Sinopsis:
Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.
Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.
Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.
Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Dagangan
Suatu pagi sekitar jam 7. yogantara pun sudah bersiap bekerja,Ia bersama Anak buahnya bersiap pergi mencari kelapa muda.
Di luar rumah sudah di tunggu anak buahnya mau mencari kelapa muda. mobil L300 yang buat trasportasi pun Sudah siap jalan
" Sudah siapa kah kalian teman2" kata yogantara.
"Udah, Bang! Kami sudah siap!" jawab salah satu anak buahnya.
Yogantara memeriksa mobil L300 dan memastikan semua perlengkapan sudah ada. "Baik, mari kita berangkat! Hari ini kita harus mencari kelapa muda yang bagus untuk dijual."
Anak buahnya berteriak, "Siap, Bang! Kita berangkat!"
Mobil L300 pun mulai bergerak, meninggalkan rumah Yogantara dan menuju ke kebun kelapa yang terletak di pinggir Pantai.
mereka pun berjalan mencari dagangan kelapa muda di pinggir pantai ndrini
Mereka berjalan melewati jalan yang berliku-liku, menikmati pemandangan alam yang indah di sekitar pantai Ndrini. Suara ombak dan angin laut menghantam telinga mereka, membuat suasana menjadi lebih menyenangkan.
Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya tiba di kebun kelapa yang terletak di pinggir pantai. Mereka melihat banyak pohon kelapa yang tinggi dan rindang, dengan buah kelapa muda yang menggantung di rantingnya.
Yogantara tersenyum dan berkata, "Wah, kelapa mudanya banyak sekali! Kita harus memilih yang terbaik untuk dijual."
Anak buahnya berteriak, "Siap, Bang! Kita mulai memilih kelapa muda! mari kita Panjat.!"
"Mbah ngatimin, kamu panjat ini semua, Nanti biar di ambilin sama kang Timbol" kata yogantara
Mbah Ngatimin, seorang pria tua yang sudah berpengalaman dalam memanjat pohon kelapa, tersenyum dan berkata, "Siap, Kang Yogantara! Aku sudah siap memanjat pohon kelapa ini."
Mbah Ngatimin kemudian memanjat pohon kelapa dengan gesit dan cepat, meskipun usianya sudah lanjut. Ia memilih kelapa muda yang terbaik dan melemparkannya ke bawah.
Kang Timbol, seorang anak buah Yogantara, berteriak, "Wah, Mbah Ngatimin, kamu masih kuat sekali! Aku ambil kelapa mudanya!"
"Emangnya Kamu, anak muda payah hahaha"
Mbah Ngatimin tertawa dan berkata, "Hahaha, anak muda sekarang kurang olahraga, ya? Dulu aku masih muda, aku bisa memanjat pohon kelapa seperti monyet!"
Kang Timbol dan Yogantara tertawa dan berkata, "Wah, Mbah Ngatimin, kamu memang masih kuat sekali! Kami anak muda harus belajar dari kamu!"
"Ya iyalah, emangnya elu, payah semua, kalah sama orang yang sudah renta seperti ku hehehh" Ledek Mbah ngatimin.
Ketika Asyik menurunkan Kelapa Muda Pakai gadak(tambang)nya tiba-tiba.
"Hai Siapa kamu.? "Teriak seorang lelaki yang mendekatinya.
"Hey, kamu! Apa yang kamu lakukan di sini? kalian mau mencuri Kelapa ku di sini?.Ini kebun kelapa milikku! Kamu tidak punya izin untuk memetik buah kelapa di sini!" lelaki itu membentak dengan wajah marah.
yogantara pun berbalik arah menatap lelaki tersebut..
" Hai !!!, Emang kamu Siapa datang teriak-teriak disini. Ini tanah milik negara, semua orang boleh mengclaim Hasilnya, kami juga mau memanfaatkan kelapa ini,Bukan Hanya kamu saja yang menikatinya. "
Yogantara wajahnya memerah dengan marah, "Kamu pikir kamu bisa mengklaim tanah ini sebagai milikmu? Ini adalah tanah milik Negara, semua orang boleh memanfaatkan! Kamu tidak punya hak untuk mengusir saya dari sini!"
Yogantara melangkah maju, mendekati lelaki tersebut dengan nada suara yang keras, "Justru kamu yang harus pergi dari sini! Kamu tidak punya izin untuk menguasai tanah ini!"
Lelaki tersebut bereaksi ,Dia Semakin Marah ke Yogantara , dan masih berdiri dengan wajah yang Marah. "Anak muda... saya yang merawat tanah ini selama bertahun-tahun, Saya tak mau biarkan orang-orang seperti mu mengambil enaknya saja.!"
"Memangnya sejak kapan kamu menanam pohom kelapa ini sendirian. di sini dulu di tanami pohon kelapa waktu padat karya tahun 70 an.. ini merupakan program pemerintah.. kamu tak berhak hai lelaki
Lelaki tersebut terkejut dan Bereaksi keras, Ia lalu menjawab argumen Yogantara yang kuat. Ia terlihat tak kehilangan kata-kata.
