Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kirani sakit.
“Sedang apa kamu di sini kirani..?” Tanya Santi dengan suara lembutnya.
“Hanya ingin sendiri aja ma, pak Thomas… maksud saya kak Thomas dengan siapa…?”
Senyum indah terukir dari Santi yang memandang rani, dia menyukai panggilan rani ke Thomas.
“Dia bersama papa, oh iya dimana Leon. Tadi bukannya dia bersamamu.”
Santi menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Leon yang tak terlihat dari tadi dia duduk di samping kirani, tak terasa rasa sesak kembali muncul di hati rani. Dia akan membuat alasan yang bisa membuat Santi percaya dengan alasan yang di berikan kirani.
“Dia tadi dapat telpon dari temannya, jadi saya di tinggalkan disini.”
“Dasar anak itu, dari dulu tidak pernah berubah. Tapi walau begitu dia sebenarnya anak yang baik, mama harap kamu bisa akur dengan Leon ya kirani.”
Santi menggulurkan tangannya dan memegang jemari kirani yang ternyata terasa sangat dingin, refleks Santi terkejut dengan keadaan kirani.
“Tanganmu dingin sekali, kalau begitu ayo kita segera masuk ke ruang rawat Thomas. Mama tidak ingin kamu sakit, nanti bisa bisa mama yang di salahin Thomas.”
Mereka akhirnya kembali ke ruang perawatan Thomas, hari ini kirani memutuskan akan merawat Thomas. Dia tidak akan meninggalkan Thomas, sedangkan catrine yang tadinya akan menemani Thomas di larang datang ke rumah sakit oleh Thomas.
Hari pun berganti, sekarang adalah hari di mana kepulangan Thomas. Dan dari kemarin Leon tidak pernah muncul kembali, Santi dan alex sempat menghubungi Leon. Tapi semua nihil, hanya suara operator yang menjawab panggilan mereka.
“Kemana anak itu, kenapa bisa dia tidak bisa dihubungi. Sedangkan hari ini kamu sudha pulang ke rumah, bagaimana… apa kamu bisa menghubungi Leon.”
Alex menatap Thomas dengan penuh tanya, dengan segera Thomas menggelengkan kepalanya cepat.
Kirani yang mendengar pembicaraan ketiga orang di depannya merasa sangat bersalah, dia yang menyebabkan Leon menghilang secara tiba tiba.
“Huh… sudahlah, lebih baik kita pulang.”
Alex beranjak dan berdiri dari tempat duduknya, mereka segera keluar dari ruang rawat Thomas.
Hari yang begitu melelahkan, seharian ini kirani berada di kediaman alex menemani Thomas. Kirani sengaja datang ke rumah alex karena ingin mengetahui keberadaan Leon yang tiba tiba menghilang tanpa kabar.
“Bik.. apa Leon pulang ke sini…?” Tanya Santi melihat asisten rumah tangganya yang membantunya membawa barang barang.
“Tidak nyonya.”
“Kemana tuh anak, di telpon tidak bisa. Di cari juga tidak ada, sebenarnya kemana kamu Leon.”
Raut muka kawatir tampak di wajah Santi, kirani tahu jika Santi sangat mengkawatirkan keadaan Leon.
“Apa di apartemennya sudah di cari ma, siapa tahu dia ada di sana.” Ucap alex menyarankan.
“Aku sudah suruh bawahanku mengecek apartemen Leon, tapi dia tidak ada di sana. Aku juga sudah menyuruh mereka mencari di apartemen Cindy, tapi di sana juga tidak ada.”
Thomas sudah berusaha semaksimal mungkin mencari keberadaan Leon, tapi semua nihil. Tiba tiba rasa sedih dan sesal menggelayuti hati kirani, dia yang menggambil keputusan sepihak tidak memikirkan sakit hati yang akan di alami Leon.
Kirani mendekati Santi dan juga alex yang tengah bersama duduk di ruang tamu beserta Thomas, dia yang baru saja keluar dari kamar mandi tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Ma… saya permisi pulang, sudah beberapa hari ini saya tidak pulang dan saya mengkawatirkan kondisi ibu dan juga adik saya di rumah.”
“Secepat itu kirani, maaf mama sudah menahan kamu di sini. Baiklah, mama akan suruh supir buat antar kamu pulang, mungkin bulan depan mama dan papa serta Thomas akan berkunjung ke rumah kamu.”
Mendengar keseriusan keluarga alex, untuk menyatukan kirani dan Thomas di satu pernikahan membuat kirani tidak dapat menolaknya.
