Apa jadinya jika kakak beradik saling jatuh cinta. Seluruh dunia bahkan menentang hubungan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan sumpah untuk sehidup semati bersama.
Hingga sebuah kecelakaan mengakhiri salah satu hidup dari mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah mereka memang ditakdirkan untuk hidup bersama?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Ke Kota B
Ammar dan Kevin tiba di rumah Kiran. Ammar langsung masuk ke dalam rumah. Ammar dengan sopan mengetuk pintu kamar tamu yang ditempati Nabila. Tidak ada jawaban. Ammar kembali mengetuk pintu.
Perlahan Ammar membuka pintu. Ammar melihat Nabila yang tertidur dengan kompres di kepala, ada minuman di atas meja masih terbungkus rapi dalam plastik.
"Nabila," bisik Ammar.
Nabila bangun dari tidurnya. Nabila memegang keningnya yang basah karena kompres. Nabila melihat Ammar yang ada di sebelahnya. Nabila bangun.
"Kok aku bisa ada di sini?"
"Emangnya kamu tadi kenapa?" tanya Ammar.
"Seingatku tadi aku muntah di kamar mandi dan gak tau lagi. Apa kamu yang bawa aku ke sini?" Nabila sambil memegangi perutnya.
"Bukan, mungkin Tiara yang datang. Ini juga ada minuman masih hangat. Kamu minum dulu," Ammar mengeluarkan minuman yang ada di dalam plastik dan memberikannya kepada Nabila.
Nabila minum air jahe hangat yang diberikan Ammar. Perut Nabila berasa lebih nyaman. Nabila melihat Kevin yang berdiri di depan pintu kamarnya. Nabila menyuruh Kevin masuk dan duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
Nabila menanyakan keadaan Ammar. Nabila minta maaf karena malam itu Nabila tidak menemani Ammar ke rumah sakit. Nabila juga sekali lagi berterima kasih kepada Kevin yang sudah membawanya waktu itu ke rumah Kiran.
Kevin kemudian menanyakan tentang Surya yang ingin membawa paksa Nabila tadi pagi. Nabila kemudian cerita, di malam Nabila kabur dari rumah, tersebar berita di dunia maya foto Nabila yang digendong seorang cowok masuk ke dalam ruangan UGD rumah sakit.
Di dalam postingan itu, Nabila dinyatakan hamil. Sebelum berita itu menghilang, Surya sempat membaca. Dan entah mengapa Surya juga bisa berada di Kota B dan menemukannya. Waktu itu Surya dengan emosi ingin membawa Nabila ke tempat aborsi.
"Apa! Surya ingin kamu aborsi? Lancang kali!" Kevin bangkit dari duduknya dan memukul udara.
Nabila kaget melihat perubahan Kevin. Nabila memegangi lengan Ammar. Nabila menyembunyikan wajahnya di balik punggung Ammar.
"Bila, maaf, aku menakutimu ya?" Kevin perlahan mendekat tapi Nabila semakin menyembunyikan dirinya.
"Bila, Kevin terbawa emosi. Dia sangat peduli sama kamu," Ammar berusaha menenangkan Nabila.
"Maaf Nabila, aku nakutin kamu," sesal Kevin.
Dan di saat itu, Tiara melihat Nabila yang diperhatikan dua orang cowok. Tiara yakin Nabila gadis yang baik dan Nabila beruntung mempunyai teman seperti Ammar dan teman yang satunya. Mereka ada di saat Nabila mempunyai masalah keluarga.
"Ammar, sudah lama?" sapa Tiara.
"Gak, baru beberapa menit yang lalu. Oh ya, kenalin ini Kevin," kata Ammar.
Kevin dan Tiara berjabat tangan saling mengenalkan diri. Tiara melihat Nabila seperti orang ketakutan. Kevin merasa bersalah, Kevin keluar dari kamar Nabila diikuti Tiara.
"Bila, maafin Kevin ya. Kevin sama juga denganku sangat khawatir padamu. Kami peduli padamu," ujar Ammar.
"Mungkin karena aku baru saja mengalami hal yang tidak mengenakkan, aku jadi takut. Kevin tidak salah," Nabila melepaskan pegangan tangannya dari Ammar.
Ammar keluar kamar meninggalkan Nabila menuju ruang tamu. Ammar meminta Tiara ke kamar menemani Nabila. Tiara kemudian kembali ke kamar Nabila.
"Tiara, apa kamu yang membawaku ke sini? Aku lemas di kamar mandi," tanya Nabila.
"Aku dari kampus langsung pulang. Kamu lemas? Kamu sakit?" Tiara memegang kening Nabila.
"Gak kok, mungkin karena masuk angin. Oh ya, terima kasih jahe hangatnya," Nabila menghabiskan jahe hangat.
