NovelToon NovelToon
Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Namira, wanita karier yang mandiri dan ambisius terpaksa menjalani pernikahan paksa demi menyelamatkan nama baik dan bisnis keluarganya. Namun pria yang harus dinikahinya bukanlah sosok yang pernah ia bayangkan. Sean, seorang kurir paket sederhana dengan masa lalu yang misterius.
Pernikahan itu terpaksa dijalani, tanpa cinta, tanpa janji. Namun, dibalik kesepakatan dingin itu, perlahan-lahan tumbuh benih-benih perasaan yang tak bisa diabaikan. Dari tumpukan paket hingga rahasia masalalu yang tersembunyi. Hingga menyeret mereka pada permainan kotor orang besar. Namira dan Sean belajar arti sesungguhnya dari sebuah ikatan.
Tapi kalau dunia mulai tau kisah mereka, tekanan dan godaan muncul silih berganti. Bisakah cinta yang berbalut pernikahan paksa ini bertahan? ataukah takdir akan mengirimkan paket lain yang merubah segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31_Luka yang Mempertemukan

Matahari pagi menyelinap lembut melalui jendela kamar rumah sakit, menari di dinding dan menyapu wajah Namira yang masih tampak lelah. Selimut putih membalut tubuhnya dengan tenang, sementara di sisi ranjang, Sean tertidur sambil menggenggam tangan Namira dengan erat.

Rambutnya berantakan, wajahnya letih, namun tangannya tetap setia memeluk harapan.

Namira mengerjapkan mata perlahan, berusaha mengurai sisa-sisa mimpi yang tak sepenuhnya ia pahami. Saat pandangannya mulai jernih, ia mendapati wajah Sean yang terlelap di dekatnya. Kehangatan menjalari hatinya, bercampur rasa bersalah yang belum sempat terucap.

"Sean," bisiknya pelan.

Mata Sean membuka, sedikit terkejut. Begitu melihat Namira bangun, ia langsung menegakkan tubuh.

"Nam-Nam... kamu sudah bangun?"

Namira tersenyum tipis dan mengangguk. Ada getaran yang membuat hati Namira seperti meletup-letup dipenuhi kebahagiaan. Manakala ia bangun mendengar Sean memanggilnya----Nam-Nam.

Sean tersenyum dengan mata berbinar. Memancarkan cinta yang membawa kehangatan bagi Namira.

"Kamu merasa lebih baik sekarang?"

Namira menggenggam tangan Sean yang masih erat dalam genggamannya. Namira mengangguk.

"Maaf... karena membuatmu khawatir."

Sean menunduk, ragu-ragu, namun akhirnya berkata, "Akulah yang seharusnya minta maaf. Aku membiarkan kamu berjuang sendirian."

Namira menatap mata Sean dalam-dalam.

"Aku tidak pernah mengharapkan kamu untuk menjadi pelindung, Sean. Tapi... kamu di sisiku saja sudah lebih dari cukup."

Sean menggeleng pelan.

"Kali ini tidak, Namira. Aku telah melihatmu jatuh, terluka, dan tetap memilih untuk berdiri sendirian. Aku salah. Kamu tidak perlu membuktikan bahwa kamu kuat sepanjang waktu. Kamu berhak merasa rapuh dan aku ingin... menjadi tempatmu bersandar."

Namira menarik napas dalam, lalu dengan pelan bersandar ke bahu Sean. Air matanya mengalir tanpa suara. Pelukan hangat menyelimuti keduanya. Tak ada kata-kata, hanya keheningan yang mengerti.

Keesokan harinya, Sean, Nina, dan Anton berkumpul di kos Anton. Namira diminta tetap beristirahat, karena kondisi tubuh dan mentalnya masih rapuh. Mereka sepakat bahwa perlawanan terhadap Bima harus segera dilakukan.

Nina membuka laptopnya.

"Kami sudah coba hubungi beberapa media lain. Bahkan stasiun televisi besar. Semuanya masih sama, tetap menolak. Meskipun kita sudah berusaha keras, sampai ke titik ini.”

Anton melanjutkan, "Sepertinya Bima sudah lebih dulu menyuap mereka. Narasi publik dikendalikan penuh dan dipelintir. Serangan kita masih belum menyerang jantung yang sebenarnya. Kini, kita hanya diberi dua pilihan, menyerah atau melawan dengan cara yang berbeda."

Sean berdiri, berjalan mondar-mandir.

"Melapor ke kepolisian hanya akan membuat kita terlihat seperti pembual dengan koneksi Bima, dia bisa membalikkan fakta seolah kita yang memfitnah."

"Lalu apa rencanamu?" tanya Nina serius.

Sean menatap mereka berdua.

"Kita balikkan opini publik yang masih belum sepenuhnya percaya. Tapi bukan dengan sekadar klarifikasi seperti konferensi pers tempo hari. Aku yang akan menjadi umpan lagi."

Nina terkejut.

"Kamu ingin... menghadapi Bima secara langsung? Lagi?"

Sean mengangguk.

"Ya. Tapi bukan untuk memancing emosinya. Aku ingin menekan titik lemahnya. Kesombongannya. Dia suka merasa unggul. Jika aku membuatnya bicara... dan kita rekam pengakuannya, itu bisa jadi senjata."

Anton tampak berpikir dalam.

"Itu berisiko. Tapi kalau berhasil, dampaknya besar."

Sean tersenyum tipis.

"Namira sudah mempertaruhkan segalanya. Kini giliran kita."

Tak butuh waktu lama, Sean mengatur pertemuan dengan Bima. Ia tahu, satu-satunya cara untuk menjatuhkan pria licik itu adalah dengan memancingnya keluar dari bayang-bayang kekuasaan. Lokasi dipilih netral, sebuah restoran tertutup yang biasa digunakan untuk pertemuan rahasia.

Di balik mobil yang terparkir, Anton dan Nina bersiap dengan alat perekam suara tersembunyi. Mereka tidak bisa mengintervensi secara langsung, tapi semua kata yang keluar dari mulut Bima akan direkam sejelas mungkin.

Sean duduk menunggu di dalam ruangan. Tak lama kemudian, Bima muncul, penuh percaya diri, mengenakan setelan mahal dan senyum mengejek.

"Sean, kurir sejati. Kamu sungguh bernyali mengundangku," katanya sinis.

Sean tetap tenang.

"Aku tidak datang untuk bermain-main. Aku datang karena ada satu hal yang ingin aku selesaikan."

Bima duduk, menatap Sean dengan tatapan merendahkan.

"Kamu ingin menuntut balas? Sayang sekali, semua bukti sudah kubersihkan. Semua yang bisa menjatuhkanku telah kuhapus."

Sean menghela napas.

"Kamu tidak pernah berpikir bahwa satu-satunya kelemahanmu adalah mulutmu sendiri, bukan?"

Bima tertawa pelan.

"Kamu pikir aku akan jatuh hanya karena perkataanku sendiri? Aku bukan bocah, Sean. Aku tahu bermain di medan kekuasaan lebih dari kamu bisa bayangkan."

Sean mencondongkan tubuh ke depan.

"Justru karena kamu terlalu percaya diri, kamu lupa satu hal. Bahwa kebenaran mungkin tertunda, tapi tidak pernah mati."

Bima mengangkat alis.

"Kamu terlalu banyak membaca buku. Ini dunia nyata, yang menang adalah yang paling cepat mengambil keputusan, bukan yang paling jujur."

"Mungkin," jawab Sean.

"Tapi aku lebih memilih menjadi seseorang yang kalah karena memperjuangkan kebenaran daripada menang dengan menjual harga diri."

Bima menyipitkan mata.

"Kamu mencintai Namira, ya? Maka kamu juga akan tahu rasanya kehilangan. Aku bisa buatmu menyesal."

Sean menatap Bima lekat-lekat.

"Aku sudah kehilangan banyak. Tapi bukan lagi ketakutan yang kurasakan. Melainkan tekad. Kamu menyakiti orang yang aku cintai dan sekarang, aku akan pastikan kamu mendapatkan akibatnya."

Di luar ruangan, Anton mengangguk ke Nina.

"Cukup. Kita punya apa yang kita butuhkan."

Nina menggenggam alat perekam itu erat.

"Sekarang, permainan benar-benar dimulai."

Kadang dalam hidup, kita tersesat dalam bayang-bayang keraguan dan ketakutan. Kita pikir melindungi diri dengan diam adalah yang terbaik. Tapi kebenaran hanya bisa tumbuh ketika keberanian menyertainya. Dalam cinta, dalam perjuangan, dalam segala luka kita baru menemukan makna sebenarnya ketika kita tidak lagi memilih jalan aman, melainkan jalan yang benar.

Saat Sean berjalan keluar dari restoran itu, langit mulai mendung. Tapi kali ini, mendung itu tidak terasa mengancam. Justru terasa seperti tanda bahwa badai akan segera berakhir dan ketika ia membuka ponselnya, satu pesan dari Nina membuatnya terhenti:

Rekaman berhasil dan satu media kecil siap tayang malam ini. Siapkan Namira. Dunia akan tahu siapa Bima sebenarnya.

1
NurAzizah504
ahhh, merinding /Sob/
Kara: emang ada hantu lewat? kok merinding? 😂
total 1 replies
NurAzizah504
keren nih
Kara: yg keren sean ya kan 🤣
total 1 replies
NurAzizah504
akhirnya panggilan itu lagi
NurAzizah504
hancurlah kamu
NurAzizah504
makash, ninaaa
NurAzizah504
jahat bener si bom bom
Author Sylvia
pengen ku gempar deh pipi si bima ini, bisanya jelek jelekin si Sean.
Kara: boleh kak, di kirim ke luar angkasa juga boleh 😌
total 1 replies
NurAzizah504
jgn takut melawan kebenaran /Good/
NurAzizah504
/Determined//Determined//Determined/
NurAzizah504
semoga kalian baik2 saja
Kara: aamiin 🤲🤣
total 1 replies
NurAzizah504
keliatan bgt sean benar2 yakin kali ini
NurAzizah504: biar ga kehilangan nam nam lagi
Kara: harus yakin 😁
total 2 replies
NurAzizah504
eh eh eh
NurAzizah504
akhirnya /Sob/
NurAzizah504
bakalan menggemparkan bgt ini
NurAzizah504
mantap. kalo disebar, pasti bakalan cepat viral
NurAzizah504: nah, keren itu
Kara: memanfaatkan opini publik 😂 sebagai senjata
total 2 replies
NurAzizah504
awas kalo ninggalin nam nam lagi
NurAzizah504
syukurlah sean udh sadar /Sob/
NurAzizah504
meleleh aku, makkk
NurAzizah504
sen-sen mu itu lohhh
Author Sylvia
yang sabar ya sean, Namira itu banyak banget yang harus dipikirin.
kl kmu sayang ke Namira, kamu harus ekstra sabar dalam menyikapi Namira.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!