NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:38.1k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Mayang datang dengan langkah cepat, sandal jepitnya berdecit menyapu lantai teras rumah Damar. Wajahnya sudah keruh sejak dari depan pagar. Tanpa salam, ia langsung masuk ke ruang tamu.

Damar yang sedang duduk di depan laptop hanya menoleh sekilas. "Ibu datang," ucapnya singkat.

"Mana uang bulanannya?" tanya Mayang tanpa basa-basi. Tangannya sudah menjulur, seolah Damar tinggal menyelipkan lembaran rupiah ke telapak tangannya.

Damar menghela napas panjang, lalu membuka dompet. Ia mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan, dan beberapa lembar lima puluh ribuan, hingga genap dua juta rupiah. Ia menyerahkan uang itu tanpa berkata apa-apa.

Mayang menghitungnya cepat, lalu mengerutkan dahi. “Cuma dua juta, Mar?”

“Stand minuman sepi, Bu. Lagi susah,” jawab Damar, tenang. “Ini yang bisa aku kasih bulan ini.”

Mayang langsung bersungut-sungut. “Dua juta itu cuma cukup buat makan sama jajan, Mar! Listrik belum, air belum, iuran sampah, arisan RT, bayar tukang kebun juga belum. Masa kamu tidak mikir?”

“Aku mikir, Bu,” balas Damar. Ia menutup laptopnya pelan, lalu menatap ibunya lurus. “Aku juga harus bayar sewa stand, bahan-bahan jualan, gaji karyawan. Penghasilan bulan ini cuma cukup buat muter modal dan kasih ibu dua juta.”

Mayang mendengus. “Dulu kamu janji, berapa pun hasil jualan, ibu tetap dapat uang cukup untuk kebutuhan ibu. Sekarang malah kurang dari itu!”

“Dulu, iya. Tapi dulu pembeli sedang ramai. Sekarang, orang-orang mulai bosan, Bu. Aku juga sedang mikir strategi baru biar usaha tetap jalan,” kata Damar, mencoba menjelaskan dengan sabar. “Ibu, tolong dong... belajar hemat sedikit. Tolong mengerti keadaan anak ibu.”

Tapi Mayang tidak terima. “Belajar hemat? Bagaimana mau hemat kalau tiap hari harga naik? Kamu tahu sendiri kan beras naik, minyak naik! Semua naik! Kamu enak tidak mikir tetek bengek rumah!”

Damar mulai kehilangan kesabaran. Ia bangkit dari duduknya, berdiri tegak menghadap ibunya. Nada suaranya naik satu oktaf.

“Kalau Ibu terus maksa, terus ngeluh, tidak mau mengerti keadaan aku, ya sudah! Tidak usah aku kasih uang sama sekali bulan depan!”

Mayang tercengang. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Baru kali ini Damar membentaknya. Anak yang dulu selalu mengalah, selalu menuruti, kini berdiri dengan mata tajam dan suara keras.

Suasana mendadak hening. Hanya suara kipas angin yang berputar lambat di sudut ruangan.

Damar memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang. Ia tidak ingin membentak ibunya. Tapi kadang, batas kesabaran manusia memang ada.

Mayang duduk perlahan di sofa. Ia masih menggenggam uang dua juta itu. Matanya memandangi anak lelakinya dengan pandangan campur aduk—terkejut, kecewa, dan mungkin sedikit malu.

Damar duduk kembali, kali ini dengan tubuh lebih tegak. “Aku tetap sayang Ibu. Tapi jangan paksa aku di saat aku sendiri sedang berjuang, Bu. Kalau Ibu terus begini, aku benar-benar bisa menyerah.”

Mayang tidak menjawab. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya, ia diam. Mungkin sedang mencerna kenyataan: bahwa anaknya kini bukan bocah yang bisa ditarik ulur sesuka hati.

Dari balik pintu dapur yang setengah terbuka, Tania berdiri diam, matanya mengamati dengan tajam pertengkaran yang memanas di ruang tamu. Suara Damar yang jarang meninggi kini terdengar tegas, bahkan hampir menggelegar. Mayang, ibu mertuanya, tampak terdiam kaget—untuk pertama kalinya dibentak oleh anak yang selama ini selalu menunduk pada setiap permintaannya.

Tania menarik napas panjang. Senyum tipis terbit di sudut bibirnya.

'Akhirnya, Damar berani juga melawan ibunya sendiri.' batin Tania. 'Sudah seharusnya. Sampai kapan terus-terusan memberi uang untuk hidup enak si Ibu, sementara kita harus putar otak buat nabung?'

Ia menoleh ke perutnya yang mulai menonjol membelai pelan. “Kita harus punya simpanan, Nak. Buat periksa kehamilan, beli perlengkapan, sampai biaya lahiran nanti,” bisiknya lirih.

Pendapatan dari stand minuman jelas tak bisa disamakan dengan gaji seorang CEO. Usaha kecil seperti milik Damar itu bisa sepi kapan saja, seperti bulan ini. Kalau tidak cermat mengatur pengeluaran, mereka bisa kehabisan uang di tengah jalan. Termasuk soal uang untuk Mayang—Tania memang sejak awal keberatan. Hidup siapa pun harus belajar berhemat. Jangan hanya mau bagian enaknya, sementara anak sendiri banting tulang di tengah terik dan hujan.

