perhatian juga/Chuckle/
NurAzizah504: /Joyful//Joyful/
The first child: aww aww aww/Drool/
total 3 replies
The first child
Novi so sweet banget /Smile/
NurAzizah504: dan setia juga
total 1 replies
The first child
kasian banget kamu rumi/Cry/
NurAzizah504: tp ayahnya ga sholeh /Sob/
The first child: ya ampun anak Sholeha/Sob/
total 3 replies
The first child
pelan tapi langsung ke hati
NurAzizah504: langsung disadarkan di tempat /Frown/
total 1 replies
Kara
hayoo lho
NurAzizah504: ketar ketir dia
total 1 replies
Kara
ajak aja Novi biar saling bantu 😁
Kara: haha Yap bener sekali
NurAzizah504: biar kayak nina dan anton ya /Facepalm/
total 2 replies
Kara
buu, mohon maaf otaknya geser ya bu? gak mau berobat dulu?
NurAzizah504: seret aja ke rsj /Sob/
total 1 replies
R 💤
mewek nih bener... othor mah gitu /Sob//Sob//Sob/
NurAzizah504: itu ulahnya radit ya. bukan aku /Sob/
total 1 replies
R 💤
Radiiiiittt /Sob//Sob//Sob/
NurAzizah504: semoga engga deh /Sob/
R 💤: itulah,, nanti kalau Rumi pergi gimnaa
total 3 replies
Tanz>⁠.⁠<
gak mau tau, beresin dit /Sob/
kapal ku gak boleh karammmm!!/Sob/
NurAzizah504: sip sip. bakalan diberesin. tp kayaknya ga semudah itu /Sob/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
jadi salah paham gini kan, jelasin dit buru /Sob/
NurAzizah504: itulah. niatnya mau ngejaga, eh malah bikin kecewa /Sob/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
plz takut banget kandungan Rumi kenapa-napa gara gara ini /Sob/
NurAzizah504: kasian rumi kan stress sendiri jadinya /Sob/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
Jambak dit Jambak
NurAzizah504: saran yang tepat, dit /Facepalm/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!