Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.
Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak Sang Pengusaha
Pagi itu, Jakarta menyambut Inspektur Arya dengan kemacetan yang pekat dan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang angkuh. Namun, pikirannya jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Ia masih terpaku pada laporan yang baru saja ia terima. Riani, gadis desa yang terlibat dalam kasus hilangnya Dinda, ternyata adalah simpanan seorang pengusaha hitam bernama Hartono Herlambang. Sebuah fakta yang mengubah seluruh peta kasus.
"Jadi, ini alasan di balik kemewahan mendadak Riani," gumam Inspektur Arya sambil menatap foto-foto Riani bersama Hartono yang terpampang di layar tabletnya. Senyum Riani tampak dipaksakan, namun kilauan perhiasan di lehernya berbicara banyak tentang harga yang harus ia bayar. "Koneksi ke dunia hitam, dan uang yang bisa membeli apa saja, termasuk kebebasan Gita."
Upaya penangkapan Hartono di kantor dan kediamannya di Jakarta telah gagal. Pria licik itu berhasil lolos, meninggalkan jejak kekacauan dan pertanyaan yang lebih besar. Namun, satu hal yang menarik perhatian Inspektur Arya adalah percakapan telepon terakhir antara Hartono dan Riani yang berhasil disadap. Hartono mendesak Riani untuk ikut melarikan diri, namun Riani menolak, bersikeras ia harus membantu Gita.
"Dia tidak kabur," kata Inspektur Arya pada dirinya sendiri, sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. Ini adalah petunjuk penting. Riani memilih untuk tetap di Jakarta, mungkin karena sebuah loyalitas yang buta, atau mungkin karena ia memiliki rencana lain. Apapun itu, keberadaan Riani di kota ini adalah kesempatan emas.
Jakarta, kota yang dulu menjadi panggung bagi ambisi Riani, kini menjadi sangkarnya. Inspektur Arya tahu, ia harus bergerak cepat, seperti seorang pemburu yang mengendus jejak mangsanya di tengah hutan beton. Jaringan Hartono pasti luas dan berbahaya, menjerat para pejabat korup, preman jalanan, hingga pengusaha licik dalam simpul-simpul kejahatan yang tak terlihat. Menemukan Riani berarti mengungkap lebih dari sekadar kasus penculikan seorang gadis desa; ini akan membuka kotak Pandora kejahatan terorganisir yang selama ini bersembunyi di balik gemerlap lampu kota, aroma parfum mahal, dan senyum palsu para sosialita Jakarta. Sebuah dunia yang penuh intrik, pengkhianatan, dan kekerasan, di mana nyawa tak lebih berharga dari segepok uang.
"Siapkan tim terbaik," perintah Arya pada Kompol Bayu, tangan kanannya. "Saya ingin setiap sudut kota ini diawasi. Tempat-tempat yang sering dikunjungi Hartono, apartemen mewah, klub malam, kasino ilegal, semua harus kita sisir."
Kompol Bayu mengangguk tegas. "Siap, Komandan. Kami akan kerahkan semua informan dan aset yang kita punya."
Inspektur Arya kemudian menghubungi seorang informan lama yang dikenal dengan nama Sandi "Blackjack". Sandi adalah mantan penjudi kelas kakap yang kini menjadi mata-mata polisi di dunia perjudian ilegal Jakarta.
"Sandi, saya butuh informasi tentang Hartono Herlambang," kata Arya melalui telepon. "Saya ingin tahu di mana dia bersembunyi dan siapa saja orang-orang yang masih setia padanya."
"Hartono itu licin seperti belut, Komandan," jawab Sandi dengan suara serak. "Tapi saya akan coba cari tahu. Dia punya banyak tempat persembunyian, dari apartemen mewah hingga rumah bordil terselubung."
Inspektur Arya juga meminta bantuan dari tim forensik untuk memeriksa brankas yang ditemukan di rumah Hartono. Ia berharap, dokumen-dokumen yang ada di dalam brankas bisa memberikan petunjuk tentang bisnis ilegal Hartono dan keberadaan Riani.
Di tengah kesibukannya, Inspektur Arya tidak bisa melupakan Dinda. Ia tahu, waktu terus berjalan dan peluang untuk menemukan Dinda dalam keadaan selamat semakin menipis. Ia harus segera mengungkap semua kejahatan ini dan membawa para pelaku ke pengadilan.
"Kita tidak boleh menyerah," kata Inspektur Arya pada dirinya sendiri. "Kita harus menemukan Dinda dan menghukum para penjahat ini. Keadilan harus ditegakkan, meskipun langit runtuh."
Malam itu, Jakarta kembali gemerlap. Namun, di balik kemewahan itu, Inspektur Arya merasakan bahaya yang mengintai. Ia tahu, perburuan ini baru saja dimulai, dan ia harus siap menghadapi segala kemungkinan.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*