“Iya ma…”
“Baiklah, aku akan hubungi supir untuk antar kami ya. Maaf Thomas belum bisa antar kamu pulang, maklum kondisinya belum pulih sepenuhnya.”
“Iya ma, tidak apa apa. Saya permisi kalau begitu.” Kirani berpamitan ke Thomas dan juga Santi serta alex, tapi Santi tidak tinggal diam. Dia mengantarkan kirani sampai ke luar rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari pun berlalu, bulan pun berganti bulan. Tak terasa sudah hampir dua bulan waktu berlalu begitu cepat, rencana kedatangan keluarga besar alex ke kediaman kirani tertunda karena kirani sengaja mengulurnya.
Kirani yang sedang beristirahat di kamarnya menatap plafon putih sambil membaringkan tubuh lelahnya dari seharian ini bekerja membantu Thomas di perusahaan, tapi entah kenapa tiba tiba kirani merasa sangat pusing dan perutnya serasa mual dan ingin muntah.
Kirani segera berlari ke kamar mandi yang berada di samping dapur, beruntung hanya ada ibu di dapur sednag menyiapkan malan malam mereka.
“Kirani kamu kenapa..?” Tanya ria melihat kirani yang tiba tiba berlari.
Ria menghampiri kirani yang berusaha memuntahkan semua isi perutnya, dia merasa jika kirani tidak sepeti biasanya. Ria takut jika kirani sakit atau ada masalah dengan pencernaannya.
“Kamu tidak apa apa kirani, biar ibu buatkan teh jahe buat kamu ya…” ria segera menjauh dan membuatkan teh jahe untuk kirani.
Dengan gontai kirani duduk di kursi makan, dia menelungkupkan kepalanya, rasa pusing tiba tiba menyerangnya tanpa permisi. Naas bagi kirani belum juga tenang, kirani mencium aroma nasi yang baru aja matang.
Dengan gerakkan secepat kilat dia kembali muntah, dia merasa perutnya kembali di aduk aduk.
“Kamu muntah lagi rani, jangan-jangan apa kamu sedang hamil.”
Ucap ria asal, tapi ria tahu tidak mungkin kirani hamil. Sedangkan hubungan kirani dengan Thomas tidak akan sampai sejauh itu, ria tahu karena setiap Thomas mendekati kirani maka dengan segera kirani menjauhi Thomas.
Tiba tiba setelah mendengar ucapan ria, kiarani terdiam. Ingatannya berputar saat dia melakukan hubungan terlarang dengan Leon waktu di apartemen milik Leon.
“Tidak… tidak mungkin aku hamil, tidak..”
Kirani menggeleng kan kepalanya berulang kali, dia merasa tidak mungkin jika dia hamil. Karena kirani yakin jika saat mereka berhubungan kirani tidak dalam masa subur.
“Aku harus segera membeli tes pack, agar aku bisa tahu kondisiku sebenarnya.”
Kirani yang terlihat lemas segera berjalan walaupun sambil tertatih, dia memilih kembali ke kamarnya dari pada harus berhadapan dengan bau nasi yang baru saja matang.
“Ini minuman buat kamu, agar perutmu agak enakkan.”
Segera kirani meminumnya, dia merasa perutnya sedikit lega. Merasa sudah baikkan, dia meminta ijin untuk keluar sebentar.
“Baiklah, tapi kamu harus hati hati ya. Kamu mau naik motor atau …”
“Aku ingin naik motor milik ayah bu, rasanya kangen pengen banget naik motor tua itu.”
“Kamu itu ya, mbok di buang atau dia kasihkan siapa gitu. Kamu sendirikan juga sudah punya banyak uang, jadi mending beli yang baru.”
Ucap ria yang membujuk kirani, dengan senyum menggembang kirani menatap ria.
“Sayang bu, itu kenang kenangan dari ayah. Aku tidak akan menjualnya, karena jika aku jual aku tidak bisa melihat kenangan bersama ayah.”
Ria terdiam sesaat, dia sadar jika selama ini pemikiran ria salah.
“Baiklah, kamu hati hati di jalan.”
Ucap ria yang hanya menatap kirani, dia merasa jika kirani bisa melakukan semua ya sendiri.
“Kirani pergi dulu ya bu, nanti kalau mau nitip tinggal kirim pesan ke kirani ya bu.”
“Oke.”
Kirani segera keluar dan sambil menyangkolkan tasnya, dia segera keluar dengan mengendarai motor butut milik ayahnya.
