Karena pertempuran antar saudara untuk memperebutkan hak waris di perusahaan milik Ayahnya. Chairil Rafqi Alfarezel terpaksa harus menikahi anak supirnya sendiri yang telah menyelamatkan Dirinya dari maut. Namun sang supir malah tidak terselamatkan dan ia pun meninggal dunia setelah Chairil mengijab qobul putrinya.
Dan yang paling mengejutkan bagi Chairil adalah ketika ia mengetahui usia istrinya yang ternyata baru berusia 17 tahun dan masih berstatuskan siswa SMA. Sementara umur dirinya sudah hampir melewati kepala tiga. Mampukah Ia membimbing istri kecilnya itu?
Yuk ikuti ceritanya, dan jangan lupa untuk memberikan dukungannya ya. Seperti menberi bintang, Vote, Like dan komentar. Karena itu menjadi modal penyemangat bagi Author. Jadi jangan lupa ya guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NASEHAT.
Sesuai yang direncanakan oleh Chairil, akhirnya dimasa liburan sekolah, Widiya dititipkan ke pondok pesantren putri yang berada di kota BD. Bahkan sudah hampir satu Minggu ia berada di sana. Dan sudah hampir satu Minggu juga, ia menimba ilmu di pondok pesantren milik Ummi Salamah.
Namun mungkin karena bukan keinginannya sendiri, membuat ia sulit mencerna ilmu yang sudah diberikan padanya. Tapi syukurnya, Ummi Salamah begitu sabar dan begitu lembut dalam menghadapi sifat Widiya yang memang keras kepala. Sehingga kini ia mulai mengerti sedikit demi sedikit. Dan ketika Ummi Salamah sedang mengajarkan para santrinya mengaji, tiba-tiba seorang santriwati datang menghampirinya.
"Assalamualaikum Ummi," ucap santriwati tersebut.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu," balas Ummi Salamah. "Ada apa Nak?" Tanya sang Ummi dengan lembutnya.
"Ummi, kata Ustadz, mahram Ukhti Widiya datang. Jadi Ustadz menyuruh Ummi membawa Ty Widiya ke pondoknya Ummi," jawab santriwati tersebut.
Ummi Salamah pun langsung paham, setelah mendengar kata Mahram. Ia sangat tahu betul, kalau suaminya itu tak ingin melihat Widiya diledeki oleh teman santriwati lainnya, karena telah memiliki suami diusianya yang masih belia.
"Ooh... Baiklah, bilang sama Ustadz tunggu sebentar ya," ujar sang Ummi. Karena di saat santriwati itu sedang mengutarakan maksud kedatangannya, Ummi Salamah sempat melihat wajah Widiya yang langsung berubah ketika mendengar kata Mahramnya telah datang. Yaa sepertinya Widiya memang langsung paham. Karena selain suaminya, ia tak memiliki mahram lainnya lagi.
"Na'am Ummi." Balas Santriwati tersebut dan ia pun langsung meninggalkan tempat itu.
Setelah kepergian santriwatinya, Ummi Salamah pun menghampiri Widya. "Ayo nak, kita menemui suami kamu," ajaknya dengan suara yang terdengar begitu lembut.
"Maaf Ummi Diya lagi tidak ingin bertemu dengan dia," balas Widiya sambil menundukkan wajahnya.
Setelah mendengar perkataan Widiya, Ummi Salamah memberikan isyarat pada salah satu Ustadzah yang ada disana. Agar membawa para santrinya yang lainnya untuk meninggalkan ruangan Pendopo tempat mereka menjalani programnya. Sang Ustadzah pun langsung terhalang dan ia pun membawa para santriwatinya meninggalkan tempat itu.
"Nak, suami kamu memiliki peran sebagai imam, yang artinya pemimpin dan panutan bagi keluarganya. Dan tanggung jawabnya ialah, membimbing, melindungi, dan menafkahi keluaranya. Dan tanggung jawabnya itu bukan hanya di dunia semata Nak, tapi juga diakhirat. Dan kedudukan seorang suami dalam kehidupan rumah tangga adalah sebagai pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Mereka berwenang dalam membentuk dan mengarahkan anggota keluarganya. Oleh karena itu, sebagai seorang istri kita harus taat dan patuh terhadap suami. Adab ini pun tercatat dalam firman Allah surat An-Nisa ayat 34.
Yang artinya:
"Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar." (QS An-nisa ayat 34)" Ujar Ummi Salamah memberikan penjelasan pada Widiya dengan lembut.
"Kamu tahu nggak Nak, ada berapa kewajiban kita sebagai seorang istri?" Tanya Ummi Salamah, dan hanya dibalas Widiya dengan gelengan kepalanya saja.
"Kewajiban kita sebagai seorang istri ada tujuh dalam syari'at Islam.1. Istri Taat dan Patuh Terhadap Suami. Dalilnya tadi sudah Umi katakan didalam Firman Allah di surat An-nisa ayat 34.
