Menikah dengan Om-om? Itulah yang terjadi pada Naifa, gadis berusia 18 tahun yang harus bersedia menggantikan kakaknya menjadi pengantin wanita di hari pernikahan yang sudah diatur. Namun, yang lebih mengejutkan jika suaminya adalah pria yang sudah menolongnya. Akankah benih cinta tumbuh dalam pernikahan mereka? Mampukah mereka menghadapi ujian demi mempertahankan pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenalinya
Edward tengah merapikan meja kerjanya di kelas, terdengar sedikit obrolan orang-orang di luar yang membicarakan dirinya. Diam-diam dia menguping, dan sedikit terkejut dengan yang di bicarakan gadis itu.
"Tapi lupa dimana, kayanya cuma perasaan aku aja deh Han."
Edward merasa janggal, Naifa yang selama ini dia curigai sebagai seseorang yang pernah di lihatnya pun ternyata merasakan hal yang sama. Dada pria itu berdegup kencang, mengingat kejadian satu tahun lalu. Saat bertemu dengan gadis yang menyelamatkannya.
Flashback satu tahun lalu, di sebuah jalan raya depan minimarket. Hujan deras saat itu mengguyur sore hari, pria dengan kumis dan janggut tebal tengah berjalan seraya membiarkan tubuhnya terguyur basah oleh air hujan. Patah hati yang di alaminya karena pengkhianatan yang di lakukan calon istrinya membuat dia kehilangan semangat hidup.
Saat itu, gadis yang menggunakan hoodie dan juga masker keluar dari minimarket setelah membeli beberapa keperluan skincare dan juga es krim coklat.
"Aduh, ini payung kenapa malah rusak segala. Masa iya harus hujan-hujanan."
Pandangan gadis itu teralihkan saat melihat seseorang berdiam tengah jalan. Seperti sedang menyerahkan dirinya pada sebuah truk besar yang datang menghampiri, gadis itu melempar payung bututnya lalu berlari sekencang mungkin untuk menarik pria basah kuyup itu.
Gadis itu segera membawanya ke depan minimarket agar bisa berteduh, dan melihat payungnya yang terlempar semakin rusak.
"Apaan-apaan sih kamu, kenapa kamu malah selamatkan saya. Biarkan saya di lahap truk besar itu, agar tak merasakan sakit lagi," ucap pria itu dengan penuh emosi.
Gadis itu tiba-tiba menunjuk wajah pria itu dengan berani. Dirinya merasa sia-sia telah menyelamatkan pria tak tahu diri.
"Bukannya terimakasih, malah marahin saya. Gini yah om kalau memang mau mengakhiri hidup, jangan di jalan. Kasian nanti sama supir yang nabrak, dia jadi trauma. Terus warga sekitar juga kerepotan ngurus tubuh om."
Pria itu merenung, menundukkan wajahnya. Ucapan gadis itu membuatnya tersadar jika yang di lakukannya salah.
"Maafkan saya, hidup saya begitu kacau dan saya tak tahu lagi harus seperti apa."
Gadis itu mengusap bahu pria depresi itu, dan memberikan sedikit kata motivasi.
"Om, yang namanya hidup itu pasti ada pasang surutnya. Aku memang gak tahu apa yang terjadi pada om, tapi setidaknya hidup yang sementara ini harus kita isi dengan kebahagiaan yang kita ciptakan sendiri."
"Tapi kebahagiaan itu sudah menjauh dari hidup saya, dia mengkhianati saya," ucap pria itu yang kembali mengingat pengkhianatan calon istrinya.
"Ah begitu ya. Tapi om, menurut ustadz yang ngajarin aku. Dunia itu neraka bagi umat yang bertakwa. Eh bentar, om muslim kan?"
Pria itu menganggukan kepalanya dan kembali mendengarkan kata-kata motivasi gadis itu. Tak terasa hatinya ikut tenang dan berpikir untuk memperbaiki hidupnya lagi.
"Om mau es krim, aku punya dua. Kalau lagi sedih tuh enaknya makan yang manis, pasti deh sedihnya sedikit hilang."
Sambil menikmati es krim, mereka berdua mengobrol bersama. Gadis itu sangat asyik, membuat hati pria itu sedikit terobati.
"Saya Edward, nama kamu siapa?"
"Saya... "
Handphone gadis itu berbunyi, membuatnya tak sempat memberi tahu kan namanya. Dengan buru-buru gadis itu pergi karena ibunya menyuruh untuk segera pulang.
"Terima kasih es krimnya," ucap Edward saat gadis itu sudah berlalu pergi.
***
Selama meeting, Dani melihat interaksi yang aneh dari Bian dan juga Sofia. Wajah Bian seperti menaruh emosi pada wanita yang merupakan kakak iparnya. Sementara Sofia terus tertunduk malu, tak sanggup saat dia mendapat tatapan penuh kebencian dari suami adiknya.
Dani langsung menghampiri sahabatnya seusai meeting. Dia selalu peka dengan sekitar, apalagi menyangkut Sofia.
"Ian, apa terjadi sesuatu antara lu sama Sofia?" Tanya Dani yang penasaran.
"Oh, jadi lu menyadari sesuatu. Berat banget gue cerita ini sama lu, tapi lu kayanya harus tahu kebenarannya."
Bian pun memulai pembicaraannya, mengenai apa yang terjadi kemarin saat jam makan siang.
"Pak Fabian, sebagai kakak ipar saya ingin mengajak anda makan siang berdua. Saya juga ingin mengucapkan selamat atas pesta kemarin, tolong anggap saja ini sebagai kado saya pada anda."
Fabian merasa tak enak hati jika menolaknya, dengan terpaksa dia menerima ajakan kakak iparnya. Sofia mengajak Fabian makan siang di restoran yang dulu pernah mereka datangi bersama Naifa dan sahabatnya.
"Selamat atas resepsi kalian kemarin, saya mungkin tak berbicara sedikit pun di hari itu."
Fabian hanya menganggukan kepalanya dan menikmati makanan yang ada di depannya.
"Bolehkah saya bertanya sesuatu?" Pertanyaan Sofia membuat Fabian menghentikan makan siangnya.
"Iya, apa yang mau kamu tanyakan?"
"Sebenarnya, kenapa anda tak jujur kalau anda calon suami saya saat itu?"
Fabian pun tersenyum mendengar pertanyaan dari kakak iparnya. Karena dia punya alasan yang juga tak bisa jujur pada Sofia.
"Saya juga tak pernah tahu jika kamu anak Pak Wahid. Jadi bagaimana bisa saya memberitahu kamu? Sedangkan kamu sendiri meminta agar orang tuaku tak menunjukan fotomu padaku?" ucap Fabian yang tengah berbohong. Walau memang benar Sofia tak mau menunjukan fotonya pada saat itu.
Fabian yang cerdik sudah tahu dari awal bagaimana Sofia karena ayahnya yang selalu berkata akan menikahkannya dengan anak Wahid. Diam-diam dia mencari sosial media Sofia dan mengetahui bagaimana wanita yang akan di nikahinya.
Berbeda dengan Sofia, Pak Wahid sama sekali tak pernah membicarakan perihal lamaran. Justru Sofia tahu jika dia di jodohkan ayahnya sebulan sebelum pernikahan di gelar. Karena itu dia takut dan tak mau jika Bian mengetahui wajahnya.
"Saya hanya tak mau jika anda tahu bagaimana diri saya."
"Kenapa?" Tanya Fabian memancing kejujuran kakak iparnya.
Sofia terdiam, tak mungkin dia memberitahukan pada Fabian bahwa pikirannya kala itu Fabian akan setuju menikahinya karena dirinya merasa cantik. Sementara dia teringat jika Bian anak Pak Sidiq adalah pria gendut, jelek, dan plontos yang tak pantas untuknya.
"Saya tak bisa menjawabnya. Tapi sekarang saya hanya bisa berkata bahwa saya mencintai anda," ujar Sofia sambil menangis. Dengan bodohnya dia menyatakan perasaan pada pria yang sebelumnya dia merasa jijik, dan kini telah menjadi suami adiknya.
"Saya mencintai Naifa, sangat mencintainya. Terima kasih karena kamu melakukan tindakan yang membuat saya menikah dengan perempuan yang paling berharga di hidup saya."
Fabian pun pergi meninggalkan Sofia. Dia tak mau mendengar kembali alasan wanita yang sudah gagal menjadi istrinya. Miris memang, tapi itu sudah jadi nasibnya yang memilih kabur di hari pernikahan. Dan membuat Fabian mensyukuri semuanya saat Naifa lah yang menjadi istrinya.
Sofia tetap tak menyadari kesalahannya, tindakannya yang membuat harga diri Fabian rendah seharusnya menjadi alasan jika pria itu tak mungkin akan membalas perasaannya. Namun dia tak menyesal telah mengungkapkan perasaannya, karena kedepannya dia tak akan diam dan ingin memperbaiki semuanya.
Dani yang mendengarkan cerita dari Bian, mulai menyadari betapa rumit kisah mereka.
"Tapi lu sekarang beneran sayang sama Naifa kan?"
Perkataan Dani membuat Fabian memberikan bogem mentah di kepala sahabatnya.
"Terus yang lu lihat sekarang kaya gimana? Gue udah gila sama dia Dan, apalagi sekarang dia hamil anak gue."
Dani pun tersenyum mendengar pengakuan sahabatnya. Karena dia pun tahu betapa Fabian selalu tergila-gila pada istrinya.
gara2 temen kamu sampai meuakan istrimu....aduh2...siap2 aja kamu menyesal. ..
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....