NovelToon NovelToon
EMPRESS ELARA (Transmigrasi Kedalam Tubuh Permaisuri Lemah)

EMPRESS ELARA (Transmigrasi Kedalam Tubuh Permaisuri Lemah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Masuk ke dalam novel / Mengubah Takdir
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: Senja Bulan

Seorang wanita modern Aira Jung, petinju profesional sekaligus pembunuh bayaran terbangun sebagai Permaisuri Lian, tokoh tragis dalam novel yang semalam ia baca hingga tamat. Dalam cerita aslinya, permaisuri itu hidup menderita dan mati tanpa pernah dianggap oleh kaisar. Tapi kini Aira bukan Lian yang lembek. Ia bersumpah akan membuat kaisar itu bertekuk lutut, bahkan jika harus menyalakan api di seluruh istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja Bulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Ciuman hangat

Malam di istana terasa tegang.

Langit memerah, seolah api di hati rakyat menjalar hingga ke bintang.

Di sayap barat, Elara duduk sendirian di balkon kamarnya. Angin membawa aroma abu tanda pemberontakan kecil telah dimulai di luar tembok kota.

Ia mendengar langkah kaki berat dari arah pintu.

Tanpa menoleh, ia sudah tahu siapa yang datang.

“Kau datang bukan untuk menenangkan suasana, bukan?” katanya datar.

Kaisar Kaelith menutup pintu di belakangnya.

Raut wajahnya keras, tapi matanya lelah.

“Aku datang karena aku harus tahu…” katanya pelan, “...apakah semua ini kau rencanakan?”

Elara menoleh perlahan.

“Kau pikir aku punya waktu untuk menghasut rakyat sementara aku sibuk memadamkan rumor tentang pengkhianatan?”

“Mereka mengangkat namamu sebagai lambang keadilan.”

“Dan itu membuatmu takut?”

“Itu membuatmu berbahaya.”

Hening.

Kata-kata Kaelith menggantung di udara, tajam seperti pedang yang belum dihunus.

Elara berdiri, langkahnya ringan, tapi suaranya dingin.

“Kau dulu menikahiku karena politik.

Kau menjauh dariku karena cinta lain.

Dan sekarang, ketika rakyat akhirnya menyebut namaku, kau menuduhku haus kuasa.”

“Kau tidak tahu apa yang sedang terjadi, Elara,” gumam Kaelith, menatap ke lantai.

“Kau juga tidak tahu apa yang aku rasakan,” balasnya cepat.

Ia mendekat, matanya menatap langsung pada pria yang dulu hanya mencintai selir Valen.

“Aku pernah mencoba menjadi wanita lemah, yang hanya menunggu cinta dari seorang kaisar. Tapi itu bukan aku.”

“Sekarang aku tahu, kekuasaan bukan untuk diminta tapi untuk diambil.”

Kaelith menatapnya lama.

Ada amarah di sana, tapi juga sesuatu yang lebih dalam sesuatu yang tidak ingin ia akui.

“Kau berubah,” katanya akhirnya.

“Tidak,” jawab Elara, suaranya nyaris berbisik. “Aku hanya berhenti pura-pura.”

Langkahnya mendekat. Kini jarak di antara mereka nyaris tak ada.

Kaelith menahan napas aroma wangi mawar dan logam bercampur di udara.

“Kau berbahaya,” katanya lirih.

“Dan kau…” Elara menatap matanya tajam, “…masih pengecut yang sama.”

Kaelith menatapnya dalam-dalam, lalu tanpa peringatan, ia menarik Elara ke pelukannya.

Ciumannya kasar, penuh kemarahan dan ketakutan.

Elara tak menolak tapi juga tidak menyerah.

Tangannya mencengkeram dada pria itu, membalas dengan ciuman yang sama kuatnya, seperti dua jiwa yang sedang terbakar di tengah perang.

Ketika mereka terpisah, napas mereka berat.

“Apa itu?” tanya Elara dengan suara serak.

“Aku tidak tahu,” jawab Kaelith. “Mungkin amarah… mungkin cinta yang terlambat.”

Elara menatapnya lama, lalu berkata pelan:

“Kalau begitu, simpan cintamu. Karena mulai malam ini, aku tidak lagi berperan sebagai permaisuri yang menunggu.”

“Lalu kau akan jadi apa?”

“Ratu,” bisiknya dingin. “Bukan di bawahmu… tapi bersamamu atau melawanmu.”

Kaelith tak menjawab. Ia hanya menatap wanita itu lama sadar bahwa cinta yang tumbuh di antara mereka bukan lagi bunga lembut, melainkan duri yang siap menorehkan darah siapa pun yang memegangnya.

Di ruang rahasia bawah tanah, Kaen membuka peta besar di meja batu.

“Ratu… semua keluarga bangsawan selatan mulai bergerak. Renard telah menyiapkan pasukan di pelabuhan.”

Elara menatap titik merah di peta.

“Kaisar akan fokus pada ibu kota. Biarkan dia menjaga singgasananya. Kita ambil laut.”