"Kamu ini Anak muda, kamu jangan kurang ajar, saya memang tak menanam, tetapi saya yang merawat, bagaimana jika itu tanaman yang kau Rawat tetapi tiba-tiba saya petik dan tidak berbicara, haaah.!" Teriak lelaki itu
Yogantara mejawab "Kamu tidak bisa mengklaim tanah ini sebagai milikmu hanya karena kamu telah merawatnya. Ini adalah tanah milik Negara, dan program penanaman kelapa ini adalah program pemerintah yang telah berjalan sejak tahun 70-an. Siapa Saja boleh menikmati ini, dan kamu tak usah susah-susah merawatnya. aku tak mau ijin pada mu.gak peduli itu semua."
Lelaki tersebut Mulai memuncak, "Baik... Kalau begitu. bahwa saya telah merawat tanah ini selama bertahun-tahun.Tetapi oke... oke kalau itu mau mu... silahkan Ambil semua buah kelapa tersebut.Kamu Sudah tqk peduli dengan keringat orang, kamu memang buta mata hati mu."
Yogantara menatap lelaki tersebut dengan mata yang tajam, "Iya,Memang seharusnya begitu. Kami tidak merasa mengambil keringat mu, kami juga mengambil milik pemerintah, jangan kau mengada ada, jangan hanya kau saja yang bisa menikmati kebun ini.!Sekarang kamu ketahui. Dan sekarang, kamu harus meninggalkan tanah ini dan tidak mengganggu orang lain yang ingin memanfaatkannya."
Lelaki tersebut memandang Yogantara dengan wajah yang masih terlihat kecewa dan marah, namun akhirnya ia mengangguk dan berbalik pergi, meninggalkan Yogantara dan kawan-kawannya.
Yogantara menghela napas lega dan memandang kawan-kawannya,
"Akhirnya dia pergi. Sekarang kita bisa memanfaatkan kelapa ini dengan tenang."
Kawan-kawannya mengangguk dan tersenyum, "Benar, Yog. Kamu berhasil menghadapi dia."
Yogantara tersenyum dan memulai memetik kelapa, "Sekarang, mari kita mulai memanfaatkan kelapa ini. Kita bisa membuat minyak kelapa, santan, atau bahkan menjualnya ke pasar."
Kawan-kawannya mengangguk dan mulai membantu Yogantara memetik kelapa. Mereka semua bekerja sama dengan gembira, sambil berbicara dan tertawa.
Kelapa pun di petik, yang tua dan yang muda di pisahkan. yang muda di jual ke pengepul sedangakan yang tua di jual kepasar.
"Hari ini luar biasa pak timbul hasilnya" kata yogantara, sambil menaikan kelapa ke dalam mobil.
Pak Timbul, seorang kawan Yogantara yang sangat atletis badannya, tersenyum dan mengangguk, "Benar, Yog. Hari ini memang luar biasa. Hasil kelapa kita banyak sekali."
Yogantara dan kawan-kawannya terus bekerja sama untuk memuat kelapa ke dalam mobil. Setelah selesai, Yogantara memandang ke arah mobil yang sudah penuh dengan kelapa,
"Akhirnya Kelar juga muatan kita!."
"Sekarang, mari kita bawa kelapa ini ke pasar dan ke pengepul."
Pak Timbul mengangguk, "Aku akan membawa yang tua ke pasar, sedangkan kamu dan kawan-kawan bisa membawa yang muda ke pengepul."
Yogantara tersenyum, "Baik, Pak. kita bagi tugas saja Nanti,Mari kita berangkat!"
Mbah Ngatimin Pun Turun Dari Memanjat.
"Capek Sekali hari Ini, kita udahan ya, kita pulang."
Yogantara tersenyum dan mengangguk, "Baik, Mbah. Kita sudah selesai memetik kelapa hari ini. Mari kita pulang dan istirahat."
Mbah Ngatimin menghela napas lega dan memandang ke arah kawan-kawannya, "Aku Capek Sekali, anak-anak. Kita bisa pulang dengan hati yang gembira karena hasil kelapa kita banyak hari ini."
Pak Timbul juga mengangguk, "Benar, Mbah. Kita harus bersyukur atas hasil yang kita dapatkan hari ini."
Yogantara dan kawan-kawannya kemudian memulai perjalanan pulang, membawa hasil kelapa mereka dengan hati yang gembira dan puas.
setelah selesai di muat, mobil pun segera berjalan meninggalkan lokasi tersebut.
di perjalanan ia mengobrol santai.
" kita cari warung dulu mbah, kita lapar, " kata yogantara
''di Warung padang depan sana, Rendangnya enak,Pas di lidah!."
Mbah Ngatimin tersenyum dan mengangguk, "Ah, benar! Warung Padang itu memang terkenal dengan rendangnya yang enak. Ayo, kita mampir sana."
Pak Timbul juga mengangguk, "Saya juga lapar, Yog. Tetapi aku tak suka Rendang. Aku lebih Suka Ayam bakarnya, Warung Padang itu memang tidak bisa ditolak Dari Segi Citarasa heheeheh."
