NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rendang

Fajar belum sempat mengusir gelap saat langkah mereka menyusuri kota yang pernah memeluk derita.

Setelah pertarungan berdarah melawan pasukan KIREZO, Arya dan kelompoknya tak membawa kemenangan mereka membawa harapan yang tersisa.

Lima puluh tujuh jiwa selamat, anak-anak dan wanita muda, Para korban bukan hanya berasal dari kota LATREL saja melainkan kota TYUIA, IARES, dan UTERI.

Namun tujuh lainnya... pulang dalam sunyi, dalam kain kafan, kepada keluarga yang menunggu hanya untuk berpisah.

Hari itu, tak ada sorak. Hanya diam, hanya duka yang tak bisa diteriakkan. 

Setelah memulangkan para korban, Arya dan kelompoknya kembali ke kendaraan saat siang menjelang.

Mereka memutuskan tidur, mengistirahatkan tubuh yang telah dipaksa bertahan terlalu lama.

Setelah tidur selama kurang lebih tujuh jam dan malam kembali menyelimuti langit, mereka melanjutkan perjalanan.

Dina melirik ke arah Venus. “Venus, apa kau tahu soal pasukan Kerajaan KIREZO?” tanyanya dengan nada penasaran.

Venus menoleh, wajahnya datar. “Brutal, seperti Seven Eclipse. Tapi mereka… lebih brutal.”

Dina menyipitkan mata. “Lebih brutal?”

Venus mengangguk perlahan. “Kami memang senang membunuh manusia... tapi Raja Sekius membatasi kami untuk hanya membunuh para kriminal.” Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada santai namun serius, “Bukan berarti aku sedang menormalisasi itu, ya.”

Ia mengambil tegukan dari bir di tangannya sebelum melanjutkan, “Tapi mereka? Mereka menangkap dan membantai siapa pun yang dianggap tidak sejalan. Tak peduli anak-anak, wanita, atau orang tak bersalah... semua dianggap duri yang harus dicabut.” Lanjut minum.

Arya ikut bertanya, "Jadi, kau tahu nama kelompok mereka dan berapa jumlah anggotanya?"

Venus mengangkat bahu. "Nama kelompoknya? Tidak tahu. Mereka terlalu tertutup, dan aku juga bukan tipe yang suka repot cari tahu hal nggak penting."

Ia menarik napas sebentar, lalu menatap mereka sambil tersenyum tipis. "Tapi jumlah anggotanya? Bisa kau tebak sendiri. Setiap orang tadi punya bawahan. Beda dengan kami di Seven Eclipse, yang mengandalkan kekuatan pribadi. Mereka... lebih suka bersembunyi di balik pasukan.

Dina melipat tangan. "Jadi mereka mengandalkan jumlah?"

Venus menyeringai kecil. "Jumlah memang menenangkan, buat mereka yang takut kalah sendirian."

Sejenak, tak ada yang bicara. Tapi keheningan itu pecah dengan tawa keras dari Gamma.

Gamma tiba tiba bicara. "Hahaha! Aku menang! Yui kalah lagi!" Bicara bangga.

Yui tertunduk. "Gamma kuat sekali! Kak arya, bagaimana cara mengalahkan gamma?" Ucap pelan.

Arya menoleh. "Cara mengalahkan gamma? Hahaha! Kak dina saja selalu kalah sama gamma, yui!" Arya tertawa.

Dina melirik kesal. "Jangan bawa bawa aku!"

Arya tertawa. "Hahaha!". Arya melihat sekeliling. "Eh, dimana raius?" Tanya sambil mencari cari.

Venus Melihat kekamar raius. "Masuk kamar. Dia bilang mau maksimalkan barriernya." Jawab venus centil.

Arya melihat ke pintu kamar raius. "Anak itu selalu keras pada dirinya dan mencoba untuk dewasa. Padahal sudah dibilang gausah buru buru."

Dina menoleh ke arya. "Kau ga pantas ngomong gitu." Ucap dina sambil menggembungkan pipi.

"Apa?! Aku kan memang hebat!" Ucap penuh percaya diri.

"Iya iya!" Dina kesal.

Setelah 1,5 hari perjalanan tanpa gangguan, mereka tiba di kota Atbek pada pagi hari.

Kendaraan berhenti perlahan. Arya berjalan ke ruang tamu sambil mengetuk pintu-pintu kamar.

"Bangun! Gamma, Yui, Raius, Dina, Venus!" serunya.

Satu per satu pintu terbuka. Dina muncul dengan rambut acak-acakan dan mata masih setengah tertutup.

"Hoaam... Makanan pagi ini apa, Ar?" tanyanya lesu.

Arya menariknya keluar dengan senyum bangga. "Aku masak rendang. Masaknya lama, tapi rasanya mantap," ujarnya.

Dina mengangkat alis. "Masak di mana?"

Arya menunjuk ke ruang penyimpanannya. Di dalam, seekor golem kecil sedang mengaduk rendang dalam kuali besar, gerakannya stabil dan tak kenal lelah.

"Auto-stirring golem. Ciptaanku sendiri," ujar Arya dengan nada puas.

Ruang penyimpanan itu berbau harum. Sangat harum.

Di dalamnya, 2 golem terbuat dari logam berdiri di depan kuali besar. Kedua tangannya berbentuk spatula, dan ia bergerak dalam ritme konsisten mengaduk rendang yang menggelegak perlahan. Uap rempah-rempah memenuhi ruangan penyimpanan, aromanya tajam namun menggoda.

