Ghost Detective ( Season 3 )

Rumah AKP Arief

"Sayang, aku pulang."

Tak lama seorang wanita cantik berambut panjang itu melongok dari kamarnya.

"Astaghfirullah ... Macam penampakan saja kamu, dik." AKP Arief harus menepuk-nepuk dadanya karena kaget.

"Sudah pulang mas? Mana martabak?" tanya Putri, istri AKP Arief itu dengan semangat.

"Kamu tuh ngidam?" tanya AKP Arief sambil memberikan kantong isi martabak telur.

"Ish mas Arief nih ... Godain?" balas Putri sambil cemberut. "Mana lah aku bisa hamil mas! Kan dokter Ryuga bilang kondisi aku tidak bagus. Jika aku bisa hamil, itu mukjizat dan Dok Ryuga mau Bancakan!"

"Lha kan aku cuma nanya. Dok Ryuga sendiri yang bilang kalau jangan putus asa. Lihat saja mbak Atikah kan?" senyum AKP Arief sambil duduk di kursi makan bersama Putri yang sudah membuka kotak martabaknya.

"Iya sih. Aku bersyukur mas cuma ngomong gaya begitu dan tidak menuntut aku harus hamil!" Putri mengambil sepotong martabak. "Hhhmmm enak!"

AKP Arief mengambil sepotong dan dicocol dengan saus merahnya lalu memakannya. "Enak! Pantas martabak ini langganan keluarga besar mbak Shea, wong enak. Nggak mahal juga."

"Eh, mas. Aku kan habis dapat rejeki dari nulis. Mau nggak besok Sabtu, kita berbagi ke panti jompo? Aku mau buatkan cemilan dan beli roti di Maliqa buat mereka. Mau?" tanya Putri.

"Boleh saja. Tapi uang nulis kamu tetap ditabung lho. Jangan dihabiskan. Karena itu buat tabungan kamu dan aku tidak akan utak-atik."

"Iya mas. Alhamdulillah bulan ini aku dapat banyak."

AKP Arief tersenyum senang. "Jangan boros ya?"

"Nggak lah. Sudah aku masukkan ke tabungan emas dan saham. Aku kan banyak belajar dari para emak-emak di divisi kamu mas. Alhamdulillah, mas mengambil keputusan yang tepat pindah dari divisi narkoba. Jujur, aku lebih tenang kalau mas di divisinya pak Dean dan pak Rayyan," ucap Putri.

"Iya dik. Aku juga bersyukur bisa pindah ... Jujur, lebih mending aku ketemu mbak Lilis daripada setan narkoba," senyum AKP Arief.

"Terus ini kasusnya gimana?" tanya Putri.

"Kacau yang ini dik ...."

AKP Arief dan Putri sama-sama dibesarkan di panti asuhan. AKP Arief sudah seperti kakak sendiri ke Putri. Mereka sekolah bersama dan usia mereka terpaut empat tahun. Tidak tahu siapa orang tua mereka dan keduanya saling mendukung satu sama lain. AKP Arief masuk Akpol, Putri kuliah di Sastra Inggris UI lewat beasiswa. Mereka berdua membuat warung Indomie di rumah kontrakan setelah keluar dari panti asuhan. AKP Arief selalu bilang Putri adalah adiknya hingga perasaan itu berubah.

AKP Arief lalu melamar putri saat dirinya masuk Jakarta setelah dikirim kemana-mana. Putri yang saat itu sudah bekerja sebagai editor di sebuah perusahaan percetakan, menerima lamaran AKP Arief. Mereka juga sudah melakukan test DNA untuk menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki hubungan darah. AKP Arief dan Putri bersyukur mereka bukan saudara.

Keduanya menikah sederhana di KUA karena memang uang mereka tidak banyak untuk pesta pernikahan meskipun tetap punya usaha warmindo yang sudah membantu pendapatan mereka. Setelah menikah, karier AKP Arief naik hingga terpilih menjadi koordinator divisi narkoba Polda Metro Jaya. Meskipun demikian, AKP Arief memilih pindah ke divisi kasus dingin usai kasus mantan Menkopolhukam. Putri sendiri lebih suka suaminya di divisi klenik karena tidak ada godaan syaitan yang terkutuk. Hanya ada godaan arwah yang minta tolong.

