NovelToon NovelToon
Golden Hands Arm

Golden Hands Arm

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sarunai

Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Orang itu masuk tanpa permisi. Dia berjalan dan memandang Rendi Sapphire dengan tatapan tajam.

Seketika, Rendi Sapphire, Pak Tono, dan Bu Andin yang masih berada di dalam ruangan kepala sekolah itu dibuat terkejut dengan kemunculan Komandan Demon. lengkap dengan pakaian militernya.

Ya, dialah yang datang. Ia sudah mengirim mata-mata di sekolah ini, jadi ia tahu apa yang terjadi dengan Han. Begitu ia mendapat laporan bahwa Han mendapat masalah dengan keluarga Sapphire di sekolah, ia langsung berangkat untuk memberi perlindungan. Walaupun Han kuat, tetapi karena situasinya di sekolah jelas berbeda. Jika di luar sekolah Han bisa sesuka hati menumbangkan musuh dengan kekuatannya, namun di sekolah Han tidak memiliki kekuasaan. Dia hanya punya kekuatan. Karena itulah Komandan Demon datang untuk membantu Han. Dengan begitu, dia juga bisa mendekat dan perlahan mengajak Han bergabung dengan militer.

Seketika punggung Rendi Sapphire berkeringat dingin melihat tatapan tajam dari Komandan Demon.

Siapa yang tidak kenal dengan sosok ini? Komandan Demon adalah asisten dari Jenderal Samudera dari militer. Kekuatan bertempurnya sudah tidak perlu diragukan lagi.

"Tuan Komandan Demon, ada keperluan apa hingga Tuan Komandan repot-repot datang ke sekolah ini?" tanya Pak Tono dengan gugup.

"Maaf, saya ke sini karena Jenderal Samudera memberi perintah untuk membantu Nak Han," jawab Komandan Demon, membuat semua orang terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa anak muda itu ternyata punya hubungan dengan Jenderal Samudera. Dibantu oleh Komandan Demon saja sudah membuat mereka bertanya-tanya, apalagi ini atas perintah langsung dari Jenderal Samudera.

Han sendiri justru kebingungan siapa yang datang membantu dirinya. Ia bahkan tidak mengenalnya. Entah maksudnya apa, Han hanya menunggu waktu yang tepat untuk menanyakannya.

Di sisi lain, Rendi Sapphire yang tadinya sangat angkuh, emosional, dan dominan, kini malah menciut. Punggungnya berkeringat dingin dan kakinya gemetar.

“Saya minta Tuan Rendi melupakan masalah ini, karena Han hanya membela dirinya sendiri, dan itu terjadi di luar sekolah. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan pihak sekolah,” kata Komandan Demon. tanpa basa basi, sekali lagi menatap tajam ke arah Rendi.

“Ba-baik, sa-saya akan melupakan masalah ini… dan keluarga Sapphire,” jawabnya sambil menunduk dengan suara bergetar. Kali ini dia tidak bisa melawan. Bahkan leluhur keluarga Sapphire pun takkan berani menentang, apalagi ini perintah langsung dari Jenderal Samudera.

“Itu bagus. Sekarang Anda silakan keluar,” kata Komandan Demon, mempersilakan Rendi keluar tanpa menunjukkan rasa hormat sedikit pun.

Dengan perasaan dongkol, Rendi Sapphire keluar dari ruangan kepala sekolah.

Komandan Demon kemudian menatap Han dan tersenyum.

“Boleh kita berbicara berdua?” tanyanya.

Han hanya mengangguk, yang berarti ia setuju.

“Komandan Demon sepertinya ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Nak Han. Kalau begitu, saya dan Bu Andin akan keluar dulu. Silakan gunakan saja ruangan saya,” kata Pak Tono dengan hormat.

“Baik, terima kasih atas pengertiannya,” balas Komandan Demon.

“Kalau begitu, permisi. Mari, Bu,” ajak Pak Tono kepada Bu Andin untuk keluar.

Han dan Komandan Demon pun duduk berseberangan.

Di situ, Han tetap diam. Ia ingin tahu apa maksud dari kedatangan Komandan Demon ini.

“Sepertinya kamu sangat kebingungan dengan situasi ini,” tanya Komandan Demon sambil menatap tajam ke mata Han.

“Yah, bisa Anda jelaskan?” balas Han, juga menatap tajam.

“Sepertinya anak ini benar-benar tidak mengenal takut sama sekali,” batin Komandan Demon.

“Begini, kami dari militer telah menyelidiki kasus pembantaian terhadap mafia Tengkorak Hitam. Bahkan bangunan milik para mafia itu juga telah diratakan,” Komandan Demon berhenti sejenak, lalu kembali menatap mata Han.

“Dan kami sudah melihat semua kejadian itu dari CCTV, serta dari keterangan saksi — salah satu anggota Tengkorak Hitam yang berhasil melarikan diri, yang kini sudah kami tangkap,” jelas Komandan Demon.

Han mengangguk, menunjukkan bahwa ia sudah memahami penjelasan dari Komandan Demon.

“Apa pihak militer juga yang telah mengawasi aku dan keluargaku satu minggu ini?” tanya Han dengan tatapan acuh tak acuh.

Komandan Demon tertegun mendengarnya. Dari mana anak muda ini bisa mengetahui bahwa pihak militer telah mengawasinya? Padahal pengawasan dilakukan oleh anggota khusus senyap — satuan elit yang sangat sulit dideteksi saat menjalankan misi berbahaya.

Bahkan di beberapa negara, pasukan ini tidak ada tandingannya, karena mereka adalah yang terpilih dan sangat terlatih.

“Ba-bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” tanya Komandan Demon dengan ekspresi terkejut.

“Mudah bagiku untuk mengetahuinya. Bahkan kalian juga telah mengirim murid baru di sekolah ini untuk mengawasiku,” jawab Han.

Dia sudah mencurigai gadis itu sejak awal, karena itulah Han tidak terlalu banyak berbicara dengannya.

Sekali lagi Komandan Demon terkejut. Badannya menegang, dengan pandangan kosong hingga beberapa menit. Suasana menjadi hening.

Setelah berhasil menenangkan dirinya, Komandan Demon membatin:

“Anak ini benar-benar luar biasa.”

“Baiklah, sepertinya kami tidak bisa berbohong lagi kepadamu. Maaf telah mengawasi kamu dan keluargamu. Kami hanya berusaha melindungi kamu dan adikmu. Kami, pihak militer, hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah membantu memberantas para mafia itu,” jelas Komandan Demon. Ia semakin kagum dengan kemampuan Han, dan semakin yakin dengan keputusan Jenderal Samudera yang ingin Han menjadi bagian dari militer. Dengan begitu, negara mereka akan semakin kuat.

Han hanya mengangguk. Ia memang sejak awal tidak merasakan adanya aura membunuh. Yang ia rasakan justru adalah perlindungan untuk keluarganya. Karena itu juga, Han membiarkan mereka mengawasi pergerakannya.

“Kalau begitu, bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi? Jenderal Samudera juga sangat ingin bertemu denganmu.”

Setelahnya, mereka bertukar nomor telepon, dan Komandan Demon pun berpamitan karena ada urusan lain. Begitu juga dengan Han, ia kembali masuk ke kelas.

Saat Han hendak membuka pintu kelas, pintu itu justru terbuka dari dalam — dan keluar lah Bu Anisa yang langsung terkejut melihat Han berdiri tepat di depannya.

“Eh, kamu Han. Gimana tadi, ada apa kok Bu Andin memanggil kamu?” tanya Bu Anisa.

“Itu Bu, saya dipanggil kepala sekolah. Ibu, kok keluar? Mau ke mana?” tanya Han, mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Ini kan udah waktunya ganti jam pelajaran, Ibu mau masuk ke kelas 10 lagi,” kata Bu Anisa.

“Kalau begitu, saya masuk dulu ya, Bu,” kata Han sambil menunduk.

Setelah masuk, banyak mata langsung melihatnya, seolah bertanya-tanya ada apa Bu Andin memanggilnya.

Han menatap Arabella, yang juga sedang memandanginya saat ia berjalan masuk.

Melihat Han yang sudah kembali ke kelas dan duduk, Citra pun tidak bisa menahan diri untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Han, kamu ke mana sama Bu Andin? Jangan-jangan kamu...?” tanya Citra, menggantungkan kalimatnya.

“Aku dipanggil kepala sekolah,” jawab Han tenang.

Mendengar itu, Citra mengira ada seseorang yang melihat kejadian di kantin tadi saat Han mencium bibirnya, dan melaporkannya kepada kepala sekolah.

“Ap—apa ada yang melihat kejadian di kantin tadi?” tanyanya gugup.

Dia sudah membayangkan seperti yang dikatakan oleh Han sebelumnya, bahwa jika ada yang melihat kejadian itu maka mereka akan dinikahkan. Padahal, jika itu benar-benar terjadi, mereka justru akan mendapatkan masalah dari sekolah. Bukannya dinikahkan, yang ada malah mendapat hukuman karena dianggap telah berbuat mesum.

Han menatap Citra. Pandangan itu membuat Citra langsung menunduk dengan kedua pipinya memerah.

“Aku dipanggil karena ayah Piqri tidak terima dengan kondisi anaknya,” jawab Han.

Mendengar itu, Citra langsung mengangkat kepalanya dengan terkejut.

“Apa yang terjadi? Apa ayah Piqri melakukan sesuatu terhadapmu?” kata Citra cemas, mengingat Han memukuli Piqri saat mencoba mencelakai dirinya.

“Tidak. kebetulan Ada seseorang yang membantuku,” jawab Han sambil bersandar di bangkunya dan menatap ke meja depan.

Arabella yang duduk di depan mereka, mendengarkan percakapan Han dan Citra itu sambil tersenyum dan mengangguk pelan.

1
Iwan Brando
kenapa sdh selesai outhor ceitanya
Sarunai: lanjutannya nanti malam ya☺
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
thor tawaran terakhir kan 2T kok turun jadi 1T sih lupa ya thor apa dah ngantuk ya, kopi mana kopi
Sarunai: wah.. baru sadar😅
total 1 replies
Kama
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Gato MianMian
Kayaknya harus kasih bintang lima deh buat cerita ini!
Sarunai: terimakasih ☺
tunggu kelanjutannya 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!