Liana menantu dikeluarga yang cukup berada tapi dia dipandang rendah oleh mertuanya sendiri. Mahendra suaminya hanya bisa tunduk pada ibunya, Liana dianggap saingan bukan anak menantu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon citra priskilai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Hindun berkehendak sesuka hati
Pagi itu mas Seno sudah siap di depan rumah kontrakan Liana. Dion dan Liana sudah menunggu di teras rumah bersama ibu Retno dan bapak Slamet orang tua liana , dan langsung masuk mobil mas Seno.
Liana duduk di kursi belakang bersama Dion serta ibu Retno, sedangkan bapak Slamet dan mas Seno duduk di depan. Dan mas seno menanyakan sesuatu pada Liana
"Lian, apa kamu sudah yakin dengan keputusan apapun yang diambil oleh Mahendra"
Tanya mas Seno.
"Pasti Liana kuat mas Seno, demi Dion".
"Liana tidak mau menjadi penghalang mas Mahendra untuk berbakti pada ibu dan bapaknya"
Jelas Liana pada mas Seno.
Setelah beberapa jam Liana sampai di rumah ibu Hindun yang sudah direnovasi. Tampak di teras rumah sosok mas Mahendra yang sedang merokok, penampilannya acak acakan gak karuan. Rambutnya yang ikal mulai menjuntai sebahu, raut mukanya menegang sambil menghisap sebatang rokok.
Liana, ibu Retno dan bapak slamet turun dari mobil dan mas Seno dilarang turun dari mobil oleh Liana.
"Lian, aku tidak akan tinggal diam kalau ada nyakitin kamu sama Dion di dalam sana"
Pinta mas Seno pada Liana.
Liana hanya mengangguk menandakan mengiyakan perkataan mas Seno.
Liana berjalan menuju rumah ibu Hindun, dan Mahendra seketika membelalakkan matanya ketika melihat Liana dan Dion datang pada dirinya. Mas Mahendra memandang dirinya dan tampak malu dengan keadaan yang seperti itu.
"Assalamualaikum, mas Mahendra"
Sapa Liana pada laki laki yang masih berstatus suaminya itu.
"Waalaikumussalam Liana"
Jawab mas Mahendra pada Liana dan langsung memeluk Liana.
Liana tahu, mas Mahendra masih sangat mencintai dan membutuhkan Liana disampingnya. Mas Mahendra melihat Dion dan langsung memeluk Dion putranya.
"Mas, ibu Hindun apa ada dirumah"
Tanya Liana pada Mahendra.
"Ada, saya panggilkan"
"Ayo masuk Liana"
Ajak Mahendra pada Liana yang masih berstatus istrinya itu.
Ibu Retno dan bapak Slamet juga masuk ke rumah ibu Hindun tersebut, dan tak lama ibu Hindun keluar dengan wajah congkaknya.
"O... Besan ya kesini''
"Naik apa, naik becak ya.."
"Anakku aja sudah bisa beli mobil Honda Brio"
"Iya tu si Aisyah anakku"
Ibu Hindun mulai pamer.
Mahendra mempersilakan keluarga Liana duduk, dan ibu Hindun juga ikut duduk dengan ekspresi yang menghina pada keluarga Liana.
Tanpa basa basi bapak Slamet langsung mengutarakan maksud kedatangan Liana dan kedua orang tuanya, dan mas Mahendra sangat terpukul dengan permintaan kedua orang tua Liana.
"Nak Mahendra, kalau hubungan nak Mahendra dengan Liana sudah tidak ada restu dari ibumu itu tidak baik jika diteruskan nak"
"Kasian Liana harus menahan setiap omongan yang menyakitkan dari ibumu"
"Liana tidak ingin menjadi penghalang bagi kamu untuk berbakti pada orang tuamu"
"Karena Liana itu orang lain yang kamu ambil dan kamu jadikan istrimu"
''Jangan kamu sakiti batin anakku dengan cara kau jadikan saingan ibumu untuk memperoleh perhatianmu"
Jelas pak Slamet pada Mahendra.
Terlihat wajah ibu Hindun tersenyum puas dengan kejadian seperti ini, karena hal besar inilah yang ditunggu oleh ibu Hindun.
"Apa maksud pak Slamet, yaudah Liana dan Mahendra suruh cerai aja kan beres gak usah ribet kayak gini"
Ketus ibu Hindun pada bapak Slamet.
Ibu Hindun pun berdiri dan masuk kamar, tanpa diketahui Mahendra diam diam ibu Hindun telah mendaftarkan gugatan cerai pada pengadilan agama semenjak Liana pergi meninggalkan Mahendra.
Ibu Hindun keluar dari kamar dan membawa berkas surat perceraian antara anaknya dan menantunya. semua orang yang ada di ruang tamu tersebut terdiam dengan tindakan ibu Hindun yang melampaui batas.
Terimakasih