Memberikan Rasa Tenang dalam Rumah Tangga.
Memberikan cinta dan kasih sayang kepada suami merupakan satu hal yang perlu kita penuhi sebagai seorang istri. Dan dalilnya ada di surat Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:
Artinya:
"Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
Menggauli Suaminya Secara Layak Sesuai dengan Kodratnya
Pergaulan yang dimaksud di sini adalah pergaulan antara suami dan istri yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan birahinya. Jadi kita tidak menolak ajakan suami untuk berhubungan badan. Hal tersebut pun tercantum dalam hadis riwayat Bukhari.
“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk melakukan hubungan badan, lalu istri menolak untuk datang sehingga semalaman suaminya marah, maka malaikat akan melaknatnya (istri) hingga pagi hari.” (HR. Bukhari)
Mengurus dan Menjaga Rumah Tangga
Seorang istri dianjurkan untuk menjaga harta suami. Istri tidak boleh membelanjakan harta yang bukan pada tempatnya, untuk hal-hal yang tidak disukai suami dan tidak boleh mengambil melebihi kebutuhannya dan kebutuhan rumah.
Jika beberapa hal tersebut dilarang oleh seorang istri, ia dianggap telah berbuat dzalim dan buruk terhadap suaminya.
Menjauhkan Diri dari Segala Perbuatan yang Tidak Disukai Suami
Salah satu hal paling umum yang mungkin tidak disukai hampir semua suami di seluruh dunia adalah melihat istri memasukkan seseorang yang tidak disukai suami.
Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak dihalalkan bagi seorang istri yang beriman kepada Allah untuk mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya, padahal suaminya benci. Dan, tidak dihalalkan seorang istri keluar sedangkan suaminya tidak mengizinkan.” (HR. Hakim)
Menghargai dan menghormati tamu adalah sebuah kewajiban. Akan tetapi, sebagai bentuk dari ketaatan istri kepada suami, maka tidak boleh bagi istri memasukkan tamu yang tidak disukai oleh suaminya.
Merawat Suami dengan Penuh Kasih Sayang.
Mengurus suami, terutama ketika ia sedang sakit, menjadi prioritas paling utama yang perlu para istri lakukan dibandingkan mengurus hal lain yang tidak penting. Sebagai istri dianjurkan untuk tidak menelantarkan suami saat mereka sakit. Cinta dan rawatlah pasangan sebagaimana ia merawat kita ketika sakit.
Berhias atau Berdandan di Hadapan Suami
Berhias atau berdandan merupakan fitrah dari kaum perempuan, yang memiliki kecenderungan untuk selalu tampil cantik dan menarik. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW pernah ditanya, “Siapakah wanita yang paling baik?”
Kemudian, beliau menjawab, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. Nasa’I dan Ahmad)." Jelas Ummi Salamah lagi, yang menuturkannya dengan kata-kata yang lembut dan juga penuh kehati-hatian.
"Apakah sekarang kamu sudah paham Nak?" Tanya sang Ummi.
"Iya Umi Diya, udah paham." Balas Widiya.
"Alhamdulillah, Umi senang mendengarnya, jadi sekarang kamu maukan, menemui suami kamu?" Tanya Umi Salamah lagi. Dan Widiya pun membalasnya dengan anggukan saja.
"Alhamdulillah, ya ayo kita, ke pondok Ummi," ajak Salamah, sambil ia meraih tangan Widiya. Setelah itu mereka pun langsung menuju pondoknya Salamah.
Sesampainya di sana mereka melihat Chairil sedang berbincang-bincang dengan suaminya Salamah. Tampaknya Chairil juga sedang di berikan nasehat juga oleh sang Ustadz.
"Assalamualaikum," ucap Salamah.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu" balas Chairil dan juga suaminya Salamah.
"Maaf ya Nak Airil, jadi lama menunggunya." ujar Salamah.
"Nggak papa kok Ummi. Malahan senang soalnya, jadi dapat ilmu dari Ustadz," balas Chairil.
"Alhamdulillah kalau gitu, oh iya, kamu datang mau jemput ya?"
"Iya Umi, soalnya sebentar lagi Widiya, akan kembali sekolah Umi." balas Chairil apa adanya.
"Ooh, ya udah nanti kalau liburan lagi, kalian boleh datang lagi," kata Umi Salamah, membuat Widiya tampak senang.
"Baiklah Umi, kalau begitu kami pamit ya," ujar Chairil seraya ia bangkit dari duduknya.
"Iya Nak, hati-hati dijalan ya,"
"Baik Ummi, ya udah kami pamit, Assalamualaikum," pamit Chairil, setelah itu Chairil pun menggandeng tangan istrinya.
thor prasaan dkit bngt dah up ny, ga terasa/Grin/
double up kk/Grin/