Sepuluh tahun mereka berumah tangga, keduanya belum dikaruniai anak karena ada masalah di rahim Putri, selain kecil ditambah sel telurnya terlalu sedikit jumlahnya. Ryuga yang menjadi dokter Obgynnya, sudah melakukan segala cara namun memang kondisi Putri yang langka. Putri sendiri memutuskan resign dari pekerjaannya dan fokus bisnis warmindonya yang semakin ramai hingga ada dua cabang di area rumahnya. Dia juga berjualan kripik dan bekerja sebagai penulis online disela-sela waktu luangnya dan biasanya ceritanya kasus-kasus suaminya karena dia memang suka genre thriller, detektif dan horor. Sumbernya siapa lagi kalau bukan suaminya sendiri. Putri selalu menulis cerita dari kasus yang sudah closing bukan yang open case sebagai syarat dari AKP Arief. Tidak disangka banyak penggemarnya.

AKP Arief tahu bahwa belum dikaruniai anak, itu bukan kiamat. Dia melihat bagaimana seniornya AKBP Atikah harus menunggu lama, begitu juga dengan Jaksa Sandra yang hanya memiliki satu indung telur tapi akhirnya bisa punya Zane. Kombes Purn Jarot yang tidak punya anak, juga bisa menikmati hidup. Namun ucapan Dokter Lucky lah yang membuatnya tenang.

"Punya anak atau tidak, endingnya kamu akan berdua lagi, pak Arief. Menjadi orang tua jaman sekarang itu berat, butuh perhatian ekstra dengan makin banyaknya orang dengan mental dan kelakuan njelehi. Tidak ada yang salah jika kamu dan dik Putri tidak punya anak. Karena bisa jadi, Allah memberikan rejeki untuk kalian agar berbagi dengan orang yang memang membutuhkan," ucap Dokter Lucky saat mereka selesai gym.

AKP Arief mengangguk dan sekarang dia pun nyaman berduaan bersama Putri. Toh, mereka menikmati perjalanan rumah tangga mereka.

"Mas, besok aku ke kantormu ya."

"Ngapain?"

"Mbak Nana titip kripik usus yang aku jual dari supplier di Boyolali. Katanya enak," jawab Putri.

"Owalah. Ya sudah hati-hati berangkatnya." AKP Arief tersenyum.

"Oke mas."

Visual nya AKP Arief dan Dik Putri

***

Komplek Perumahan Dokter Lucky dan Daisy

Hari ini adalah ulang tahun Kenzie, putra sulung Dokter Lucky dan Daisy yang tidak dirayakan secara mewah. Cukup datang ke pujasera yang dekat komplek perumahan mereka karena Kenzie minta makan kwetiau goreng di salah satu tenan disana.

Daisy merasa bingung karena suaminya ijin pergi sebentar dan saat dia datang, ketiga anggota keluarga Buwono itu terkejut karena Dokter Lucky tidak sendiri. Dia membawa seekor anjing red toy poodle yang digendongnya. Kenzie pun memekik senang karena permintaannya punya anjing kecil, dikabulkan oleh ayahnya. Beruntung pujasera disana memang pet friendly asalkan pemiliknya tahu tata tertib.

Jangan salfok dengan lebar punggungnya ya

Daisy menatap bingung ke arah suaminya yang datang sambil membawa anjing kriwil itu.

"Mas, kok bawa poodle?" tanya Daisy bingung.

"Sebagai hadiah ulang tahun Kenzie. Kan dia sudah biasa mengurus Winston, dan dia sudah semakin tua sayang. Aku ingin anak-anak tetap punya compassion ke semua binatang kecuali ular, kecoa, tikus dan kalajengking."

Daisy menyipitkan matanya. "Yang benar saja pelihara ular! Jangan seperti Oom JJ almarhum di Tokyo !"

Dokter Lucky nyengir.

"Pantas Papa tadi minta bawa stroller anjing punya Tante Shea. Ternyata buat ini tho!" Kenzie pun langsung meletakkan anjing coklat itu ke dalam stroller. Elina pun ikutan heboh melihatnya.

"El, nanti jangan ditarik ya bulunya," senyum Daisy yang dijawab tawa khas bayi. "Anjingnya jantan atau betina, mas?"

"Pelakor ... Addduuuhhhh!" Dokter Lucky meringis saat kakinya kena tendang Daisy di bawah meja.

Tanpa mereka tahu, ada dua orang yang mengawasi keluarga kecil itu.

"Boss, mereka tidak melakukan apa-apa. Hanya makan malam dengan dua anaknya dan satu ekor anjing."

"Bunuh anjingnya! Berikan teror pada Dokter Lucky Buwono!"

***

Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu