NovelToon NovelToon
Mencari Kebahagiaan

Mencari Kebahagiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal / Trauma masa lalu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Aira, seorang wanita yang lembut namun kuat, mulai merasakan kelelahan emosional dalam hubungannya dengan Delon. Hubungan yang dulu penuh harapan kini berubah menjadi toxic, penuh pertengkaran dan manipulasi. Merasa terjebak dalam lingkaran yang menyakitkan, Aira akhirnya memutuskan untuk keluar dari lingkungan percintaan yang menghancurkannya. Dalam perjalanannya mencari kebahagiaan, Aira belajar mengenal dirinya sendiri, menyembuhkan luka, dan menemukan bahwa cinta sejati bermula dari mencintai diri sendiri.
Disaat menyembuhkan luka, ia tidak sengaja mengenal Abraham.
Apakah Aira akan mencari kebahagiaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak waktu dan janji yang dijaga

Sinar matahari pagi menyinari rumah besar itu, memantul lembut di jendela kaca dan menyusup ke ruang keluarga tempat Abraham berdiri, mengenakan jas rapi dengan koper di tangan.

Matanya memandangi dua sosok remaja yang kini telah tumbuh menjadi pemuda dan gadis dewasa Alvin dan Alena, anak-anak yang menjadi alasan ia tetap kuat selama ini.

"Pa, aku berangkat ke kampus dulu ya!" seru Alvin sambil merapikan ransel dan menyambar kunci mobil.

"Iya, hati-hati di jalan," sahut Abraham.

Alena mendekat dan memeluk tubuh ayahnya erat. Ia lebih mirip Aira dari senyum hangat hingga tatapan teduh yang selalu memberi ketenangan.

“Pa, jangan lama-lama di Dubai ya. Lekas pulang,” bisiknya sambil menahan air mata.

Ia tahu, Dubai adalah kota yang menyimpan kenangan masa lalu Ayah dan Ibunya.

Abraham membelai rambut putrinya lembut. “Papa cuma sebentar. Ada hal yang harus Papa selesaikan. Dan mungkin… menutup bab yang tertinggal di sana.”

Alena menatap mata ayahnya, mencoba mengerti kedalaman yang tak diucapkan.

"Jaga rumah ya. Dan jaga adikmu juga," tambah Abraham kepada Alvin.

“Selalu, Pa,” jawab Allvin sambil tersenyum.

Saat mobil hitam itu melaju meninggalkan halaman, bayangan masa lalu terputar kembali di benak Abraham tentang seorang wanita yang pernah ia panggil rumah, dan dua anak yang kini menjadi cerminan cinta mereka.

***

Abraham telah berada di Dubai untuk acara meeting bersama beberapa kliennya.

Langkah Abraham terasa berat saat tiba di Dubai, kota yang dulu penuh kenangan dan luka.

Ia melangkah menuju lobi hotel tempat pertemuan bisnis akan berlangsung.

Namun langkahnya terhenti seketika. Di antara kerumunan, seorang wanita berdiri membelakanginya rambut panjang, postur tubuh, bahkan cara berdiri itu... terlalu mirip.

"Aira?" gumam Abraham, nyaris tanpa suara, tapi cukup untuk mengguncang dadanya sendiri.

Wanita itu menoleh perlahan.

Tatapan mereka bertemu.

“Iya, aku Aira. Siapa Anda?” ucap wanita itu datar namun sopan.

Abraham terdiam. Napasnya tercekat. Bukan hanya wajah, tapi suaranya, caranya menyebut nama sendiri, semuanya identik. Tapi tatapan itu kosong dari kenangan.

Dia bukan Aira… tapi kenapa terasa seperti Aira?

Dengan suara lirih, Abraham menjawab, “Saya... Abraham.”

Wanita itu mengerutkan kening. “Maaf, saya rasa kita belum pernah bertemu.”

Abraham berusaha tersenyum, meski hatinya gemetar.

“Boleh saya tahu... siapa nama lengkap Anda?”

“Namaku Aira Kirani, Maaf, ada yang salah?” tanya wanita itu

Abraham menggeleng pelan. “Tidak. Hanya... Anda sangat mirip dengan seseorang yang pernah sangat saya cintai.”

Wanita itu tampak sedikit tersentuh. “Kita pasti ditakdirkan untuk bertemu karena alasan tertentu, Tuan Abraham.”

Abraham terduduk lemas di dalam kamar hotel setelah Aira Kiranj berlalu.

Pikirannya kacau, dadanya sesak. Ia segera menghubungi Bryan, suaranya terdengar tergesa dan bergetar.

"Bryan, tolong cari tahu siapa Aira Kirani"

Di ujung sana, Bryan terdiam sejenak. "Aira Kirani? Bukankah itu... nama almarhum istrimu?"

Abraham membeku.

Matanya membulat, seolah kenyataan yang selama ini dikubur muncul ke permukaan.

Ia menggenggam ponsel lebih erat. "Bryan, ada yang aneh. Wajahnya, suaranya, geraknya. Dia... terlalu mirip."

"Ada apa sebenarnya, Bram?" tanya Bryan cemas.

"Segera selidiki siapa dia. Dan satu hal lagi..."

"Apa?"

"Bongkar makam Aira."

Bryan tercekat. "Apa?!"

"Kalau memang Aira sudah meninggal, aku ingin memastikan... jasad siapa yang selama ini kami kubur?"

Suasana hening sejenak.

Bryan tahu betul, Abraham tidak akan bicara sejauh ini jika ia tidak merasa ada sesuatu yang besar disembunyikan.

Ia langsung mengiyakan. "Baik, aku akan urus semuanya."

Bryan akhirnya berhasil mengumpulkan informasi yang sangat mengejutkan.

Ternyata, Aira yang selama ini dianggap telah meninggal tidaklah mati.

Selama 19 tahun ini, Abraham telah dibohongi oleh pihak yang memakamkan jenazah yang ternyata bukan milik istrinya.

Hal ini membuat Abraham merasa hancur dan bingung, tak bisa memahami bagaimana hal ini bisa terjadi.

Setelah melakukan pembongkaran makam, Bryan menemukan kenyataan yang mengejutkan: jasad yang ada di makam tersebut bukanlah Aira.

Semua itu adalah bagian dari konspirasi yang sangat besar dan terencana dengan rapi.

Dengan perasaan yang campur aduk, Abraham merasa dunia seakan runtuh.

Ia segera menghubungi Bryan untuk mengetahui lebih banyak.

"Bryan, aku tidak bisa mempercayai ini. Aira istrikubsudah ada di makam selama 19 tahun, dan sekarang kau katakan dia hidup?"

Bryan menjawab dengan cepat, "Iya, Abraham. Setelah menyelidiki lebih lanjut, aku tahu di mana dia sekarang. Aira bekerja di klub malam. Tapi ada yang lebih mengejutkan. Mereka bilang, jika kau ingin membawa Aira, kau harus membayar 100 juta dolar AS. Itu bukan hal yang mudah, dan mereka mengancam untuk tidak memberimu akses."

Abraham terkejut. Ia tidak menyangka jika Aira akan terlibat dalam dunia seperti itu. "100 juta dolar?" kata Abraham dalam hati, matanya berkaca-kaca.

"Ini gila. Tapi aku tidak peduli. Aku akan lakukan apa saja untuk mendapatkan istriku kembali."

Tak membuang waktu lagi, Abraham memutuskan untuk segera berangkat ke klub malam tempat Aira berada.

Setibanya di sana, ia berhadapan dengan pihak yang telah memenjarakan Aira dalam kehidupan yang gelap ini.

Mereka bersikeras bahwa hanya uang yang dapat mengakhiri masalah ini dan memberi Abraham kesempatan untuk membawa Aira pulang.

"Saya akan bayar apa saja," kata Abraham dengan suara yang penuh tekad.

"Berikan aku Aira, aku akan berikan uang itu."

Namun, mereka tetap menghalangi jalan Abraham, meminta uang yang fantastis sebagai biaya untuk membebaskan Aira.

Dengan hati yang penuh amarah dan kepedihan, Abraham sadar bahwa perjalanan untuk menyelamatkan Aira jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan.

Tetapi satu hal yang pasti ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan Aira kembali.

Abraham harus berpacu dengan waktu dan tantangan yang luar biasa.

Dalam perjalanannya untuk mencari kebenaran dan membebaskan Aira, ia hanya punya satu tujuan: membawa pulang istrinya, apapun yang terjadi.

Setelah memberikan uang yang diminta, Abraham tidak membuang waktu lagi.

Dengan hati yang bergejolak, ia memasuki kamar tempat Aira berada.

Pintu terbuka dengan suara berderit pelan, dan di dalam, Aira duduk di sudut ruangan.

Matanya kosong, dan raut wajahnya tak lagi mencerminkan sosok wanita yang dulu ia kenal.

Namun, begitu matanya bertemu dengan Abraham, sesuatu yang samar-samar tersirat di matanya.

"Ayo kita pulang," ujar Abraham, berusaha terdengar tenang meski perasaannya begitu kacau. Ia melangkah maju dengan penuh harap.

Aira menatapnya bingung. "Siapa kamu?" suaranya terputus-putus, seolah memandang sosok Abraham dengan pandangan yang sama sekali tidak mengenalinya.

"Aku tidak mau pulang."

Abraham merasa hatinya teriris mendengar perkataan itu.

Ia tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari Aira, istrinya yang dulu begitu penuh kasih sayang kepadanya.

Namun, tidak ada waktu untuk menyerah. Ia berjalan lebih dekat dan dengan hati-hati menggendong tubuh Aira yang sedikit memberontak.

"Aira, ayo pulang, aku ini suamimu. Aku yang kamu cintai, ingat?" kata Abraham, mencoba meyakinkan Aira, walau ia merasa sangat terluka dengan sikap istrinya yang kini tidak mengenalnya.

Aira menendang dan memukul punggung Abraham, berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya.

Namun, Abraham tetap teguh, memeluk tubuh istrinya dengan penuh kasih sayang, meskipun ia merasa kelelahan emosional.

Bryan, yang berdiri di dekat pintu, tidak bisa menahan tawa.

Melihat tingkah Aira yang memberontak, ia tertawa terbahak-bahak.

"Dia suamimu, Aira Kirana," ujar Bryan dengan nada sarkastik, seolah menertawakan kebingungannya.

Abraham tidak peduli dengan tawa Bryan. Ia hanya ingin membawa Aira pulang ke rumah mereka, ke kehidupan mereka yang dulu.

Meski Aira tampak bingung dan terjebak dalam dunia yang gelap ini, ia tidak akan membiarkannya terperangkap lebih lama lagi.

Setelah melewati perjalanan yang penuh dengan ketegangan, akhirnya mereka tiba di jet pribadi yang telah disiapkan.

Di dalam pesawat, Aira duduk dengan tangan terikat dan mulut ditutup dengan kain putih.

"Mph ... "

Abraham duduk dan menghampiri Aira yang memanggilnya.

"Aku akan membukanya tapi jangan berteriak,"

Aira menganggukkan kepalanya sambil menatap wajah Abraham.

"Aku haus,"

Abraham memanggil pramugara untuk menuangkan air putih.

Aira yang haus lekas meminum air putih dan ia langsung merasa lega.

"Kamu akan membawaku kemana?" tanya Aira.

"Aira, kita pulang ke rumah kita," kata Abraham pelan, mencoba menenangkan istrinya yang tampak semakin terisolasi.

"Aku tidak akan membiarkanmu tinggal di tempat itu agi."

Aira menatapnya kosong. "Jangan bawa aku pulang," katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar.

Abraham menatapnya dengan penuh rasa sakit. "Aira, kamu adalah bagian dari hidupku, dan aku akan terus mencintaimu, apapun yang terjadi."

Sambil menemani Aira yang semakin lemas, Abraham tahu perjalanan ini belum selesai.

Ia harus melawan lebih banyak hal untuk mengembalikan ingatan Aira dan membawanya kembali ke kehidupan yang penuh cinta mereka berdua.

Namun, satu hal yang pasti Abraham tidak akan pernah menyerah.

Aira mendadak pingsan di dalam pesawat, tubuhnya yang lemas membuat Abraham semakin panik.

Tanpa ragu, ia menggendong tubuh istrinya yang tak sadar itu dan segera membawanya ke kamar mereka begitu pesawat mendarat.

"Ra, tolong bangun... Aira, ayo bangun..." Abraham berbisik, mencoba membangunkan Aira dengan lembut sambil menepuk-nepuk pipinya dengan khawatir.

Namun, Aira hanya terbaring diam, matanya tertutup rapat, dan napasnya teratur namun lemah.

Abraham merasa tak berdaya, bahkan perasaan cemas yang mendera semakin kuat.

Meski ia telah menjalani banyak cobaan dalam hidupnya, tak ada yang lebih menakutkan baginya selain melihat Aira terkulai lemah di pelukannya.

Sesampainya di kamar, Abraham meletakkan Aira dengan hati-hati di atas ranjang, menutupinya dengan selimut lembut, dan memeriksa suhu tubuhnya.

Ia segera menghubungi dokter pribadi mereka, berharap mendapatkan nasihat medis yang tepat.

"Dokter, Aira... dia pingsan. Apa yang harus saya lakukan?" suara Abraham terdengar tegang di telepon, namun ia tetap berusaha tenang untuk Aira.

Dokter di seberang telepon memberikan instruksi untuk segera memeriksa tekanan darah dan kondisi fisik Aira.

Namun, dalam hatinya, Abraham hanya bisa merasakan ketakutan yang begitu mendalam.

Setelah menutup telepon, Abraham memandang Aira yang terbaring tak berdaya.

Ingatan tentang perjalanan mereka yang penuh dengan kebahagiaan dan cinta begitu kuat, namun kini semuanya terasa seperti bayangan yang memudar.

"Aira, aku mencintaimu," gumam Abraham pelan, sambil duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan Aira yang dingin.

"Jangan tinggalkan aku, Ra. Aku butuh kamu."

Aira tetap terbaring diam, dan dalam hati Abraham, harapan dan kecemasannya saling beradu. Ia tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai, dan ia harus menemukan cara agar Aira bisa kembali padanya, mengenali dirinya dan kembali pada hidup yang telah mereka bangun bersama.

1
Asmara Senja
Kereeeennnn
my name is pho: Terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!