Di balik tirai kemewahan dan kekuasaan, Aruna menyembunyikan luka yang tak terobati, sebuah penderitaan yang membungkam jiwa. Pernikahannya dengan Revan, CEO muda dan kaya, menjadi penjara bagi hatinya, tempat di mana cinta dan harapan perlahan mati. Revan, yang masih terikat pada cinta lama, membiarkannya tenggelam dalam kesepian dan penderitaan, tanpa pernah menyadari bahwa istrinya sedang jatuh ke jurang keputusasaan. Apakah Aruna akan menemukan jalan keluar dari neraka yang ia jalani, ataukah ia akan terus terperangkap dalam cinta yang beracun?
Cerita ini 100% Murni fiksi. Jika ada yang tak suka dengan gaya bahasa, sifat tokoh dan alur ceritanya, silahkan di skip.
🌸Terimakasih:)🌸
IG: Jannah Sakinah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Revan tersenyum lebar.
"Itu ide yang bagus. Kita sudah lama tidak pergi berdua tanpa gangguan pekerjaan. Aku janji kita akan lebih banyak meluangkan waktu untuk itu. Aku juga ingin melihat dunia bersama kamu dan Aluna, mengunjungi tempat-tempat yang kita impikan."
Aruna merasa lega mendengar kata-kata Revan. Ia tahu bahwa meskipun hidup mereka sering terisi dengan rutinitas yang padat, mereka berdua tetap memiliki komitmen untuk menjaga kebahagiaan mereka, bukan hanya untuk Aluna, tetapi juga untuk diri mereka sendiri. Ini adalah langkah pertama untuk memastikan bahwa mereka tetap menjadi pasangan yang saling mendukung, meskipun dunia mereka berubah.
Beberapa hari setelah percakapan itu, mereka memutuskan untuk merencanakan liburan keluarga kecil mereka. Mereka memilih tempat yang tenang di pegunungan, jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat mereka bisa lebih dekat satu sama lain. Revan mengurus semua detail perjalanan, sementara Aruna menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk Aluna.
Perjalanan itu sangat mereka nantikan. Di tengah kesibukan pekerjaan Revan dan rutinitas harian mereka, liburan menjadi kesempatan langka untuk menikmati waktu bersama, untuk mempererat hubungan yang sudah mereka bangun dengan penuh perjuangan. Mereka ingin menciptakan kenangan indah bersama Aluna, yang akan menjadi bagian dari cerita kehidupan mereka.
Sesampainya di tempat tujuan, suasana alam yang segar dan pemandangan yang menakjubkan langsung menyambut mereka. Mereka menginap di sebuah cottage kecil yang nyaman, dikelilingi oleh pepohonan hijau dan udara segar pegunungan. Di sana, Revan dan Aruna merasa seolah-olah dunia mereka menjadi lebih sederhana, lebih tenang, dan lebih indah.
Malam pertama mereka di cottage itu, setelah Aluna tidur, Revan dan Aruna duduk berdua di balkon cottage, menikmati keindahan bintang-bintang yang gemerlap di langit malam. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang masa depan mereka, tentang harapan-harapan yang belum terwujud, dan tentang kehidupan yang ingin mereka berikan untuk Aluna.
"Apa yang kamu bayangkan untuk kita di masa depan, Sayang?" tanya Revan, suara lembutnya menyatu dengan hembusan angin malam.
Aruna menatap langit, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aku ingin kita selalu seperti ini, Sayang. Selalu ada untuk satu sama lain. Aku ingin kita terus tumbuh bersama, bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga sebagai pasangan yang saling mendukung. Dan aku ingin Aluna tahu bahwa dia selalu didukung, tidak hanya oleh kita, tetapi juga oleh cinta yang kita miliki."
Revan menggenggam tangan Aruna, merasakan kedamaian yang mereka berdua rasakan malam itu. "Aku janji kita akan selalu bersamamu, Sayang. Apa pun yang terjadi, kita akan terus saling mendukung. Kita akan memberikan yang terbaik untuk Aluna, dan kita akan selalu menjaga cinta kita."
Aruna menatap Revan dengan penuh cinta. "Aku percaya padamu, Sayang. Kita sudah melalui banyak hal, dan aku tahu kita bisa melalui apa pun bersama."
Malam itu, mereka berdua merasakan kedekatan yang lebih dalam, mengingatkan mereka bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Ini baru permulaan. Mereka tahu bahwa tantangan akan selalu ada, tetapi bersama-sama, mereka akan menghadapinya dengan kekuatan yang tak tergoyahkan.
Liburan itu menjadi titik balik bagi mereka berdua. Setelah kembali ke kehidupan sehari-hari, Aruna dan Revan lebih menghargai setiap momen bersama.
Mereka menyadari bahwa meskipun hidup penuh dengan tuntutan, mereka bisa menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana yang mereka lakukan bersama. Waktu bersama Aluna, waktu berdua, dan saling mendukung dalam setiap langkah, itulah yang membuat hidup mereka penuh makna.
Aluna, meskipun masih sangat kecil, sudah menunjukkan sifat-sifatnya yang lucu dan ceria. Dia menjadi pusat dari kebahagiaan mereka, dan melihatnya tumbuh setiap hari memberi mereka semangat baru.
Revan dan Aruna tahu bahwa masa depan mereka akan terus berkembang, dan mereka siap menghadapi setiap hari dengan penuh harapan.
Pagi itu, udara terasa segar dan cerah, seolah-olah dunia sedang merayakan hari baru bersama Aruna dan Revan. Matahari bersinar dengan lembut melalui jendela kamar mereka, menandakan bahwa ini adalah hari yang penuh harapan.
Revan yang sudah bangun lebih dulu sedang menyelesaikan pekerjaan terakhirnya di kantor dari rumah. Sementara itu, Aruna sedang menyiapkan sarapan, menikmati momen tenang bersama Aluna yang sedang sibuk dengan mainannya di ruang tamu.
Sungguh luar biasa, pikir Aruna. Betapa banyak hal yang telah mereka lewati, dan betapa jauh mereka sudah datang. Revan, suaminya, yang dulu terlalu sibuk dan terfokus pada masa lalunya, kini menjadi pribadi yang sangat berbeda.
Mereka bersama membangun hidup baru, mengatasi masalah, dan menemukan kebahagiaan yang dulu tak pernah mereka impikan.
Aruna tersenyum ketika melihat Aluna yang berlarian dengan penuh semangat. Aluna, meskipun masih kecil, selalu berhasil membuat hari-hari mereka lebih ceria.
Keberadaan Aluna di hidup mereka memberikan makna baru bagi Aruna dan Revan, sebuah ikatan yang lebih kuat dari apa pun yang mereka hadapi sebelumnya.
Ketika Revan selesai dengan pekerjaannya, ia bergabung dengan Aruna di meja makan.
"Pagi, sayang. Semua sudah siap?" tanya Revan, menyambut Aruna dengan senyum yang hangat.
Aruna mengangguk, meletakkan piring sarapan di meja.
"Aluna sudah makan, tinggal kita saja," jawabnya sambil mengatur makanan di meja.
"Hari ini ada rencana penting di kantor?" Revan mengangguk, wajahnya sedikit serius.
"Ya, aku harus menghadiri beberapa rapat besar. Tapi aku akan berusaha untuk pulang lebih awal. Kita bisa menghabiskan waktu berdua nanti malam, justru itu yang aku harapkan."
Aruna tersenyum mendengar itu, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang memahami pentingnya waktu bersama keluarga.
"Aku menantikannya. Setelah hari yang sibuk, kita bisa istirahat dan hanya menikmati kebersamaan."
Mereka duduk dan menikmati sarapan dengan damai, sambil sesekali berbicara tentang berbagai hal.
Aruna merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan. Kehidupan mereka tidak sempurna, tetapi itu adalah kehidupan yang mereka pilih untuk jalani bersama, dan itu lebih dari cukup baginya.
Setelah makan pagi, Revan berpamitan dan pergi ke kantor. Aruna melanjutkan harinya dengan mengurus Aluna dan beberapa pekerjaan rumah tangga.
Meskipun hidup mereka jauh lebih tenang sekarang, Aruna tidak bisa menahan diri untuk merasa sedikit cemas tentang apa yang akan datang.
Dunia mereka semakin berkembang, dan semakin banyak hal yang harus mereka pertimbangkan.
Namun, Aruna tahu satu hal pasti, apapun yang terjadi, mereka tidak akan pernah menghadapi masa depan sendirian. Mereka akan selalu bersama, menghadapi setiap tantangan dengan penuh cinta dan pengertian.
Beberapa minggu setelah itu, Revan kembali mengajak Aruna untuk berbicara santai.
Mereka duduk di taman belakang rumah, tempat yang tenang dan penuh kedamaian.
Aruna menatap Revan dengan tatapan penuh perhatian, merasa bahwa ada sesuatu yang ingin suaminya sampaikan.
"Sayang, ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Aruna dengan lembut.
Revan menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang serius. "Kamu terlihat tambah cantik sayang," ucap Revan dengan senyum tipis menggodanya membuat Aruna mendadak tersipu malu.
"Ih, gombal. Aku kira apa tadi wajah kamu serius banget!" Aruna tertawa kecil begitu pun dengan Revan.
Hari-hari terus berlalu, Aruna dan Revan mulai merencanakan masa depan mereka dengan lebih matang.
Mereka mendiskusikan bagaimana cara terbaik untuk mendidik Aluna, bagaimana cara untuk memperluas bisnis Revan, dan bagaimana cara agar hubungan mereka tetap kuat meskipun mereka terus sibuk dengan berbagai urusan.
Aluna tumbuh dengan sangat cepat, dan setiap hari menjadi momen baru yang penuh kebahagiaan bagi keluarga kecil mereka.
Aruna merasa sangat beruntung bisa menyaksikan tumbuh kembang putrinya, dan meskipun terkadang merasa cemas tentang masa depan, ia tahu bahwa bersama Revan, mereka akan selalu memiliki kekuatan untuk menghadapi segala hal.