“Laut, My Lady?”

“Di sana sumber kekuasaan Renard.

Kita bakar jantungnya dulu, baru kepalanya.”

Kaen mengangguk, tapi matanya ragu.

“Dan jika Kaisar tahu?”

Elara tersenyum samar.

“Katakan padanya nanti… kalau ini demi kerajaannya. Dan demi wanita yang dia abaikan terlalu lama.”

Malam semakin dalam.

Kaelith berdiri di balkon istana utama, menatap kota yang terbakar di kejauhan.

Ia tahu Elara sedang bergerak. Ia tahu langkahnya itu berbahaya.

Namun, untuk pertama kalinya, Kaelith tidak ingin menghentikannya.

Ia hanya bergumam pelan,

“Jika dunia ini harus terbakar untuk kita bertemu di tengahnya… maka biarlah begitu.”

Api memantul di matanya api yang sama yang kini menyala di hati Elara.

Dua penguasa, dua kekuatan, satu cinta yang perlahan berubah menjadi peperangan.

Udara di pelabuhan selatan terasa berat oleh kabut dan bau asin laut.

Dari kejauhan, lampu-lampu kapal dagang masih menyala redup, tapi suasana pelabuhan itu bukan lagi milik kerajaan.

Sekarang, semuanya berada di bawah kendali Lord Renard.

Namun malam itu, dari arah laut, tiga kapal kecil bergerak tanpa suara.

Layar mereka hitam, tanpa lambang, dan di atas geladak berdiri sosok wanita berjubah kelam Elara.

“Kita akan sandar di dermaga belakang,” bisiknya pada Kaen.

“Jaga jarak dengan penjaga pelabuhan. Tidak boleh ada darah sebelum aku memberi perintah.”

Kaen mengangguk, tangannya di gagang pedang.

“Jika mereka mengenali Anda, semuanya akan berakhir.”

“Mereka tidak akan mengenal wajah yang sudah lama dilupakan,” jawab Elara dengan nada dingin.

Di bawah tudung hitamnya, rambut peraknya disembunyikan, diganti dengan warna gelap dari ramuan herba.

Tak ada yang akan menyangka wanita itu yang melangkah diam-diam di pelabuhan adalah permaisuri yang dulu disembah seluruh istana.

Sementara itu, di dalam gudang besar di tepi laut, Lord Renard sedang berdiri di depan para prajurit bayaran.

“Mulai malam ini, kita kirimkan senjata ke utara. Jika Kaisar sibuk dengan pemberontakan di ibu kota, kita kuasai seluruh jalur perdagangan.”

Salah satu pengawalnya menunduk,

“Dan jika Permaisuri ikut campur?”

Renard tersenyum miring.

“Wanita itu mungkin pandai bicara, tapi di medan perang? Ia tak ubahnya bayangan di bawah kakiku.”

Tiba-tiba, terdengar bunyi denting logam dari atap gudang.

Semua kepala menoleh.

Sebelum sempat bereaksi, panah kecil menancap di tiang dekat Renard, dengan secarik kertas tergantung di ujungnya.

“Salam dari bayangan yang akan menelanmu.”

Renard memicingkan mata.

“Cari dia!”

Tapi ketika prajuritnya berhamburan ke luar, kabut semakin tebal, menelan semua suara.

Beberapa menit kemudian, di dermaga belakang, Elara melangkah cepat di antara peti-peti barang.

Kaen mengikuti di belakangnya.

“Dia punya lebih banyak pasukan dari yang kita perkirakan,” kata Kaen pelan.

“Itu sebabnya kita tidak datang untuk berperang,” jawab Elara. “Kita datang untuk mencuri sesuatu.”

“Sesuatu?”

Elara berhenti di depan gudang kedua yang dijaga ketat.

“Catatan pengiriman,” bisiknya. “Itu daftar semua kapal yang mengangkut senjata dan emas bukti pengkhianatan Renard.”

Kaen menatapnya tak percaya.

“Kau berencana menumbangkannya bukan dengan pedang…”

“…tapi dengan kebenaran,” sambung Elara, senyum licik tersungging di wajahnya.

Mereka menyusup masuk.

Suara ombak menutupi langkah mereka.

Begitu tiba di dalam, Elara menemukan lembaran catatan yang tersegel dengan lambang naga merah tanda persekongkolan dengan wilayah selatan yang dulu memberontak.

Namun sebelum mereka sempat keluar, pintu gudang terbuka keras.

Puluhan anak panah diarahkan ke arah mereka.

“Akhirnya kita bertemu, Permaisuri,” suara Renard terdengar, tenang tapi mematikan.

“Aku harus akui, kau jauh lebih cerdas dari yang kukira.”

Elara berdiri tegak, tanpa menunjukkan ketakutan.

“Dan kau jauh lebih bodoh dari yang kuduga. Menantang kaisar mungkin berani, tapi menantang aku?”

Renard tertawa rendah.