Dengan langkah pelan, Tania muncul dari balik pintu. Ia membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan sepiring camilan gorengan. “Ma, Mas, aku bawakam teh dulu, ya. Biar ngobrolnya sambil santai.”

Damar langsung menoleh. Wajahnya masih memerah, tapi ia menyambut Tania dengan anggukan lemah. Mayang, sebaliknya, menyipitkan mata curiga.

Tania meletakkan nampan di meja, lalu duduk di sisi Damar. “Tidak usah ribut, ya. Kita semua sama-sama sedang susah. Mending cari jalan tengah. Kalau bulan ini cuma bisa dua juta, ya kita sesuaikan pengeluarannya. Nanti kalau usaha sudah ramai lagi, Mas Damar bisa tambah.”

Baru saja Tania selesai bicara, suara Mayang melengking tajam.

“Kamu ya, Tania! Ini pasti kamu yang bisikin Damar sampai dia berani sama ibunya sendiri! Kamu cuci otaknya, ya? Biar semua uang buat kamu, biar kamu bisa foya-foya, belanja ini itu, sementara saya di rumah cuma kebagian sisa!”

Tania pura-pura terkejut. Air mata langsung menggenang di pelupuknya. Ia menunduk, menutupi senyuman tipis yang sempat muncul. Lalu dengan tangisan yang lirih tapi menyayat, ia berkata, “Aku tidak pernah menghasut Mas Damar buat durhaka, Bu. Aku cuma pengen kita semua hidup lebih bijak… Damar juga butuh istirahat, bukan cuma kerja buat kasih uang terus-menerus…”

Damar menatap istrinya yang menangis di sebelahnya. Hatinya mencelos. Ia tahu Tania tidak mungkin sejahat itu. Dia cuma ingin semua adil.

“Sudah cukup, Bu,” katanya dingin. “Jangan hina istriku. Jangan tuduh tanpa bukti. Kalau Ibu tidak bisa tenang, lebih baik pulang dulu.”

Mayang tersentak. “Kamu… ngusir Ibu sendiri?”

“Bukan ngusir,” tegas Damar. “Tapi Ibu butuh waktu buat merenung. Jangan datang kalau cuma mau marah dan nuntut terus.”

Sunyi mendadak mengisi ruangan. Mayang berdiri perlahan, menatap Damar dengan mata basah. Tapi anaknya tak bergeming. Tania menunduk, menangis pelan—tangisan palsu yang kini membuahkan hasil manis.

Tanpa sepatah kata, Mayang melangkah keluar. Pintu tertutup pelan, tapi ketegangan masih menggantung di udara. Tania menyeka air matanya, lalu menggenggam tangan Damar erat.

“Kamu sudah melakukan hal yang benar, Mas Damar,” bisiknya.

Damar hanya diam. Tapi pelukannya pada Tania menjawab semuanya.

Bersambung....

1
siauwdidola
lanjut thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
maaf, author salah tulis nama. lagi oleng, seharian belum ngopi. otw revisi ya. terimakasih atas masukannya😁🙏
partini
lah bukannya dah nikah ma Bastian ko sama damar lagi Thor 🙄
Santai Dyah
lanjut thor
Muhammad Rafli321
authornya plin plan nih dibab pertama damar SM Tania nikahnya pake akad,lah Niken SM Bastian nikahnya adat nonis..ap crtanya Niken SM damar nikah beda agama
siauwdidola
menarik
yumi chan
anton bpk anknya tania...dn damar akn hncur ke2 klinya...
stefani n.i.s
thor Damar sdh hampir 2thn bercerai, tp kok usia kandungan Tania msh 6bln, padahal kan Damar dan Niken bercerai setelah ketahuan Tania hamil thor..
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: kak aku salah tulis. kalo baca dari awal bab mereka cerai blm lama😭nanti aku revisi ya. terimakasih koreksinya
total 1 replies
yumi chan
thor nanti cpt bt niken hamil thor .dn anknya kembr thor .dn bt damar sama tania tau mas kawin dia pasal pesiar thor
Rahmawati
wow maskawin nya gk kaleng-kaleng, semoga dilancarkan sampai hari pernikahan
partini
mas kawin boleh apa aja yg utama itu loh yg di bawah kalau ga ada mah aneh 😂😂😂
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
🥰🥰🥰
Rahmawati
Tania jg diperalat neneknya
Rahmawati
bagus ceritanya
Rahmawati
baru dua hari loh pacarannya, udah di lamar aja
Rahmawati
semoga ortu Bastian berubah pikiran dan menerima niken sbg calon mantu
Rahmawati
td salah ketik nama, yg ngobrol dengan Bastian masak Tania thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: terimakasih atas koreksinya. author keder, sudah di revisi ya😂🙏😘
total 1 replies
Rahmawati
Bastian pasti ada rasa nih sm niken makanya mau bantu niken
Rahmawati
ini nih tipe perempuannya yg gk mau dia ajak berjuang, maunya langsung sukses
Rahmawati
jgn ke pede an km damar,, gk mgkin niken ngemis minta rujuk sm km
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!