Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Seusainya menemui petugas yang mengaku dari layanan car wash, pak Surya segera kembali menghampiri Diandra dan juga Bu Ratna yang masih berada di ruang makan. Pak Surya yang merasa lega karena apa yang dibilang oleh istrinya mengenai Diandra itu tidak benar, segera memperingatkan Bu Ratna agar tidak lagi bercanda dengan mengatakan hal yang tidak tidak mengenai Diandra.
"Kamu ini bagaimana Ratna? Bisa bisanya mengarang cerita kalau Diandra terluka. Barusaja papa didatangi sama pihak layanan car wash yang ingin mengembalikan mobil milik Diandra yang ia titipkan ke tempat mereka untuk dicuci. Diandra, maafkan ayah ya nak, ayah jadi khawatir tidak jelas gara gara karangan mama kamu." ucap pak Surya sembari memberikan kunci mobil kepada Diandra.
"Mama tidak mengarang cerita, pa! Diandra memang benar benar terluka dan pulang tidak membawa mobil kemarin. Kenapa tiba tiba mobil Diandra bisa ada di tempat layanan car wash? Mobil itu pasti bukan milik Diandra, pa." ucap Bu Ratna dengan kekeh yang membuat pak Surya merasa kesal kepadanya.
"Cukup ma! Kalau mama mau bercanda sama papa, oke. Tapi tolong, jangan buat cerita yang tidak tidak mengenai keselamatan Diandra. Papa tidak suka! Sudahlah, nafsu makan papa sudah habis gara gara mama, lebih baik papa kembali ke kamar daripada meladeni omongan mama yang aneh itu." ucap pak Surya yang segera meninggalkan ruang kamar dengan raut wajahnya yang sedikit kesal.
Bu Ratna yang merasa sangat kesal karena dirinya disalahkan oleh pak Surya, segera melampiaskan kekesalannya kepada Diandra.
"Apa kau puas sudah membuat ayah kamu kesal sama mama? Kamu senang kan melihat ayah kamu marah sama mama?" teriak Bu Ratna dengan penuh kebencian terhadap Diandra.
"CUKUP IBU!" jawab Diandra dengan tegas dan membuat Bu Ratna terdiam selama beberapa saat, hingga akhirnya Diandra melanjutkan kembali perkataannya dengan mengatakan, "Apa ibu tidak lelah menuduhku, menyakitiku dan berusaha melenyapkan nyawaku berkali kali? Apa ibu mau, semua kejahatan yang ibu lakukan, terbongkar dihadapan ayah?!" ucap Diandra dengan berapi api.
Diandra menatap Bu Ratna dengan tatapan matanya yang penuh rasa sakit, lelah dan sedih yang bercampur menjadi satu. Ia hanya ingin hidup dengan tenang, tapi ketenangan itu tidak bisa Diandra dapatkan karena rasa iri dan juga kebencian yang dirasakan oleh Bu Ratna kepadanya.
"Ibu, jangan kira hanya karena aku diam dan tidak membongkar semua kebenarannya kepada ayah, aku tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh ibu dan Amara dibelakang ku. Aku tahu apa yang ibu lakukan! Aku tahu kalau ibu berkali kali berusaha untuk melenyapkan hidupku dengan membuat rem mobilku blong dan aku bisa mendapatkan kecelakaan itu. Meskipun berkali kali disakiti, apa pernah aku sedikitpun membongkar kejahatan yang ibu lakukan kepada ayah? Tidak! Aku tidak sanggup melakukan hal itu karena aku tahu, kebahagiaan ayah berada di tangan ibu. Aku bisa menahan penderitaan apapun demi kebahagiaan ayah. Aku sudah muak Bu.... Aku sudah muak dengan semua rasa benci yang ibu rasakan kepadaku." ucap Diandra dengan penuh emosional.
"Kau kira ibu tidak muak dengan semuanya, Diandra? Sejak ibu menikah dan tinggal dirumah ini, semua perhatian dan harta kekayaan milik ayahmu selalu dia berikan padamu. Apa pernah ayahmu membaginya dengan kami dan membiarkan kami menikmati semua kesenangan itu? Tidak!" ucap Bu Ratna dengan nada tinggi yang membuat perasaan Diandra semakin sakit dan hancur saat mendengarnya.
