Cerita ini banyak mengandung adegan ciuman,yang tidak suka dengan adegan ciuman lewatkan.
Alice Walker seorang wanita cantik yang memiliki kehidupan yang sempurna,ayah yang hebat di agen FBI,kakaknya yang penyayang dan ibu yang lemah lembut.
Tapi pada suatu malam,alice mendapati keluarganya terbunuh,semuanya mati kecuali anak kakaknya yang masih berusia lima tahun.
Gadis kecil itu dia temukan didalam lemari karena mendengar tangisannya,dalam satu malam kehidupan Alice langsung berubah.
Alice membesarkan anak kakaknya dan belajar dengan giat,belajar menjadi seorang agen FBi hebat seperti ayahnya untuk menangkap para pembunuh keluarganya.
Tapi sebelum itu,dia harus menjadi seorang polisi mengikuti saran ayahnya Adam Walker.
Suatu hari,Alice bertemu dengan Jacob Smith,mafia dicalifornia.apakah pria itu yang membunuh seluruh keluarganya ataukah pria itu yang akan membantunya membalas dendam?
Sekuel dari cerita Hot Mother And The Bos Mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehangatan seorang ibu.
Alice membuka matanya saat mendengar suara seseorang memanggilnya, Alice memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, entah kenapa tubuhnya terasa mengigil sekarang dan matanya terasa berat.
"Alice, apa kau baik-baik saja?" terdengar suara Olivia memanggilnya.
"Olivia dan?" Alice hendak bangkit dari ranjang tapi kepalanya terasa sangat sakit.
"Hei sebaiknya kau tiduran." Olivia menahan tubuh Alice agar sahabatnya itu tetap tidur diatas ranjang tapi Alice tetap duduk diatas ranjangnya.
"Olivia, kenapa kau ada disini dan dari mana kau tahu rumahku?" tanyanya heran.
"Anak itu.?" Wanita yang sedang duduk dihadapannya menunjuk kearah Jacob yang sedang berdiri bersandar didepan pintu.
Pria itu hanya melihat kearah Alice sedangkan dari wajahnya terlihat jelas jika dia kawatir dengan Alice.
"Dia meminta kami datang dan membuat kami panik, aku kira terjadi suatu hal yang gawat."
"Alice, kak Jacob memanggil kami kemari dan berkata kau sakit." ujar Olivia pula.
"Kak Jacob?"
"Maaf dia kakakku." Olivia langsung tidak enak hati.
"Alice apa kau baik-baik saja?" wanita yang sedang duduk didepannya sedari tadi menyentuh dahi Alice dan mengusap rambutnya.
"Ini ibuku." kata Olivia.
"Ibu?" air mata Alice langsung mengalir saat mendengar kata ibu.
Samantha sangat heran dan memandangi putranya, kenapa gadis itu menangis?
Jacob mengangguk pada ibunya dan pada saat itu Samantha langsung memeluk Alice, walaupun dia tidak tahu apa yang terjadi tapi rasa keibuannya berkata jika dia harus melakukan itu.
Alice membalas pelukan Samantha, memeluk wanita itu dan menangis dalam pelukannya. Dia merasa sedang memeluk ibunya saat ini karena kehangatan pelukan wanita itu membuatnya teringat dengan kehangatan pelukan ibunya.
Jacob hanya bersandar didepan pintu kamar itu, melihat gadis yang menangis dalam pelukan ibunya.
Saat dia membawa Alice kembali dari makam keluarganya, gadis itu mulai menggigil selama didalam mobilnya apalagi saat dia menyentuh dahi Alice yang terasa panas.
Jacob mulai panik, saat mereka tiba dirumah gadis itu, Jacob langsung menggendong Alice dan membawanya masuk kedalam kamarnya.
Jacob bahkan menggantikan baju Alice yang basah karena embun, mengambil handuk dan air hangat untuk mengompres dahi gadis itu.
Saat dia kembali bibi Carol sudah tidak ada, sepertinya wanita paruh baya itu sedang pergi kesuatu tempat sedangkan Marry sudah pergi kesekolahnya, hal itu semakin membuat Jacob panik sendri.
Sebab itulah,Jacob menghubungi Olivia dan meminta adiknya itu untuk datang kerumah Alice bersama ibu mereka.
Dia rasa Alice membutuhkan sosok seorang ibu saat ini apalagi gadis itu selalu berkata jika dia rindu dengan ibunya.
"Sayang, apa putraku mengganggumu?" Samantha mengusap rambut Alice dengan lembut.
Alice menggeleng, rasa kehangatan tubuh wanita yang dipeluknya mengobati kerinduan akan ibunya.
"Maaf tante." Alice melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.
Samantha tersenyum padanya dan kembali mengusap kepala Alice.
"Tidak apa-apa, kau bisa menganggap aku seperti ibumu."
Samantha membantu Alice untuk kembali tidur diatas ranjang.
"Dan katakan padaku jika anak itu mengganggumu." sambil melihat kearah Jacob.
"Mom, aku tidak menggangunya." jawab Jacob dengan cepat.
Alice melihat kearah Jacob yang tampak kawatir.
"Terima kasih tante, dia memang menyebalkan dan suka menggangguku." ujarnya.
"What?" Jacob tidak percaya mendengarnya.
Olivia menahan tawanya sedangkan Samantha melangkah kearah putranya.
"Jacob!" Samantha langsung menjewer telinga putranya itu.
"Mom, dia hanya asal bicara, aku tidak seperti itu!" Jacob memegangi telinganya.
"Apanya yang tidak? Kau itu tidak jauh berbeda dengan daddymu." Samantha masih tetap menjewer telinga putranya dan menarik Jacob untuk keluar dari kamar Alice.
Alice tersenyum dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terasa dingin.
"Alice, apa kau baik-baik saja?" Olivia menghampirinya dan duduk diatas ranjang.
"Olivia terima kasih sudah datang bersama ibumu."
"Tidak apa-apa Alice, kau tahu, saat kami tiba kak Jacob tampak begitu panik."
"Jadi dia kakakmu?"
"Iya." Olivia menunduk dan merasa tidak enak hati.
"Bagus, kalian menipuku!" ujar Alice kesal.
"Maaf Alice." ujar Olivia.
Alice melihat sahabatnya itu, kemudian gadis itu menutupi matanya dengan lengannya untuk menahan air matanya agar tidak kembali mengalir.
"Tidak apa-apa Olivia, aku hanya bercanda saja. Terima kasih sudah datang."
Olivia menyentuh tangan Alice dan mengusapnya.
"Alice, aku baru tahu jika kau sudah tidak mempunyai kedua orang tua lagi."
"Tidak apa-apa Olivia." Alice menyela perkataan sahabatnya itu dengan cepat.
Pada saat itu Jacob masuk kedalam kamar Alice, membawa obat dan segelas air ditangannya, pria itu berjalan mendekati mereka.
"Olivia, mommy memanggilmu."
"Alice aku keluar dulu ya, dan beristirahatlah." Olivia bangkit berdiri dan berjalan pergi.
Alice mengangguk dan pada saat itu Jacob duduk disampingnya dan memberikan obat yang dibawanya pada Alice.
"Sayang, bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Seperti yang kau lihat."Alice kembali duduk diatas ranjang dan mengambil obat dari tangan Jacob dan meminumnya.
Jacob memegangi dahi Alice yang masih terasa hangat.
"Beristirahatlah, ibuku sedang membuatkan bubur untukmu."
Alice menatap pria itu dan kembali merebahkan diri diatas ranjang,bkenapa begitu baik?
"Jacob,al aku sangat berterima kasih padamu. Kau bahkan meminta ibumu datang dan aku jadi tidak enak hati karena merepotkannya."
"Stts...sayang, sudah aku katakan padamu bahwa keluargaku sangat baik,vwalaupun aku seperti ini tapi aku punya prinsip."
"Aku akan bersunguh-sungguh dengan setiap ucapanku jadi jangan merasa tidak enak hati karena cepat atau lambat kau pasti akan jadi milikku."
"Jangan bermimpi!" Alice langsung menarik selimut untuk menutupi wajahnya yang memerah.
Kenapa jantungnya jadi berdebar-debar saat mendengar perkataan Jacob? Ini pasti karena demamnya!
Jacob hanya terkekeh dan menciumi dahi gadis itu dengan lembut.
"Tidurlah sayang, nanti aku akan membangunkanmu."
"Jacob, sekali lagi aku sangat berterima kasih."
"Ssttt...!" Jacob kembali menunduk dan menciumi bibir Alice.
Alice mengangkat tangannya, memeluk leher Jacob dengan erat.
"Sebaiknya kau segera tidur sayang, kalau tidak kita akan terkapar disini berdua karena aku tidak bisa berhenti menciumi bibirmu."bbisik Jacob disela-sela ciuman mereka.
Alice tersenyum dan menciumi wajah Jacob, hal itu membuat Jacob terbelakak kaget, apa Alice mulai menerimanya? Atau gadis itu berbuat demikian karena demamnya?
"Hei honey."
Tapi Alice sudah menutupi wajahnya yang memerah dengan selimutnya, dia sangat malu dan tidak ingin Jacob melihat wajahnya.
Senyum Jacob mengembang diwajahnya, dengan pelan Jacob mengusap kepala Alice.
"Tidurlah sayang." Jacob segera bangkit berdiri berjalan keluar dari kamar itu.
Alice memandangi kepergian Jacob dan memejamkan matanya, entah kenapa Jacob begitu baik padanya tapi dia tahu, pria itu begitu tulus padanya.
Saat itu juga, Alice teringat dengan pesan ayahnya. Jika ayahnya masih hidup, apakah ayahnya akan memarahinya karena dia dekat dengan Jacob Smith?
Entah kenapa dia jadi penasaran kenapa ayahnya memintanya untuk tidak terlibat dengan keluarga Smith padahal mereka adalah keluarga yang sangat baik.
Alice menghembuskan nafasnya dengan berat dan berkata dalam hati:
"Sory daddy, aku telah melangggar peringatanmu."
#Jacob dan Alice#