NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 34

SOSOK Kurus berwajah tua berdiri di atas gundukan tanah yang

membukit. Gundukan tanah itu mirip kuburan raksasa, tanpa

pohon dan batu kecuali rumput yang mirip karpet hijau itu.

Wajah si sosok tua dapat membuat bulu kuduk merinding,

bahkan orang hamil bisa miskram mendadak karena rasa ngeri

melihat wajah bermata cekung, tulang pipi dan tulang rahang

saling bertonjolan. Jubah abu-abunya tak dikancingkan. Jubah itu bergerak-gerak ditiup angin perbukitan hingga menyerupai sayap kelelawar penghisap darah. Rambut putihnya yang dikonde sebagian itu juga meriap-riap dihembus angin tanpa permisi dulu oleh si pemilik rambut.

Sosok tua kurus jelek dan angker itu milik seorang nenek yang

berkuku runcing warna kehitam-hitaman. Kuku itu dapat untuk

merobek kulit singa, apalagi kulit jeruk. Dengan pakaian dalam

warna putih kusam, sosok tua yang jelas berjenis kelamin

perempuan itu sekarang sedang menjadi bahan pembicaraan

para tokoh rimba persilatan. Dia adalah Nyai Dupa Mayat, guru si Dewi Ranjang, yang terbunuh dalam pertarungannya dengan Pendekar Mabuk, alias Suto Sinting. Nyai Dupa Mayat memang mempunyai keringat berbau dupa. Wajah tuanya yang keriputan dengan kedua bibir mirip jahitan celana itu mempunyai kulit pucat, sepucat seorang.almarhumah. Karena ia dikenal dengan nama Nyai Dupa Mayat. Tapi nama aslinya semasa gadis adalah Pratiwi Ekawati.

"Ya, aku ingat nama itu. Tak kusangka nama secantik itu

sekarang diganti dengan nama angker mirip kuburan leak," ujar

seorang lelaki tua berusia sekitar delapan puluh tahun. Lelaki

itu memandang Nyai Dupa Mayat dari kejauhan, tepatnya dari

balik kerimbunan pohon hutan, ia bersembunyi di sana

bersama seorang pemuda lulusan Pulau Parang yang punya

wajah tampan itu.

Masih ingat pemuda yang ke mana-mana membawa tongkat

pramuka sebagai senjata toya andalannya? Tongkat itu dari

bambu kuning dan mempunyai kesaktian tersendiri, walaupun

tak sesakti bambu tuaknya si Pendekar Mabuk. Pemuda murah

senyum itu adalah Sandhi Tanayom yang sering disingkat

menjadi Santana.

"Apakah Guru kenal betul dengan nenek kempot itu?" tanya

Santana kepada lelaki tua yang ternyata gurunya sendiri itu.

"Dulu aku bukan saja kenal dengannya, tapi juga pernah

mengadakan hubungan manis dengannya. Yaah... semacam

cinta monyet, begitulah kira-kira," ujar sang Guru tanpa malu-malu.

Santana sunggingkan senyum geli tertahan. "Amit-amit,"

gumam Santana lirih.

"Mau-maunya Guru bercinta monyet dengan perempuan keriputan seperti sarung tak dicuci itu?!"

"Oh, waktu itu dia masih muda dan paling cantik diantara yang

berwajah jelek. Dulu dia punya bentuk tubuh sekal, padat berisi. Dadanya juga seperti semenanjung Malaka."

"Maksudnya...?"

"Menjorok maju dan... dan memang joroklah pokoknya!" ujar

Guru dengan lagak santai, jika bicara selalu seenaknya, ia

tak pernah merasa tua dan kadang lupa bahwa dirinya adalah

seorang guru bagi muridnya. Sang Guru itu juga murah senyum

dan selalu ceria. Semangat mudanya masih menyala-nyala

pandangan matanya pun masih jelas, sehingga

membedakan perempuan mana yang cantik dan yang tidak

cantik, hamil dan tidak hamil, mati dan tidak mati.. semua

dibedakan dengan mudah oleh si Guru. Sebab itulah, si Dewa Bandot mempunyai nama julukan yang cukup dikenal bagi

sahabatnya.

Dewa Bandot, Itulah julukan gurunya Santana yang bertubuh tak terlalu kurus namun juga tidak gemuk, alias sedang-sedang saja. Kebiasan bermain kalung manik-manik biru yang panjangnya sampe perut itu merupakan ciri si Dewa Bandot yang tak dilupakan oleh para sahabatnya. Seperti saat itu, di persembunyian pun tangannya bermain kalung maniknya seraya pandangi Nyai Dupa Mayat. Sang Nyai juga mengenakan kalung dari butiran batu hitam namun tak sepanjang kalung yang dipakai si Dewa Bandot.

"Jadi, jauh-jauh dari Pulau Parang kau membawaku ke

hanya ingin kau suruh melihat bekas kekasihku itu?!" bisik Dewa Bandot kepada muridnya.

"Aku tidak tahu kalau dia bekas kekasih monyetnya Guru. Aku

hanya ingin tunjukkan kepada Guru, nenek itulah yang punya

ilmu 'Gerhana Senyawa', yaitu ilmu yang bisa membuat

bayangannya bergerak sendiri dan."

"'Sudah, sudah... kau tak perlu jelaskan padaku. Aku gurumu,

berarti aku lebih tahu tentang berbagai macam ilmu!" potong si

Dewa Bandot. "Ngomong-ngomong, lmu 'Gerhana Senyawa'

itu kehebatannya di mana, Santana?"

"Huuhh, tadi mau dijelaskan Guru melarang. Sekarang malah

menanyakannya." Sambil pamerkan senyum tuanya, Dewa Bandot berbisik lirih,

"Yaah namanya orang sudah tua begini, kadang lupa dengan

ucapannya sendiri. Maklumi saja, Santana. Jangan jadi beban

pikiranmu, nanti kau jatuh sakit, makin parah, lalu mati. itu tidak

baik, Santana." Entah apa yang digerutukan Santana, sebab anak muda itu jika ditanya sering memberi jawaban yang berbeda dengan maksud pertanyaannya. Mau tak mau si Dewa Bandot ajukan tanya lagi. Akhirnya sang murid mengulang penjelasannya tadi.

"Bayangan itu bisa bergerak sendiri memburu lawan atau

menyerangnya. Bayangan hitam itu mempunyai daya panas

yang sangat tinggi, sehingga siapa pun tersentuh bayangan

tersebut dapat terbakar, bahkan banyak yang menjadi

Tersebut dapat terbakar, bahkan banyak yang menjadi abu

seketika."

"Ooo... ya, ya... sekarang aku ingat, lImu 'Gerhana Senyawa' itu

adalah kekuatan inti segala api, termasuk api neraka dan api

unggun diserapnya. Tentu saja dapat membuat seseorang

menjadi abu atau arang dengan sekali sentuh."

"Tapi mengapa bayangannya bisa bergerak sendiri tidak sesuai

dengan gerakan orangnya, Guru?"

"Itu kekuatan iblis! Jadi, kekuatan iblis masuk ke dalam dirinya

dan selalu berada pada bayangan. Karena iblis ada dalam

bayangannya, maka bayangan itu dapat bergerak sendiri.

Sebab itulah dikatakan 'Senyawa' artinya, sama-sama punya

nyawa tapi juga sama-sama punya bentuk seperti pemiliknya,

hanya beda wujud kasarnya."

Obrolan di balik persembunyian itu terhenti, karena perhatian

mereka segera terpusat kembali kepada Nyai Dupa Mayat yang

berdiri dengan kedua tangan bersidekap di dada. Karena

matahari tepat di pertengahan langit, maka bayangan Nyai

Dupa Mayat tepat berada di bawah kakinya. Tegak lurus

dengan tubuhnya. Rupanya ada sesuatu yang ditunggu oleh

Nyai Dupa Mayat, sehingga ia berada di tempat itu. Sesuatu

yang ditunggu tersebut ternyata sudah datang dan kini sang

Nyai yang bertubuh masih tegak tanpa kebungkukan itu segera

pandangi orang yang baru datang. la masih berada di atas

gundukan tanah, sehingga dapat terlihat dan melihat dengan

jelas.

"Siapa orang yang baru datang itu, Santana? Apakah kau kenal

dengannya?!"

"Memang benar. Dia menunggu kedatangan orang itu," jawab

Santana seperti orang tuli diajak bicara.

Sang Guru terpaksa mengulang dengan nada agak jengkel.

"Yang kutanyakan, siapa orang yang baru datang itu?!"

"Oh, nama orang itu?! Hmmm... namanya..."

Sebelum Santana menjawab secara lengkap, tiba-tiba

sekelebat bayangan melintas di depan mata mereka. Bayangan

itu berkelebat menuju ke arah Nyai Dupa Mayat, tapi tidak

mengetahui keberadaan Santana dengan gurunya di balik

pohon bersemak-semak itu. Jleeg...! Bayangan yang berkelebat

bagaikan angin itu hentikan langkah dan tahu-tahu sudah

berdiri di samping orang yang sudah lebih dulu menghadap

Nyai Dupa Mayat.

"Edan! Keduanya sama-sama cantik, Santana!" Ujar si Dewa

Bandot dalam bisikan.

"lya... cantik semua, Guru. Dan..."

"Ssst..." sang Guru mendesis sambil memberi isyarat dengan

telunjuk ditempelkan ke mulut.

...*...

...* *...

1
saniscara patriawuha.
gassssssdd....
saniscara patriawuha.
gasss pollll mangg karrrrrsooooo...
saniscara patriawuha.
cincang cincang sudahhh manggg suttttt. .
saniscara patriawuha.
gassssd polllll manggg suttttt
saniscara patriawuha.
gasssss polllll....
saniscara patriawuha.
jangannnn kepanjangannnn episodenya hanya untukkk satuuu majalahhhh.....
saniscara patriawuha.
gassd mangggg surrr ojo kakennn babbb...... sat set sat set jhuosss
saniscara patriawuha.
sikattt manggg sutttt,,,,
saniscara patriawuha.
gasssdd pollll manggg suttt,,,
saniscara patriawuha.
gasssss pollll
saniscara patriawuha.
gassss manggg suttt...
saniscara patriawuha.
gasssdd pollll manggg sutttt....
saniscara patriawuha.
nahhhh lohhhh....
saniscara patriawuha.
gassss pollll manggg suttttt....
saniscara patriawuha.
gasssss pollll manggg sutttt.....
saniscara patriawuha.
gasssd polllll manggg sinnnn....
saniscara patriawuha.
gasssss pollll manggg minnnn...
saniscara patriawuha.
mantapppp manggg
saniscara patriawuha.
Buruk
saniscara patriawuha.
gassssss..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!