"Jahe hangat?" Tiara mengernyitkan keningnya sambari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Apa penyakit lupaku kambuh lagi ya? Kapan aku beli jahe hangat tuk Nabila? Batin Tiara.
Nabila berasa lebih enakan. Nabila dan Tiara pergi ke samping rumah. Ammar dan Kevin berenang di kolam renang. Terdengar suara bel berbunyi. Tiara menuju pagar depan. Tidak berapa lama, Tiara kembali membawa satu plastik penuh kotak makan.
"Siapa yang pesan gaes?" Tiara mengeluarkan beberapa kotak makanan dan minuman dingin dari dalam plastik putih.
"Aku yang pesan. Sebagai ucapan terima kasih dan maafku karna sudah merepotkan kalian," kata Nabila.
Kevin dan Ammar keluar dari kolam renang. Mereka duduk di kursi samping kolam renang. Tiara membagikan mie pangsit level 3, pangsit, udang rambutan, udang keju, siomay, dan es chocoan di atas meja.
"Senangnya hari ini, dapat makan gratis dari Nabila," Tiara memeluk Nabila.
"Terima kasih, Nabila," ucap Ammar dan Kevin.
"Ayo, silakan dimakan," Nabila mulai menikmati makanannya.
Mereka dengan gembiranya makan bersama, bersenda gurau bersama. Nabila sempat melupakan sejenak masalah hidupnya.
...----------------...
🌑 Kota A.
Amina sudah menceritakan tentang hamilnya Nabila dan Hakim yang salah paham kepada Ammar dan mencekiknya kepada Kiran. Amina penuh penyesalan meminta maaf kepada sahabatnya. Amina juga memberitahu niat Ammar yang ingin bertanggung jawab dan melamar Nabila.
Sontak saja Kiran kaget. Ternyata Ammar selama ini menyukai Nabila. Amina takut, setelah kejadian yang menimpa keluarganya Kiran akan menjauh darinya. Ternyata Amina salah sangka. Kiran justru mendukung niat baik Ammar yang ingin melamar Nabila.
"Kiran, Nabila hamil anak Nabil. Apa kamu tidak malu? Anak-anakku telah melakukan hal-hal yang terlarang. Keluarga kami, pasti tidak akan cocok dengan keluargamu," Amina mengusap air matanya.
"Amina, aku tahu siapa kamu. Ammar juga kenal Nabil dan Nabila. Orang yang pertama kali diminta tolong oleh Nabil adalah Ammar. Aku yakin seyakin-yakinnya, Nabil ingin Ammar yang menggantikan dirinya. Semua yang terjadi pada keluargamu adalah kecelakaan dan campur tangan orang yang berniat memporak porandakan keluargamu."
"Aku tidak mengerti," Amina menggelengkan kepalanya.
Kiran melihat Hakim yang masih tertidur di atas tempat tidurnya. Kiran mengajak Amina ke balkon rumah sakit. Mereka duduk di kursi. Dengan sedikit mengurangi volume suaranya, Kiran mengulang cerita yang dia dengar dari Kevin.
Kevin mempunyai ibu sambung yang bernama Amelia. Ternyata Amelia mempunyai dendam kepada Hakim dan Amina. Amelia melampiaskan rasa dendamnya kepada Nabil dan Nabila. Dan terjadilah ritual sumpah darah.
"Amelia? Siapa?" Amina mencoba mengingat.
"Guru les yang waktu itu ada di pesta rumah baruku," sahut Kiran.
"Tapi aku tidak pernah bertemu dengannya. Itu pertama kalinya kami bertemu."
"Tapi mengapa dia berbuat begitu? Amina kali ini gunakan kekuasan mertuamu untuk mencari tahu siapa sebenarnya Amelia."
"Baiklah," Amina mengangguk.
Dan dengan terpaksa dan berat hati, Kiran juga cerita tentang apa yang telah diperbuat Laila kepada Nabila di malam itu. Entah apa yang dimasukkan Laila ke dalam minuman Nabila, yang pasti sebelumnya Laila menginginkan Nabila aborsi.
"Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin Mama seperti itu. Nabila cucu yang dinanti-nantinya," Amina menangis.
"Aku juga menyayangkan semua itu. Tenang saja, Nabila.aman. Jangan sampai mertuamu menemukan Nabila," Kiran memeluk Amina.
"Aku perlu bukti," isak Amina.
"Bukannya di ruang tamu rumahmu ada CCTV tersembunyi?" Kiran mengingatkan Amina.
Amina bergegas masuk ke dalam ruangan Hakim. Amina mengambil ponsel Hakim dan mencek CCTV rumahnya.
"OH TIDAK! KEJAAAAAAAM!" teriak Amina.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...