NovelToon NovelToon
Antagonist Yang Menghindari Takdir

Antagonist Yang Menghindari Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Obsesi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.

Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.

Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..

"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Syifa menegang, jemarinya mencengkeram gagang payung lebih erat dari seharusnya.

Hansen Darael.

Nama itu terus terngiang di kepalanya seperti dentuman keras yang tak kasatmata.

Syifa mengingat kembali kalimat dalam novel ini, saat dimana Hansen membunuhnya, membayangkannya saja sudah membuat Syifa ingin menghabisi Hansen duluan.

'Tenang.. Aku harus memikirkan rencana untuk terus menjauh dari pria satu ini.. huh! Sekarang ada du–tidak.. ada tiga orang yang harus ku hindari'

Kayden, Wenda dan Hansen..

Mereka sudah menjadi orang yang harus dicurigai oleh Syifa, bisa jadi di antara merekalah yang membunuhnya nanti.

“Terima kasih,” ucap Hansen ringan saat Syifa berdiri di sampingnya, memayunginya. “Hujannya lumayan deras.”

Syifa tidak langsung menjawab. Matanya tertuju pada tangan Hansen—bersih, rapi, tanpa noda. Tangan yang akan..

Ia menelan ludah.

“Sama-sama,” jawabnya akhirnya, suaranya lebih datar dari biasanya.

Kayden yang sedang berjongkok mengganti ban melirik ke arah mereka. Alisnya sedikit berkerut melihat Syifa berdiri di luar mobil bersama pria asing.

“Syifa.. kamu ngapain keluar?” suaranya terdengar tegas meski tertahan hujan.

“Lagi bantu pegang payung,” sahut Hansen duluan, nada bicaranya sopan. “Biar kerja kita lebih cepat.”

Kayden berdiri, menatap Hansen dari ujung kepala sampai kaki. Penilaian cepat, khas dirinya. “Terima kasih. Tapi kamu nggak harus—”

“Tidak apa-apa,” potong Hansen halus. “Saya memang berniat berhenti. Jalannya licin, berbahaya kalau sendirian.”

Syifa bisa merasakan sesuatu yang aneh. Bukan dari kata-katanya, melainkan dari cara Hansen berdiri. Terlalu santai untuk seseorang yang kebetulan lewat. Terlalu siap, bahkan Hansen membawa sebuah kotak peralatan.

“Aku hampir selesai,” kata Kayden akhirnya, kembali fokus ke bannya.

Hansen mengangguk, lalu menoleh ke Syifa. “Kalian mahasiswa?”

“Iya,” jawab Syifa singkat.

“Oh,” Hansen tersenyum. “Lagi kuliah lapangan, ya? Pantas kelihatan capek.”

Syifa hanya mengangguk. Hujan membasahi ujung sepatunya, dingin merambat pelan. Ia ingin masuk ke mobil, ingin menjauh dari aura pria di sampingnya. Tapi kakinya seperti terpaku.

Beberapa menit berlalu. Kayden mengencangkan baut terakhir, lalu berdiri sambil menghela napas lega. “Beres.”

“Syukurlah,” kata Hansen. “Kalian mau lanjut?”

“Iya,” jawab Kayden. “Terima kasih banyak.”

“Sama-sama.” Hansen melangkah mundur, lalu seolah baru teringat sesuatu. “Oh ya.. mobil kamu.”

Kayden menoleh. “Kenapa?”

“Itu seri terbaru, kan? Kayaknya bukan keluaran lokal.”

Kayden sedikit waspada. “Kamu ngerti mobil?”

“Sedikit,” Hansen terkekeh. “Saya kerja di bidang otomotif.”

Kayden mengangguk pendek. “Oke.”

Hansen melirik arlojinya. “Kalau begitu saya pamit. Senang bisa bantu.”

Ia membungkuk sopan ke Syifa. “Hati-hati di jalan.”

“Terima kasih,” jawab Syifa, kali ini lebih terkontrol.

Hansen berjalan kembali ke mobilnya. Namun sebelum masuk, ia menoleh sekali lagi—tatapannya singgah sepersekian detik pada Kayden. Terlalu singkat untuk diperhatikan orang lain. Terlalu lama untuk luput dari mata Syifa.

Mobil Hansen melaju pergi, meninggalkan jejak air di jalan tanah.

Syifa masuk kembali ke mobil Kayden. Jantungnya belum juga tenang.

“Kamu kenal dia?” tanya Kayden sambil menyalakan mesin.

Syifa tersentak. “Hah?”

“Kamu kelihatan aneh pas dengar namanya.”

Syifa mengalihkan pandangan ke jendela. “Enggak. Cuma jarang dengar nama itu aja..”

Kayden tidak memaksa. Mobil kembali melaju pelan. Hujan mulai mereda, berganti kabut tipis.

Beberapa kilometer kemudian, ponsel Kayden bergetar. Ia melirik layar, lalu mengangkat alis.

“Lucu,” gumamnya.

“Apa?”

“Tadi kamu sempat ngasih nomor aku ke dia?.”

Syifa menggelengkan kepala, jika dia memberikan nomor seharusnya Kayden juga mendengarnya karna mereka berdiri di tempat yang sama.

Kayden kemudian tersenyum dan memberi kode, menyuruh Syifa untuk melihat pesan masuk di ponselnya.

[Sepertinya kita akan bertemu lagi, ini nomor saya]

1
aria
lanjut
Lynn_: ditunggu ya kak🙏
total 1 replies
Rohimah
cweknya planga plongo Bae,, g bisa tegas gtu,,
Lynn_: maklum kak, baru jadi orang kaya, gampang tergiur, padahal ada uang di atm tapi kok dia gak kepikiran beli sendiri di luar negeri, sekalian jalan-jalan kan ya?, btw makasih sudah mampir dan komen ya kak🙏😇☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!