Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Yang tabung bab awas di santet online!!⛏️⛏️
Mentari refleks memukul dada sang suami begitu menyadari ada seseorang yang memergoki mereka.
“Berhenti, Mas… malu,” ucapnya lirih, wajahnya sedikit memerah.
Langit mengembuskan napas pelan, lalu menoleh ke belakang seolah baru menyadari keberadaan orang lain.
“Oh iya, sayang. Aku lupa,” katanya ringan.
Ia merangkul Mentari dengan satu tangan, sementara tangan lainnya tetap menggendong Mina.
“Sayang, ini Mario,” lanjut Langit. “Salah satu investor untuk hotel baru kita. Aku pernah cerita soal ini. Kamu masih ingat, kan?”
Mentari menatap pria itu lebih saksama.
“Halo, Nyonya Langit,” ucap pria itu sambil menyodorkan tangan, senyumnya tipis namun sulit ditebak.
Mentari sempat melirik Langit sekilas, seolah memastikan sesuatu pada suaminya.
Lalu ia menyambut uluran tangan itu.
“Halo,” jawabnya singkat.
Baiklah, sayang. Papa mau ganti baju dulu,” ujar Langit pada putrinya yang masih berada dalam gendongannya.
“Kamu sama Oma sebentar, ya.”
“Baik, Papa,” jawab Mina patuh.
Langit lalu menoleh pada tamunya.
“Oh ya, Pak Mario, saya ke atas dulu sebentar. Anda silakan duduk. Setelah ini kita bisa bicara.”
“Silakan, Pak,” balas Mario sopan.
“Ayo, sayang,” ucap Langit lembut.
Ia merangkul pinggang Mentari dan membawanya menaiki anak tangga, satu per satu. Dari kejauhan, siapa pun bisa melihat betapa Langit adalah sosok suami yang begitu mencintai istrinya—tercermin dari sikapnya yang penuh perhatian sekaligus protektif.
Mata Mario mengikuti mereka hingga kedua tubuh itu menghilang di balik lantai atas.
“Om, temannya Papa?” tanya Mina tiba-tiba.
Mario yang masih berdiri langsung menunduk. Ia tersenyum, lalu berjongkok agar sejajar dengan gadis kecil itu.
“Iya, betul, gadis kecil,” ujarnya ramah. “Siapa namamu?”
“Aku Mina, Om.”
“Mina…” ulang Mario pelan. “Punya arti yang sama dengan nama Papamu."
“Karena Papa sangat mencintaiku,” sahut Mina bangga. “Makanya Papa memberiku nama yang sama.”
Senyum Mario bertahan di wajahnya.
Om, aku baru selesai menggambar,” ujar Mina lagi dengan mata berbinar.
“Om mau lihat gambarku, nggak?”
“Tentu,” jawab Mario sambil tersenyum. “Gadis kecil yang cantik ini sudah menggambar apa?”
“Di mana? Tunjukkan pada Om.”
Mina langsung menggenggam tangan Mario dengan penuh semangat.
“Ayo, Om!”
Mario menuruti langkah kecil itu.
Sementara itu, di dalam kamar…
“Mas, di bawah ada tamu yang sedang menunggumu,” ucap Mentari dengan napas tersengal.
Bagaimana tidak? Baru saja melangkah masuk ke kamar, Langit sudah menariknya ke ranjang, mendekap dan menindih tubuhnya hingga Mentari nyaris tak bisa bergerak.
“Sebentar saja, sayang… please. Aku sudah menahan ini hampir seminggu karena tidak bisa menyentuhmu,” bisik Langit lirih.
Entah sejak kapan celana dan kemeja pria itu sudah tergeletak di lantai.
“Aku ngerti, Mas,” sahut Mentari pelan sambil tersenyum malu. “Tapi sebelumnya jangan bikin tamu kamu nunggu kelamaan. Yuk, sekarang bersih-bersih, terus kembali ke bawah. Aku juga sudah masak yang enak buat kamu.”
Langit tersenyum tipis. Tangannya mengangkat, menyelipkan rambut Mentari yang kini berantakan akibat ulahnya sendiri.
“Dasar Riko sialan,” gumamnya kesal. “Karena dia aku jadi nggak bisa melakukannya sekarang denganmu. Padahal aku sudah sangat menginginkannya.”
Mentari terkekeh kecil. Ia lalu melepaskan diri dari dekapan Langit dan bangkit duduk.
“Jangan mengumpat Riko,” tegurnya lembut. “Dia satu-satunya orang yang setia sama kamu,Mas."
Langit mengangguk pelan. Apa yang dikatakan istrinya memang benar. Setahun terakhir membangun bisnis dari nol bukan perkara mudah, apalagi setelah ia banyak kehilangan kekuatan akibat ulah ayahnya sendiri. Dan di masa-masa paling sulit itu, hanya Riko yang tak pernah pergi.
“Kamu benar, sayang,” ucap Langit akhirnya. “Baiklah, aku nggak akan mengganggumu lagi sekarang.” Ia tersenyum nakal. “Tapi ingat, bersiap nanti malam, ya.”
Pipi Mentari langsung merona. Entah sejak kapan, perasaannya pada Langit semakin tumbuh dan menguat. Bersama pria itu, ia merasa dimuliakan bukan hanya sebagai wanita, tapi juga sebagai seorang istri.
“Kita punya janji ketemu dokter, lo,” ingat Mentari.
Langit menepuk keningnya sendiri. “Hampir saja aku lupa.”
Ia menatap Mentari dengan sorot mata penuh harap.
“Semoga semuanya baik-baik saja, ya, sayang. Aku sangat menginginkan benihku tumbuh di rahimmu… sebagai pelengkap rumah tangga kita.”
Mentari mengangguk pelan. Ia pun tak mengerti mengapa hingga detik ini ia belum juga hamil. Padahal sejak awal pernikahan mereka, baik ia maupun Langit tak pernah sekali pun menggunakan kontrasepsi.
Keduanya kemudian turun ke bawah. Di ruang keluarga, Mina tampak tertawa lepas bersama Mario,pemandangan yang tak pernah Langit maupun Mentari lihat sebelumnya, selain saat gadis kecil itu bersama Riko.
“Pak Mario, maaf sudah menunggu lama,” ucap Langit sopan.
Mario yang sedang mengajari Mina menggambar mendongakkan wajahnya. Senyumnya mengembang hangat.
“Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti,” katanya ringan. “Pak Langit pasti sangat merindukan istrinya, kan?” godanya sambil melirik ke arah Mentari.
Pandangan Mario sempat tertahan di leher Mentari. Ada samar tanda kemerahan yang sebelumnya tak ia lihat. Ia tersenyum tipis, tak mengatakan apa pun.
“Kita makan dulu, ya,” sela Mentari cepat, sedikit gugup. “Takut keburu dingin makanannya.”
“Baiklah,” sahut Langit. “Ayo, Pak Mario. Anda harus coba masakan istri saya.”
Mario mengangguk.
“Dengan senang hati.”
“Sayang, ayo makan, Nak,” panggil Langit pada Mina.
Ayo, Papa!” sahut gadis kecil itu ceria.
Mina mengulurkan tangannya. Saat Mario refleks hendak menyambut, tangan Langit sudah lebih dulu menggenggam jemari putrinya, seolah menegaskan posisinya tanpa kata.
Tak lama kemudian, mereka semua sudah duduk di meja makan. Beragam hidangan rumahan tersaji rapi,hangat, sederhana, dan semuanya hasil masakan Mentari.
Mina makan dengan lahap, disuapi langsung oleh Langit. Kebiasaan itu tak pernah berubah sejak dulu. Sementara Mentari menyuapi dirinya sendiri, sesekali tersenyum melihat kedekatan ayah dan anak itu.
"Sepertinya saya jadi obat nyamuk di sini, ya, Pak?” goda Mario sambil terkekeh.
Langit tertawa lepas.
“Mungkin lebih baik Pak Mario juga mencari pasangan, biar bisa seperti saya.”
Mario meraih gelas berisi air putih dan meneguknya perlahan. Senyumnya sedikit memudar, lalu kembali tipis.
“Sedang saya usahakan,” ujarnya jujur. “Tapi sepertinya itu butuh perjuangan yang tidak mudah.”
***
Di sebuah kamar dengan lampu temaram, seorang pria duduk membeku di atas sofa.
Di tangan kirinya, sebuah foto usang tergenggam erat,gambar seorang wanita cantik dengan gaun sederhana.
Di tangan kanannya, selembar kertas kecil dengan coretan polos seorang anak kecil. Terlihat biasa… namun entah mengapa membuat dadanya terasa sesak.
''Harusnya aku yang ada di posisi ini."
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat