Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
"Tuan, kalau tuan besar tahu pasti beliau akan marah. Beliau sangat menyayangi nyonya Alice" ucap Jack, sebenarnya dia sangat menyayangkan keputusan tuannya itu. tidak seharusnya memenjarakan istrinya sendiri hanya untuk membela Elena.
"Maka dari itu pastikan tidak ada satupun orang yang mengadu ke kakek. Jika itu terjadi kamu akan aku pecat" ancam Lucas.
Dia berlalu masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya, setelah ini dia akan kembali ke rumah sakit untuk menemani Elena.
Jack terdiam, merasakan kebimbangan yang menggelayuti hatinya. Dia memandang Lucas yang mulai melangkah menjauh, menyeret langkah berat ke kamar pribadinya. Lucas yang biasanya penuh kasih sayang dan pengertian terhadap sahabatnya, kini terlihat begitu kejam dan tak berperasaan terhadap Alice, istrinya sendiri. Sangat aneh memang sikap pria itu.
Kamar itu segera dipenuhi dengan suara air yang mengalir dari kamar mandi, menandakan bahwa Lucas sedang bersiap untuk pergi.
Lucas melangkah turun dengan langkah mantap, mengenakan kemeja putih yang disetrika rapi dan celana hitam yang pas di badannya. Tatapannya serius namun penuh beban ketika dia menghampiri Jack yang duduk termenung di ruang tamu, tangan kanan menyandarkan kepala, matanya kosong menatap dinding. Suasana hening sesaat sebelum Lucas memecah keheningan.
"Gantikan aku di perusahaan untuk sementara waktu, Jack. Aku harus menemani Elena di rumah sakit," ucap Lucas dengan suara yang rendah tapi tegas, seolah mengukuhkan keputusannya yang tak bisa ditawar.
Jack menghela napas panjang, tubuhnya sedikit terangkat dari kursi. Wajahnya menampakkan konflik batin yang dalam, matanya yang biasanya tajam kini redup oleh kekecewaan dan kemarahan yang terpendam.
Ia tahu betul, sang tuan terlalu memanjakan Elena, sahabat yang kini berada di rumah sakit. Tak ada sedikit pun niat dari Lucas untuk mencabut laporan yang menjadi penyebab Alice dipenjara, dan itu membuat Jack merasa semakin berat menanggung semua ini.
Meski Lucas rela mengorbankan pekerjaannya demi wanita itu, Jack tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa keputusan itu adalah sebuah luka yang membekas. Perlahan ia mengangguk, menerima permintaan sang tuan, namun di balik penerimaan itu tersimpan rasa getir yang sulit ia ungkapkan.
*****
Alice di masukkan kedalam sel, wanita itu berusaha meyakinkan polisi bahawa dirinya tidak bersalah, namun semua terlihat sia-sia.
"Pak, percayalah sama saya, sungguh saya tidak mencelakai siapapun" ucap Alice.
"Semua penjahat juga mengatakan dirinya tidak bersalah, nona" ucap polisi.
"Tapi saya bukan penjahat pak" seru Alice tidak terima.
"Berisik! jangan membuat keributan di sini" bentak polisi.
Alice memandang polisi itu dengan mata berkaca-kaca, rasa takut dan keputusasaan menggema di seluruh tubuhnya. Rambutnya yang kusut dan pakaian yang lusuh semakin menambah kesan tragis pada situasinya. Dengan suara gemetar, ia mencoba sekali lagi untuk menyampaikan ketidakbersalahannya.
"Pak, saya mohon, cek lagi semua buktinya. Saya tidak mendorong perempuan itu"pinta Alice dengan nada memohon. Polisi itu hanya mengangkat bahu, tidak terpengaruh oleh raut wajah Alice yang penuh dengan kekhawatiran.
"Kami sudah memiliki cukup bukti untuk menahan Anda, nona," jawabnya dingin, tanpa sedikit pun empati.
Alice merasa seolah dunia runtuh di sekelilingnya. Ia menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. Namun, sebelum ia bisa berbicara lagi, polisi itu sudah berbalik dan meninggalkannya sendirian dalam sel yang dingin dan suram.
Terduduk lemas di pojok sel, Alice menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menahan isak tangis. Pikirannya melayang ke semua yang terjadi, berusaha mencari celah di mana segala sesuatunya mungkin salah. Namun, setiap kali pikirannya menemui jalan buntu, keputusasaan semakin mendalam. Dalam keheningan sel, hanya suara tangisnya yang pelan terdengar, mencerminkan patah hatinya yang mendalam atas ketidakadilan yang ia rasakan.
"Lucas, aku kecewa padamu. Aku berjanji tidak akan memaafkanmu" gumam Alice lirih.
******
Elena menatap Lucas dengan mata berkaca-kaca, bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan banyak hal namun tak mampu. "Lucas, bagaimana dengan wanita itu, aku takut dia mencelakaiku lagi," ucapnya dengan suara parau, mencoba menarik simpati lebih dari Lucas.
Lucas, yang sedari tadi memperhatikan Elena, menggenggam tangan sahabatnya itu dengan erat, memberikan jaminan. "Kamu tenang saja, El. Wanita itu sudah dibawa ke kantor polisi," katanya dengan nada tenang dan mantap, seolah tak ada rasa bersalah yang menghinggapi hatinya.
Elena memasang wajah terkejut, matanya melebar seolah baru mendengar berita paling mengejutkan. "Kamu memenjarakan istrimu, Lucas?" tanyanya, suara gemetar seakan-akan benar-benar terkejut, padahal dalam hati, kebahagiaan tak terkira sedang meluap-luap. Dengan Alice yang kini berada di balik jeruji besi, Elena berpikir ini adalah kesempatan emas baginya untuk mendekati Lucas tanpa ada gangguan sedikit pun.
"Iya, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena sudah berani mencelakaimu" ucap Lucas.
"Tapi bagaimana jika kakek mu tahu, Lucas? dia pasti akan memarahimu" tanya Elena.
"Sudahlah El, kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Biar hal itu aku yang mengurusnya, kamu fokus saja dengan kesembuhanmu" ucap Lucas.
Padahal sakit yang di alami Elena tidak terlalu parah, dokter juga sudah mengizinkannya pulang, namun Elena menolaknya. dia meminta di rawat beberapa hari di rumah sakit, untuk menarik perhatian Lucas.
Tangan Lucas yang mencoba menggenggam tangan Elena, tapi dengan halus dia menariknya kembali.
Elena melirik ke arah Lucas, "Lucas, aku khawatir. Kakekmu sangat keras, dia tidak akan mengerti. Aku tidak ingin kamu berada dalam masalah karena aku."
Lucas mendesah, "Aku tidak peduli, El. Aku tidak akan membiarkan orang yang menyakitimu begitu saja. Apa kamu pikir aku bisa hidup tenang mengetahui orang yang melukaimu bebas berkeliaran?" Di sudut ruangan, monitor jantung berdetak secara teratur, menyadarkan mereka pada kenyataan sakit yang masih menggelayut.
Namun, sakit Elena lebih pada rasa takut dan kekhawatiran akan konsekuensi yang akan dihadapi Lucas.
Elena menutup matanya, berusaha keras menenangkan diri, "Lucas, tolong, aku hanya ingin semua ini selesai tanpa ada yang terluka lebih jauh."
Lucas berdiri, kepalanya tertunduk, "Baiklah, El. Aku akan mencari cara lain. Aku janji tidak akan membawa ini ke kakek jika itu yang kamu khawatirkan. Tapi aku tidak bisa berjanji untuk membiarkan ini begitu saja." Dengan berat hati, Elena hanya bisa mengangguk, mengapresiasi keberanian Lucas namun di dalam hatinya, dia tidak perduli dengan semua itu. Ia merasa puas karena berhasil menyingkirkan Alice.
"Kamu tidak ke kantor?" tanya Elena merubah topik pembicaraan.
Lucas menggelengkan kepalanya, "Aku akan di sini menemanimu sampai kamu sembuh" jawab Lucas.
Elena tersenyum haru, melihat Lucas yang begitu perduli dengannya.
"Terima kasih sudah perduli dengan ku, Lucas" ucap Elena.
"Kamu sahabatku El, sudah sewajarnya aku menemanimu di saat suka ataupun duka" ucap Lucas.
Jantung Elena terasa sakit mendengar jawaban Lucas. ia berharap Lucas menganggapnya lebih dari seorang sahabat.
jgn cuma 1 episode,bikin penasaran dan greget gitu thor🙄
tekdung kah
nyesel kan kamu luc
semoga masih berjodoh ma mantan kalau tidak ku do"akan kamu gila 😠
.dan biarkn lucas tambah dalam penyesalany,,biar lucas jg bebas tuh ngurusin sahabat terbaik buat dia
TPI kenapa Alice meraba perutnya?
apa Alice sedang Hamidun?
TPI tak apalah
biarkan Lucas menjalani kehidupannya dengan penuh ke pahitan