"Rendang..." gumam Venus, mendekat sambil mencium aromanya. "Makanan dari Selatan. Konon butuh berjam-jam memasaknya, dan rasa dagingnya... seolah menyimpan kekuatan sihir rasa."

Arya menyeringai. "Golem pengaduk rendang. Dirancang khusus untuk masakan berkuah pekat yang harus diaduk konstan agar tidak gosong. Aku modifikasi dari golem penenun. Kukasih nama: Rendang Stirrer Mark II."

Dina mengendus-endus dengan mata berbinar. "Aroma rempahnya gila banget, Ar. Bikin ngiler."

Yui mendekat. "Apakah ini... sihir makanan?"

Arya mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Resepnya kutemukan di buku tua dari Perpustakaan Selatan. Makanan ini dulunya disajikan untuk raja-raja dan pejuang, karena daya tahannya lama dan rasanya makin kuat seiring waktu."

"Ini dari Padang nama kota di duniaku sebelumnya... tapi aku menemukan resepnya di dunia DIRU juga. Apakah ada orang yang reinkarnasi ke sini juga?" Pikir arya dalam hati.

Raius melongok ke dalam. "Jadi... kita akan sarapan makanan bangsawan hari ini?"

Arya menyeringai. "Tentu saja."

"Kalian mandi dulu, Raius dikamar mandi kendaraan ya." Arya berbalik dan keluar dari kendaraan. "Aku mau menyiapkan makanannya dulu."

"Baik." Ucap serentak.

Satu per satu mereka keluar dari kendaraan dan berjalan menuju kamar mandi umum yang dibuat sementara agak jauh dari kendaraan. Air hangat sudah disiapkan Arya sebelumnya dengan sihir air, dan sabun buatan arya diletakkan rapi di atas batu datar.

Sementara suara tawa, guyuran air, dan obrolan samar terdengar dari arah kamar mandi, Arya tetap di ruang penyimpanan. Ia menurunkan sedikit panas pada tungku sihir dan mengecek kekentalan kuah.

 “Baiklah sudah siap." Gumam arya pelan.

2 Golem Stirrer Mark II tetap bekerja tanpa henti, lengan spatulanya mengaduk dengan gerakan melingkar.

Arya menyiapkan meja lipat dan beberapa kursi kayu portabel di halaman depan kendaraan. Ia mengeluarkan nasi dari alat buatannya, aromanya pulen dan hangat lalu menata piring serta sendok. Semua dilakukan dalam hening, hanya ditemani suara lembut golem dan sesekali cicitan burung pagi.

Tak lama kemudian, satu per satu anggota kelompok kembali dari mandi. Raius muncul lebih dulu dengan rambut basah yang dikibaskan asal. Menyusul Venus, Yui, dan Gamma yang mengenakan pakaian santai. Dina datang terakhir, mengenakan baju tidur longgar dan menggigit ujung handuknya, masih menyeka rambut basahnya yang panjang.

“Wah…” seru Yui, matanya membulat. “Aromanya malah makin kuat setelah mandi.”

Arya mengangguk. “Pas waktu makan.”

Ia membuka penutup kuali. Seketika, uap rempah yang kental dan menggoda menyelimuti udara. Warna rendang sudah menghitam sempurna, dagingnya mengkilap dilapisi kuah pekat yang tampak menyatu dengan setiap seratnya.

Dina mendekat dan hampir menjatuhkan air liurnya. “Aku enggak bisa nunggu. Ar, tolong cepat sajikan.”

Arya hanya tertawa pelan, lalu mulai menyendokkan rendang ke setiap piring, menatanya di atas nasi hangat dengan tambahan acar segar dan irisan telur rebus.

"Silakan. Sarapan paling mewah." ujar Arya.

Mereka duduk mengelilingi meja. Hening sesaat. Satu suapan... lalu suara kekaguman terdengar serempak.

“ENAK!” ujar Gamma dengan mata membelalak.

“Tekstur dagingnya seperti meleleh, tapi kuat... seolah menyimpan memori medan perang,” ujar Raius dengan nada serius.

Venus mengangguk perlahan. “Rasa yang dalam. Bukan hanya dari rempah. Tapi... seperti ada sejarah di dalamnya.”

Arya terdiam sejenak. Ia tahu kalimat Venus bukan sekadar pujian. Rendang ini memang menyimpan misteri. Bagaimana bisa makanan dari dunianya muncul di sini, dengan resep identik?

“Mungkin bukan hanya kita yang datang ke dunia ini...” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.

Dina memotong lamunan itu. “Ar, boleh aku bawa satu porsi buat nanti?”

Arya mengangguk. “Ambil aja. Lagian aku buat banyak dan ini bisa tahan lama."

"Enak sekali!" Raius makan dengan lahap. 

Yui tersenyum sambil meneguk teh herbal. “Kak Arya, kalau kau buka warung rendang, dunia bakal damai. Semua konflik bisa diselesaikan di meja makan.”

Arya tertawa. “Sayangnya, dunia belum selesai membuat masalah.”

Ia menatap langit sebentar, lalu kembali menunduk menyuap rendangnya. Hangat, dalam, dan memunculkan rasa rindu... pada sesuatu yang entah apa.

Sarapan pagi yang tenang dipenuhi suara canda ria mereka semua dan kicauan burung, aroma rendang yang menyebar kemana mana dan...Suasana yang begitu damai....

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!