Yogantara tersenyum dan mengarahkan mobil ke Warung Padang yang terletak di depan. Setelah beberapa menit, mereka tiba di warung tersebut dan langsung parkir.
Mbah Ngatimin dan Pak Timbul langsung turun dari mobil dan menuju ke warung, sementara Yogantara mengikuti dari belakang dengan senyum yang ceria.
Belum juga masuk ke Warung, tiba-tiba ada segerombolan orang datang menghadangnya.
Yogantara, Mbah Ngatimin, dan Pak Timbul terkejut ketika segerombolan orang datang menghadang mereka. Orang-orang tersebut terlihat kasar dan berwajah keras.
Salah satu dari mereka, yang tampaknya sebagai pemimpin, melangkah maju dan menghadap Yogantara.
"Kamu Yogantara, kan? Kami sudah lama mencari kamu,Kamu Juragan Kelapa muda,kan?" katanya dengan nada suara yang mengancam.
Yogantara merasa tidak nyaman dan mempertahankan diri. "Iya. Aku yogantara Juragan Kelapa muda.! Apa yang kamu inginkan? Kami hanya ingin makan di warung ini."
Pemimpin kelompok tersebut tersenyum sinis. "Kamu pikir kamu bisa begitu saja masuk ke warung ini? Kami tidak akan membiarkan kamu melakukannya."
"Oh iya ,kenapa..kamu melarang kami masuk ke warung.?"tanya yogantara tegas
"kamu yang memetik kelapa di alas OO itu ?"
Yogantara merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut. "Iya, kami memang memetik kelapa di Alas OO. Lantas Kemapa kalau Kami petik, itu Dapat satu L300, Tapi apa salahnya? Kami hanya memanfaatkan kelapa Muda dan yang sudah tua,Semua itu akan kami manfaatkan."
Pemimpin kelompok tersebut menggelengkan kepala. "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan. Alas OO itu adalah tanah adat kami, dan kelapa di sana adalah milik kami."
Mbah Ngatimin maju ke depan dan berkata, " kami tidak tahu Dan tidak mau tahu bahwa Alas OO itu adalah tanah adat kalian. Kami hanya memanfaatkan kelapa yang di tanam oleh pemerintah. kami tak pernah menyenggol tanah adat kalian."
Pemimpin kelompok tersebut menghardik, "Kamu harus membayar denda kepada kami! Kamu telah mengambil milik kami!"
"Mbluduk Koyo lemah ngare...! Emang kamu siapa, kamu orang mana dan kamu kuasa atas apa,? . Kamu berani meminta uang Dari kami." Bentak yogantara
"Hai Anak Muda, kamu berani sama saya, kamu nantang saya.?" Jawab Priya tersebut dengan Sedikit melangkah maju.
"Aku harap kalian mundur dan mwnjauh Dari kami, jangan Halangi kami untuk masuk ke warung,saya minta sekali lagi.?" Teriak Yogantara.
"Masa bodoh, pokoknya saya minta uang, itu semua satu mobil saya minta tebusan lima juta, kalau tidak akan saya rampas." Jawab Priya itu semakin Kasar.
"Plok.plok.plok." Suara Tepukan Pak Ngatimin, Lalu di Lanjutkan berbicara.
"Kamu sudah bosan hidup, kalian salah orang jika kau mau palak kami, jangan kau pikir kami hanya anak kecil yang bisa kau gertak, "
"Kamu Jangan Banyak Bacot pak tua, kalau kau masih ingin Hidup" Bentak priya tersebut.
"Kalian tak tahu jika yang kau hadapi itu Menantu Prayogo,Kalian pasti tahu siapa prayogo,Seluruh DIY dan jawa tengah nama besarnya sudah tak asing" Kata Pak Timbul Sambil perlahan Maju.
"Prayogo.?.. Mafia kelas kakap itu.?.'' Para gerombolan itu pun saling menatap dan ketakutan.
"Iya, Yogantara yang kamu hadapi itu menantu dari Prayogo,yang kau bilang mafia, silahkan hadapi kalau kalian berani sama prayogo, aku yakin nyawa kalian saya hitung tak akan samapai 24 jam sudah melayang, saya Pastikan itu." bentak Pak timbul dengan keras dan tegas.
"Jadi, Kamu Menantunya Bos Prayogo.?." Tanya priya itu dengan sedikit bergetar.
" iya, saya mantu prayogo, kalau kalian tak percaya datang saja ke rumah ku. pasti kalain ketemu yang namanya prayogo. Sekarang Gimana?, kalian mau ganggu aku, kalau kalian masih ingin hidup lama dan masih ingin membesarkan anak anak kalian, mending kalian Pergi. kami mau makan dan jangan ganggu kami." Tegas yogantara.
Lalu para Gerombolan itu pun Mulai Pergi meninggalkan yogantara dengan hati yang bergetar, mereka masih bersukur belum terjadi apa-apa. Jikalau sudah terjadi sesuatu sudah di pastikan tak kurang dari 24 jam pasti nyawa sudah terbang ke alam baka.
Karna mereka tau betapa ganas dan kejamnya Bos Prayogo di Di dunia Mafia.