Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Malam itu, mereka duduk bersama di taman belakang dengan makanan sederhana yang dimasak ulang oleh koki istana. Tapi yang mereka nikmati bukan rasa makanannya—melainkan hangatnya kebersamaan, canda, dan cinta yang tumbuh di antara kobaran api dapur yang nyaris meledakkan istana.
Udara musim semi membawa harum bunga peony di seluruh taman kekaisaran. Burung-burung berkicau ceria, dan langit seolah tak menyisakan satu pun awan. Tapi hari itu, suasana hati seseorang jauh lebih cerah dari langit mana pun…
Shuwan duduk di kursi goyang yang menghadap ke taman, satu tangan menyentuh perutnya yang masih rata, satu lagi memegang gulungan hasil pemeriksaan dari tabib istana. Di sampingnya, Phoenix Es dan Phoenix Api tampak lebih tenang dari biasanya.
“Tabib mengatakan dua bulan,” gumamnya pelan, senyum tak berhenti terukir di bibirnya.
Saat langkah kaki cepat mendekat, pintu ruang pribadinya terbuka. Feng Aoren melangkah masuk dengan mata tajam namun kini dipenuhi kehangatan.
“Benarkah?” tanyanya langsung, tak sempat menahan diri.
Shuwan menoleh sambil tersenyum dan mengangguk. “Kau akan menjadi ayah, Aoren.”
Sesaat, tak ada kata. Hanya angin yang meniup lembut dedaunan. Aoren menatapnya lama, lalu mendekat dan berlutut di hadapannya. Ia mencium punggung tangan Shuwan dengan penuh takzim, seolah mengucap janji tak terdengar pada ibu dari anak mereka.
“Aku akan melindungi kalian berdua… sampai napas terakhirku.”
Sementara itu, di Paviliun Kaisar Shen…
Kaisar Shen baru saja menerima gulungan surat dari utusan istana dalam amplop bersimbol Phoenix dan Naga.
Begitu membacanya, matanya membelalak. “Shuwan… anakku… akan menjadi ibu?”
Tangannya sedikit gemetar, tapi wajahnya berubah penuh haru. Ia bangkit dari singgasananya, berjalan cepat menuju balkon utama, dan memandang langit luas.
“Aku akan menjadi kakek…” bisiknya.
Han Juan yang selalu setia di belakangnya menatap penuh senyum. “Ini berkah besar bagi kekaisaran, Baginda.”
Kaisar Shen mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Dan untukku… ini berkah dari permaisuri Jian di langit sana.”
Di Aula Istana:
Kabar kehamilan Putri Mahkota Shuwan tersebar cepat dan seluruh istana Dawei bersinar dengan persiapan doa syukur dan perayaan kecil. Namun atas permintaan pribadi Shuwan dan Aoren, pesta besar ditunda.
“Kami hanya ingin hari-hari damai,” kata Shuwan sambil menyuap Aoren buah-buahan segar, “sebelum bayi kecil ini menendang-nendang.”
Matahari musim semi baru saja naik tinggi ketika Phoenix Api masuk ke aula pribadi Shuwan dengan langkah tergesa. Di belakangnya, Feng Aoren tampak kelelahan, mengenakan jubah luar yang masih berdebu dan membawa sebuah kantong kecil dari kulit rusa langka.
“Ini… lotus biru dari puncak Gunung Salju Nanling,” ucapnya sambil menyerahkan kantong itu kepada Shuwan yang duduk di kursi istirahat, diselimuti kain tebal dan dikelilingi bantal-bantal empuk.
Shuwan memandanginya dengan sorot mata menggemaskan. “Kau tidak lupa memetiknya saat bunga mekar jam lima pagi, kan?”
Aoren menghela napas panjang. “Tidak. Aku sudah di sana sejak tengah malam.”
Phoenix Es yang dari tadi duduk tenang di pinggiran jendela mendecak geli. “Ngidam ibu hamil memang aneh-aneh. Tapi yang ini sudah seperti ujian masuk surga.”
Shuwan tertawa kecil, menepuk lembut kepala Phoenix Es. “Aku hanya merasa kalau aroma lotus biru itu bisa menenangkan anakku.”
Feng Aoren menatap wajah istrinya penuh kelembutan. Ia duduk di sisi Shuwan, menggenggam jemarinya, dan mencium punggung tangannya.
“Aku akan mencari bahkan bunga dari dasar danau terdalam jika itu membuatmu nyaman.”
Wajah Shuwan sedikit memerah. “Kau terlalu berlebihan.”
“Tapi kau adalah hidupku.”
Di Istana Dawei semua orang sedang merasakan Kegembiraan Kakek Kaisar
Sementara itu di sisi lain istana, Kaisar Shen sedang mengelilingi taman istana sambil memeluk erat bantal kecil berbordir simbol naga dan phoenix bantal pertama untuk cucunya yang dijahit tangannya sendiri.
Ia belajar menjahit untuk menggantikan permaisuri Jian
“Han Juan, kita perlu merancang istana kecil khusus untuk cucuku nanti. Lengkap dengan kolam air hangat, taman bunga, dan jalur pelatihan pedang.”
Han Juan tersenyum. “Cucu anda bahkan belum bisa berjalan, Baginda.”
“Justru karena itu!” sahut Kaisar Shen penuh semangat. “Kita harus menyiapkan segalanya! Bahkan pelatihan strategi militer mini, siapa tahu bayi ini mewarisi kecerdasan ibunya.”
“Dan kekuatan ayahnya,” tambah Han Juan sambil menahan tawa.
Kaisar Shen menatap langit biru. “Anak Shuwan dan Aoren akan menjadi penjaga masa depan. Seperti ibunya, ia akan membawa cahaya.”
Malam Hari: Pelakor Mencoba Mengusik
Namun dalam diam, di antara para dayang dan pelayan istana, seorang wanita muda bernama Sulin menatap iri. Ia adalah mantan selir kecil dari keluarga bangsawan yang dulu sempat mengincar perhatian Feng Aoren saat ia melihat Feng Aoren pertama kali.
“Aku bisa menjadi pendamping Feng kalau tidak ada Shuwan,” bisiknya sambil menggigit bibir. “Tapi sekarang dia hanya memperhatikan wanita itu.”
Dengan niat busuk, Sulin menyusup membawa sup hangat ke paviliun tempat Shuwan beristirahat. Tapi baru saja melangkah tiga langkah ke dalam halaman…
BUM!
Phoenix Api dan Es tiba-tiba muncul dalam wujud raksasa. Api mengepung jalannya, sementara es membeku di sekeliling tanah tempat Sulin berdiri.
“Langkahmu cukup sampai sini,” ujar Phoenix Es dingin.
“Kami bisa mencium niat buruk lebih tajam dari pedangmu yang disembunyikan di balik mangkuk sup,” tambah Phoenix Api.
Sulin terjatuh, gemetar, dan akhirnya diarak keluar oleh para penjaga atas perintah Feng Aoren.
Tak lama kemudian, kabar itu sampai ke telinga Kaisar Shen.
“Berani sekali menyentuh anak dan cucuku. Buang ke perbatasan!” perintah sang kaisar. “Dan umumkan bahwa siapa pun yang mengganggu Putri Mahkota dan bayi dalam kandungannya, adalah musuh negara.”
Kembali ke Paviliun Shuwan
Malam telah larut, dan Shuwan berbaring di ranjang besar yang dihiasi kelambu ungu muda. Feng Aoren duduk di sampingnya sambil memijat lembut pergelangan kakinya yang pegal.
“Aku akan menjaga kalian berdua. Bahkan jika seluruh dunia menjadi gelap lagi, aku akan tetap menjadi cahaya yang menuntunmu.”
Shuwan tersenyum mengantuk, lalu menarik tangan Aoren dan meletakkannya di perutnya.
“Aku merasa anak ini akan jadi seperti kau… keras kepala tapi lembut hati.”
Aoren mencium dahinya. “Semoga tidak terlalu keras kepala. Satu orang keras kepala di rumah ini sudah cukup.”
Phoenix Api dan Es yang tengah tidur di sisi ranjang langsung bersin bersamaan, membuat keduanya tertawa pelan.
Di luar paviliun, langit penuh bintang. Sebuah cahaya tipis memancar dari arah bulan dan turun perlahan menyelimuti seluruh istana Dawei. Rakyat tidur dalam damai, kaisar tersenyum dalam mimpinya, dan di dalam rahim Shuwan… kehidupan baru tengah tumbuh dikelilingi cahaya, dilindungi naga dan phoenix, dan dicintai oleh dua sosok paling kuat di dunia ini.
Bersambung
selalu suka dengan kata² nya yang indah dan ceritanya yang menarik 😍