“Kau pikir statusmu bisa melindungimu? Kaisar bahkan meragukanmu sekarang.”

“Mungkin,” balas Elara pelan. “Tapi aku punya sesuatu yang tidak kau miliki.”

“Apa itu?”

“Loyalitas orang-orang yang pernah kau injak.”

Sebelum Renard menyadari maksudnya, suara ledakan kecil terdengar dari sisi pelabuhan.

Kapal-kapalnya terbakar disabotase oleh awak kapal yang telah dibujuk Elara beberapa hari sebelumnya dengan janji keadilan dan kebebasan.

Api menjalar cepat, menerangi wajah Elara yang kini berdiri di tengah kobaran cahaya.

“Kau mempermainkan api, Renard. Sekarang rasakan panasnya.”

Renard berteriak memerintahkan pasukan untuk menyerang, tapi Elara sudah menarik Kaen keluar melalui jendela belakang.

Kabut, asap, dan api berpadu menjadi kekacauan sempurna.

Di pagi hari, pelabuhan selatan tinggal puing dan arang.

Kaisar Kaelith menerima laporan dengan wajah gelap.

“Siapa yang memerintahkan pembakaran?”

Prajurit itu menunduk.

“Tidak ada perintah, Yang Mulia. Tapi saksi mata melihat seorang wanita berjubah hitam memimpin serangan… dan beberapa mengatakan mereka melihat lambang phoenix di jubahnya.”

Kaelith menatap kosong ke arah jendela.

Phoenix lambang keluarga Elara.

“Dia melakukannya,” bisiknya, antara kagum dan marah.

“Dia benar-benar melakukannya.”

Di sisi lain, Selir Valen melangkah masuk dengan senyum halus.

“Yang Mulia,” katanya lembut. “Mungkin ini saatnya Anda mempertimbangkan… siapa sebenarnya yang setia, dan siapa yang menunggu kesempatan mengambil tahta Anda.”

Kaelith menatapnya tajam.

Namun di hatinya, untuk pertama kalinya, ia tidak tahu siapa musuh dan siapa sekutunya.

Di atas bukit menghadap laut, Elara berdiri memandangi asap hitam yang masih mengepul.

Kaen menatapnya diam-diam.

“Kau sadar, Yang Mulia akan marah besar.”

“Biarkan dia marah,” jawab Elara datar.

“Kadang, untuk membangun kerajaan yang baru, kau harus membiarkan yang lama terbakar dulu.”

Ia menatap langit, dan untuk sesaat, kilatan api di matanya memantulkan semangat yang tak bisa dipadamkan siapa pun.

1
kriwil
raja kok pekok tudak percaya kepada siapa oun tapi kerjaanya di rong rong penjilat biasanya orang yang tak mudah percaya sama orang itu akan kuat
kriwil
mungkin kaisar mati hidup lagi🤣
Senja Bulan
maàf tapi aku usahain agar sering update tapi sekarang situasi agak sulit karena aku harus kerja di luar negeri dan harus belajar juga jadi waktunya sedikit.🙏
Khoriyatul Sahidah: semangt thorr😍aku sllu menanti mu🤭
total 2 replies
Karo Karo
jangan lama otakku berdarah darah menunggu kelanjutannya 🥴
Qiqi Maryam
update yg byk dong thor
Evi Marena
rumit😴dan lambat....tapi aq tetap penasaran...💪 thorrr
Senja Bulan: terimakasih kk 🙏🤭🤭🤭😍
total 1 replies
saniamycloe
kerennn gt cerita nya❤️❤️❤️
Senja Bulan: arigato 😍😍
total 1 replies
Tya Yulianti
the best
Tya Yulianti
novel favorit, alur cerita yg aku suka bgt,, love author 😍
Senja Bulan: makasih kk😍🤭
total 1 replies
mummy_aling
puas hatii..silkan terus berkarya author 👍
Senja Bulan: makasih dukungannya 😍
total 1 replies
Karo Karo
jangan lama upnya
Senja Bulan: oke kk 😍🤭
makasih ya udh komen
total 1 replies
Karo Karo
🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Karo Karo
nah kan
Karo Karo
maksud nya apa tuh
Senja Bulan: maksudnya Elara ini terlalu 'hidup' dan terlalu kuat untuk dunia yang penuh dengan sandiwara dan kebusukan. Bisa dibilang si kaelith mulai mengangumi si Elara karena dia tidak seperti dia yang lalu.
total 1 replies
Karo Karo
mampir
Dede Mila
agak gimana gitu 😐😐😐😐
Senja Bulan: maksudnya
total 1 replies
Dede Mila
jadi gak nyaman mau komen ini.🤔
Senja Bulan: knp kk🙏
total 1 replies
Dede Mila
apa itu yg komen kasar sekali 🫵🤣🤣
Qiqi Maryam
waw gila gila permaisuri hebattt sekaliii
Qiqi Maryam
Apa cerita ini bakal sad ending kah??!!!!
Qiqi Maryam: masih panjang kah baiklah
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!